Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengolahan Tanah untuk Lahan Pertanian Berkelanjutan

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR
Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur terkenal dengan areal persawahan Terasering dikerjakan para petani. Satu dari sekian persawahan terasering itu adalah Sawah Terasering Ratung di Kecamatan Borong, Minggu, (22/5/2022). (KOMPAS.com/MARKUS MAKUR)
Penulis: Syifa
|
Editor: Vanya Karunia Mulia Putri

KOMPAS.com – Pengelolaan tanah harus sangat diperhatikan. Proses pemupukan dan penambahan nutrisi mineral dapat menyuburkan tanah. Sehingga dapat ditanami berbagai tumbuhan.

Sayangnya, salah urus tanah sedikit bisa berakibat fatal, baik pada kondisi tanah maupun hasil panen.

Dikutip dari buku Campbell Biology (2008) karangan Reece dkk, pada 1930-an di Amerika Serikat, ada badai debu dahsyat yang diakibatkan oleh kekeringan berkepanjangan dan teknik pertanian yang tidak tepat selama puluhan tahun.

Salah urus tanah menjadi masalah utama sampai hari ini.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diketahui lebih dari 30 persen lahan pertanian di dunia memiliki kondisi yang buruk akibat kontaminasi bahan kimia, kekurangan mineral, serta kondisi keasaman, salinitas, dan drainase yang buruk.

Oleh karena itu, sangat penting untuk mengolah tanah menjadi lahan pertanian berkelanjutan. Jenis pertanian ini mencakup penggunaan irigasi, pemupukan, perlindungan lapisan tanah dari erosi, serta fitoremediasi.

Baca juga: Contoh Manfaat Sumber Daya Alam Hasil Pertanian

Irigasi

Air menjadi faktor utama dalam pertumbuhan tanaman. Irigasi adalah saluran besar yang menjadi sumber daya air tawar.

Secara global, sekitar 75 persen penggunaan air tawar ditujukan untuk pertanian.

Sumber utama air irigasi bukan dari sungai maupun danau, tetapi cadangan air bawah tanah yang disebut akuifer. Untuk menggunakannya secara efisien, petani harus memahami kapasitas air tanah, kebutuhan air tanaman, serta teknologi irigasi yang tepat.

Salah satu teknologi irigasi yang populer ialah irigasi tetes. Merupakan pelepasan air secara perlahan ke tanah dan tanaman, dari tabung plastik berlubang yang ditempatkan langsung di zona akar.

Pemupukan

Dalam ekosistem alami, nutrisi mineral biasanya didaur ulang oleh ekskresi kotoran hewan dan dekomposisi humus. 

Untuk menunjang kebutuhan unsur hara yang makin menipis, petani harus menggunakan pupuk dalam mengatasinya.

Baca juga: Intensifikasi Pertanian: Pengertian dan Contohnya

Sebagian besar petani di negara industri, menggunakan pupuk mengandung mineral. Pupuk ini biasanya kaya akan kandungan nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), yang merupakan unsur hara terbatas dalam tanah.

Sementara pupuk kandang, tepung ikan, dan kompos disebut pupuk organik. Karena berasal dari pembusukan bahan organik.

Penyesuaian pH Tanah

PH tanah merupakan faktor penting bagi ketersediaan mineral. Sebab pH tanah berpengaruh pada pertukaran kation dan bentuk kimia mineral.

Mayoritas tanaman lebih menyukai tanah yang sedikit asam dengan konsentrasi H+ yang tinggi. Karena dapat menggantikan mineral bermuatan positif dari partikel tanah dan membuatnya lebih mudah diserap.

Menyesuaikan pH tanah dinilai rumit. Sebab perubahan konsentrasi H+ dapat membuat satu mineral lebih tersedia, sedangkan mineral lainnya kurang.

Misal, pH 8 mudah menyerap kalsium, tetapi zat besi hampir tidak tersedia di tanah.

Baca juga: Dampak Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri

PH tanah harus sesuai dengan kebutuhan mineral tanaman. Tanah yang terlalu asam dapat diatur dengan menambah kalsium karbonat atau kalsium hidroksida.

Sedangkan jika tanah terlalu basa, bisa ditambah asam sulfat untuk menurunkan kadar pHnya.

Ketika pH tanah turun hingga 5 atau lebih rendah, ion aluminium beracun (Al3+) menjadi lebih mudah larut dan diserap akar.

Ion beracun ini dapat menghambat pertumbuhan akar, dan mencegah penyerapan kalsium yang merupakan nutrisi penting bagi tanaman.

Pengendalian erosi

Dilansir dari buku Ilmu Tanah (2016) karangan Muhajir Utomo dkk, penyebab utama kerusakan lahan pertanian adalah erosi air.

Oleh karena itu diperlukan pengelolaan tanah. Bertujuan melindungi sumber daya tanah dari kerusakan.

Baca juga: Komponen Penyusun Tanah beserta Proporsinya

Erosi air dan angin dapat menghilangkan lapisan tanah dalam jumlah besar. Erosi merupakan penyebab utama degradasi tanah, karena unsur hara terbawa oleh angin dan aliran sungai.

Untuk membatasi erosi, petani bisa menanam pohon sebagai penahan angin, tanaman terasering di lereng bukit, dan bercocok tanam dengan pola kontur.

Fitoremediasi

Beberapa lahan tidak layak untuk ditanami. Karena mengandung logam beracun dan polutan organik yang telah mencemari tanah atau air dalam tanah.

Fitoremediasi adalah bioteknologi yang memanfaatkan kemampuan beberapa tanaman untuk mengekstrak polutan tanah.

Teknik ini juga merupakan jenis bioremediasi yang menggunakan prokariota dan protista untuk mendetoksifikasi lahan yang tercemar.

Baca juga: 6 Fungsi Tanah dalam Ekosistem, Apa Sajakah Itu?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi