Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tujuh Tradisi Dalam Cakupan Komunikasi

Baca di App
Lihat Foto
Freepik.com/Storyset
Ilustrasi karakteristik komunikasi kelompok
Penulis: Jessica Novia
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Sebuah proses komunikasi memiliki beberapa tradisi dalam cakupannya. Terdapat tujuh tradisi cakupan komunikasi yang terdiri dari tradisi retoris, semiotik, fenomenologis, sibernetika, sosiopsikologis, sosiokultural, dan kritis.

Berikut tujuh tradisi dalam cakupan komunikasi yang dikutip dari buku Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi (2017) karya Richard West & Lynn H.Turner, yakni: 

Tradisi retoris

Tradisi retoris adalah seni bicara praktis. Tradisi ini memperlihatkan ketertarikan individu terhadap pidato dan bagaiman cara individu berbicara di depan umum. 

Teori retoris membantu kita untuk memahami pengaruh berbicara dan menciptakan efektivitas keahlian berbicara kita kepada publik.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain itu, tradisi ini juga mampu memperkirakan sudut pandang seseorang yang berbeda sebelum mereka menciptakan pandangan pribadinya.

Baca juga: Pentingnya Komunikasi Persuasif dalam Sebuah Kampanye

Tradisi semiotik

Semiotika merupakan studi tentang tanda-tanda. Tanda adalah bagian dari sebuah kehidupan dan memiliki makna tertentu.

Makna yang disampaikan tercapai jika kita berbagi bahasa yang umum, seperti dalam proses komunikasi kita berbagi informasi mengenai pengalaman yang telah dialami.

Tradisi ini menunjukkan bahwa apa yang kita anggap "alami" atau "jelas" perlu dipertimbangkan dalam sebuah konteks.

Seperti contoh, anak-anak tertawa dan berlarian adalah tanda bermain, sebuah cincin di jari manis tangan kiri adalah tanda pernikahan, dan orang dewasa yang menangis di rumah duka adalah tanda kesedihan.

Tradisi fenomenologis

Fenomenologi merupakan bentuk aktivitas sehari-hari dalam sebuah kehidupan. Tradisi fenomenologis ditandai dengan komunikasi berdasarkan "pengalaman keberbedaan".

Para fenomenologis percaya bahwa keyakinan seorang individu tidak seharusnya memengaruhi komunikasi yang berlangsung.

Banyak ide fenomenologis yang bermasalah dan berkaitan dengan keragaman, identitas, kelas, seksualitas, dan agama.

Baca juga: Komunikasi Terapeutik: Pengertian, Karakteristik, Tujuan, dan Tahapnya

Tradisi sibernetika

Tradisi ini mempunyai arti khusus yaitu dapat melihat masalah kebisingan dalam sebuah proses komunikasi.

Sibernetika berusaha untuk menyampaikan kompleksitas makna pesan dengan menekankan ketidakpastian umpan balik yang kita terima.

Dikutip dari buku Communication Theory as a Field (1999), Robert T Craig menyatakan bahwa penting bagi komunikator untuk melampaui perspektif pribadi, untuk melihat proses komunikasi dari luas, sudut pandang sistemik, dan tidak meminta tanggung jawab atas hasil sistemik yang tidak dapat dikendalikan individu.

Tradisi sibernetika juga memberikan pemahaman bahwa komunikasi tidak hanya mengolah informasi tetapi juga membawa seseorang masuk ke dalam proses komunikasi dengan kemampuan yang berbeda dalam mengolah informasi.

Tradisi sosiopsikologis

Tradisi ini menegakkan model sebab-akibat. Teori komunikasi dikaji dari perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh sesuatu.

Seorang Psikologi di Universitas Yale, Carl Hovland meneliti perubahan sikap dan sejauh mana ingatan untuk memengaruhi sikap dan keyakinan individu.

Hal ini menekankan pentingnya penelitian eksperimental untuk mencoba memahami hubungan sebab-akibat.

Ini merupakan bukti jelas perilaku manusia yang terus menyerap banyak teori komunikasi dari tradisi ini.

Baca juga: Mengenal 3 Konseptualisasi Komunikasi

Tradisi sosiokultural

Tradisi ini dapat disimpulkan sebagai interaksi kita sehari-hari dengan orang lain sangat bergantung pada yang sudah ada sebelumnya, bersama pola budaya dan struktur sosial.

Tradisi sosiokultural mempunyai aturan dan pola interaksi yang unik. Seiring dengan orang berkomunikasi, mereka menghasilkan, memelihara, memperbaiki, dan mengubah.

Tradisi kritis

Seseorang yang peduli dengan ketidakadilan, penindasan, kekuasaan, dan dominasi linguistik akan mengidentifikasi diri mereka sebagai ahli teori kritis.

Para ahli teori kritis mengatakan bahwa kita mempunyai legitimasi untuk mempertanyakan asumsi yang memandu masyarakat secara terbuka.

Mereka juga berusaha untuk mengungkap bagaimana masyarakat mendefinisikan kebebasan, kesetaraan, dan alasan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi