KOMPAS.com – Altruisme adalah tindakan atau sikap yang lebih mengutamakan kepentingan orang lain dibanding kepentingan diri sendiri. Altruisme adalah kebalikan dari egoisme.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), altruisme adalah paham (sifat) memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain (kebalikan dari egoisme).
Altruisme dapat diartikan juga sebagai sikap yang ada pada manusia, yang mungkin bersifat naluri berupa dorongan untuk berbuat jasa kepada manusia lain.
Kata Altruisme berasal dari bahasa Perancis yakni autrui atau dalam bahasa Latin disebut dengan arteri yang berarti orang lain.
Menurut Baron dan Byrne dalam buku Psikologi Sosial (2005), mendefinisikan alturisme adalah kepedulian yang tidak mementingkan diri sendiri melainkan untuk kebaikan orang lain.
Sedangak dikuti dari buku Social Psychology (2012) karya David G. Myers, menjelaskan bahwa altruisme adalah motif untutk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri.
Baca juga: Apa Itu Primordialisme?
Ciri-ciri altruisme
Cohen dalam buku Fuad Nashori yang berjudul Psikologi Sosial Islam (2008) memaparkan tiga ciri-ciri dari perilaku altruisme, berikut ciri-ciri tersebut:
- Empati, berarti kemampuan untuk merasakan perasaan yang dialami oleh orang lain
- Keinginan memberi, berarti maksud hati untuk memenuhi kebutuhan orang lain
- Sukarela, berarti apa yang diberikan itu semata-mata untuk orang lain, tidak ada keinginan untuk memperoleh imbalan
Faktor altruisme
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi seseorang untuk bertindak altruisme, sebagai berikut:
Faktor eksternalFaktor eksternal yang memengaruhi seseorang untuk bertindak alturisme, yaitu:
- Kehadiran orang lain
Seseorang menolong orang lain yang kebetulan berada dekat posisinya dan juga banyak atau sedikitnya orang yang berada di sekitarnya.
Semakin banyak orang lain, semakin kecil kecenderungan orang untuk menolong. Begitu pun sebaliknya, orang yang sendirian cenderung lebih bersedia untuk menolong.
- Menolong jika orang lain menolong
Seseorang yang sedang menolong orang lain akan lebih memicu orang di sekitarnya juga untuk ikut menolong.
Termasuk bila seseorang merasa pernah ditolong orang lain, orang tersebut akan cenderung menolong orang lain karena merasa pernah ditolong.
- Desakan waktu
Seseorang yang menolong juga berkaitan dengan waktu. Seseorang yang sibuk dan terburu-buru cenderung untuk tidak menolong, sedangkan seseorang yang mempunyai waktu luang dan santai lebih besar kemungkinan untuk menolong.
Baca juga: Mengetahui Arti Anarkisme yang Sebenarnya
Faktor internalFaktor iksternal yang memengaruhi seseorang untuk bertindak alturisme, adalah:
- Kepekaan terhadap lingkungan sekitar
Bila seseorang yang mempunyai kepekaan tinggi dengan lingkungan sekitarnya, cenderung akan menolong kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan.
Sebaliknya bila seseorang mempunyai kepekaan yang rendah, akan cuek dan tidak merasa ada orang lain yang membutuhkan pertolongan.
- Kemampuan yang dimiliki
Bila seseorang merasa mampu dalam melakukan perolongan, ia akan cenderung menolong. Sebaliknya bila seseorang tidak memiliki kemampuan untuk menolong, ia tidak akan melakukan perbuatan menolong.
- Norma dan nilai yang diyakini
Kecenderungan seseorang menolong orang lain tergantung norma dan nilai yang diyakini dan seberapa dalam orang tersebut meyakini norma dan nilai tersebut. Semakin dalam norma dan nilai yang diyakininya, semakin tinggi kecenderungan seseorang untuk menolong. Begitu pun sebaliknya.
- Suasana hati
Seseorang lebih terdorong untuk memberikan bantuan apabila mempunyai suasana hati yang sedang baik. Sebaliknya bila seseorang yang mempunyai suasana hati yang sedang tidak baik, cenderung akan cuek dan tidak menolong.
Baca juga: Fasisme: Pengertian, Konsep, dan Pemimpin yang Menganutnya
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.