Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jurnalisme Damai dan Jurnalisme Perang, Apa Bedanya?

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/VANYA KARUNIA MULIA PUTRI
Ilustrasi perbedaan jurnalisme damai dan jurnalisme perang
|
Editor: Vanya Karunia Mulia Putri

KOMPAS.com - Jurnalisme damai lebih berfokus pada perdamaian atau konflik. Sementara jurnalisme perang berorientasi pada perang atau kekerasan. Itulah perbedaan mendasar antara kedua praktik jurnalisme ini.

Apa itu jurnalisme damai dan jurnalisme perang?

Dikutip dari jurnal Media dan Konflik: Mewujudkan Jurnalisme Damai (2020) karya Irwanti Said, jurnalisme damai (peace journalism) adalah pelaporan kejadian dengan bingkai (frame) lebih luas, berimbang, dan akurat, yang didasarkan pada informasi mengenai konflik serta perubahan yang terjadi.

Praktik jurnalisme damai menerapkan konsep perdamaian dalam tiap pemberitaannya. Wartawan dituntut untuk memberi jalan tengah bagi pihak yang berkonflik agar bisa menyelesaikan masalahnya.

Sedangkan jurnalisme perang (war journalism) adalah paham jurnalistik yang lebih berfokus pada peristiwa kekerasan sebagai penyebab konflik.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Andi Fachruddin dalam buku Journalism Today (2019), jurnalisme perang dalam praktiknya dapat memicu peningkatan konflik. Akibatnya peperangan atau konflik yang sedang terjadi bukannya terselesaikan, melainkan bertambah panjang dan tidak berkesudahan.

Perbedaan jurnalisme damai dan jurnalisme perang

Berdasarkan pemaparan di atas, bisa dilihat bahwa jurnalisme damai dan jurnalisme perang sangatlah berbeda.

Jurnalisme damai menekankan pada aspek perdamaian serta penyelesaian konflik. Sedangkan jurnalisme perang bisa memicu peningkatan konflik atau peperangan.

Baca juga: Jurnalisme Damai: Pengertian dan 7 Karakteristiknya

Melansir jurnal Jurnalisme Damai dalam Pembingkaian Berita Rasisme Mahasiswa Papua di Tribunnews.com dan Detik.com (2020) karya Sukma Alam, berikut perbedaan jurnalisme damai dan jurnalisme perang:

Jurnalisme damai (peace journalism) Jurnalisme perang (war journalism)
Jurnalisme damai memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk menyuarakan pendapat, rasa empati, dan pengertiannya. Jurnalisme perang menggunakan terminologi propaganda dalam peliputan dan penulisan berita.
Bersifat proaktif, karena berupaya menghindari kekerasan atau perang. Bersifat reaktif. Artinya menunggu terjadinya peristiwa kekerasan atau perang, untuk bisa meliput berita.
Berfokus pada efek kekerasan yang tidak terlihat, seperti rasa trauma, rasa kemenangan, dan kerusakan struktur serta budaya masyarakat. Lebih berfokus pada efek yang bisa dilihat mata. Contohnya korban tewas, korban terluka, serta korban yang mengalami kerusakan material.
Berorientasi pada kebenaran. Berarti berusaha membongkar segala hal yang tersembunyi atau bersifat palsu. Berorientasi pada propaganda. Artinya berfokus pada hal yang tidak benar, bahkan berupaya menciptakan kepalsuan "kita" atau kebohongan "kita".
Berorientasi pada masyarakat. Karena berupaya memberi kesempatan kepada mereka yang tidak bisa menyuarakan pendapatnya, seperti wanita dan anak-anak, perintis perdamaian, serta pihak yang menyebabkan penderitaan. Berpihak ke kaum elite, yang sering hanya membela kepentingan pria, menyebutkan pihak pembuat penderitaan, serta kaum elite perintis perdamaian.
Jurnalisme damai berorientasi pada penyelesaian konflik dengan menekankan pada upaya perdamaian serta usaha menghindari terjadinya perang lanjutan. Jurnalisme perang berorientasi pada kemenangan dengan menyembunyikan inisiatif perdamaian sebelum kemenangan diraih. War journalism juga berfokus pada perjanjian, institusi, dan masyarakat yang telah dikontrol.
Hasilnya berupa resolusi, rekonstruksi, dan rekonsiliasi. Wartawan atau jurnalis yang menerapkan praktik ini akan pergi mencari perang lain, dan kembali jika konflik lama muncul kembali.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi