Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Proses Terjadinya Gempa Tektonik?

Baca di App
Lihat Foto
earthquakes.bgs.ac.uk
Gempa tektonik yang terjadi karena rekahan dari pertemuan dua lempeng tektonik
|
Editor: Silmi Nurul Utami

KOMPAS.com – Ada beberapa jenis gempa, salah satu yang paling sering terjadi di Indonesia adalah gempa tektonik. Bagaimana gempa tektonik bisa terjadi? Berikut adalah proses terjadinya gempa tektonik!

Lempeng tektonik yang bergerak mendekat

Permukaan bumi terbentuk dari lempeng-lempeng tektonik yang bergerak. Dilansir dari National Geographic, rata-rata pergerakan lempeng tektonik adalah tiga hingga lima sentimeter per tahunnya.

Dengan kecepatan tersebut, lempeng tektonik ada yang saling menjauhi namun ada juga yang saling mendekati dan menghasilkan tegangan.

Terbentuknya gempa tektonik dimulai oleh dua lempeng tektonik atau lebih yang saling mendekati atau saling bergesekan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Teori Lempeng Tektonik

Terjadinya rekahan batuan lempeng tektonik

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, massa batuan yang terakumulasi ke titik di mana tegangan yang dihasilkan melebihi kekuatan batuan, akan menghasilkan rekahan.

Rekahan adalah peristiwa patahnya batuan akibat tegangan lempeng yang bertabrakan atau bergesekan.

Terbentuknya gelombang seismik dan gempa tektonik

Dilansir dari U.S. Geological Survey, rekahan tersebut melepaskan energi dalam bentuk gelombang yang merambat melalui kerak bumi.

Getaran yang merambat itulah yang dikenal sebagai gelombang seismik. Gelombang seismik kemudian merambat dengan cepat dari pusat rekahan ke berbagai arah dalam bentuk gelombang mekanik (bisa transversal ataupun longitudinal).

Baca juga: Gerak Konvergen Lempeng: Pengertian dan Jenis Pergerakannya

Gelombang seismik mentransfer energi mekanik dari pusat gempa tektonik, menjalar ke daerah lain. Energi mekanik berupa getaran inilah yang kita rasakan sebagai gempa tektonik. 

Hal tersebut mengakibatkan makin jauh tempat seseorang dari pusat gempa, maka makin lemah juga gempa tektonik yang dirasakannya.

Karena, gelombang seismik kehilangan energinya sesuai dengan jarak tempuhnya.

Diperkirakan, gelombang seismik dalam bentuk gelombang longitudinal (gelombang P) merambat lebih cepat daripada gelombang seismik dalam bentuk gelombang transversal (gelombang S).  

Baca juga: Mengapa di Indonesia Sering Terjadi Gempa?

Hal tersebut membuat gelombang P sampai lebih dahulu di suatu tempat dan menghasilkan gempa. Lalu kemusian, gelombang S menyusul sampai di tempat tersebut dan mengakibatkan gempa susulan.

Inilah mengapa setelah terjadi gempa tektonik kerap terjadi gempa lainnya pada selang waktu tertentu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi