Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teori Keadaan tetap: Teori Pembentukan Alam Semesta

Baca di App
Lihat Foto
wikimedia.org
Kepadatan alam semesta menurut teori keadaan tetap (steady-state theory) dan teori big bang
|
Editor: Silmi Nurul Utami

KOMPAS.com – Ada banyak teori tentang pembentukan alam semesta, salah satunya adalah teori keadaan tetap. Bagaimana proses terbentuknya jagat raya menurut teori keadaan tetap? Berikut adalah penjelasannya!

Berlawanan dengan teori dentuman besar

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, teori keadaan tetap dikemukakan pada tahun 1948 oleh tiga ilmuan Inggris bernama Sir Herman Bondi, Thomas Gold, dan Sir Fred Hoyle.

Pada saat itu, teori dentuman besar (big bang) yang berasal dari relativitas Einstein telah dikemukakan.

Teori keadaan tetap ini mencoba untuk membantah teori pembentukan alam semesta yang dirangkum dalam teori dentuman besar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Teori Dentuman Besar

Alam semesta dalam keadaan tetap

Teori keadaan tetap adalah teori pembentukan alam semesta yang mengaggap bahwa alam semesta berada dalam keadaan tetap atau kondisi tunak.

Sederhanya, teori keadaan tetap menentang bahwa alam semesta mengalami proses evolusi seperti yang dikatakan teori big bang.

Artinya, alam semesta tidak memiliki awal ataupun akhir dan memiliki kepadatan yang tetap. Namun, bukan berarti alam semesta tidak mengalami perubahan sama sekali.

Dilansir dari Imagine the Universe NASA, poin penting dari teori keadaan tetap adalah bahwa alam semesta berubah seiring berjalannya waktu.

Baca juga: Macam-macam Galaksi

Sebelumnya Hubble telah mengatakan bahwa galaksi bergerak menjauhi satu sama lain.

Namun, menurut Hoyle proses menjauhnya galaksi satu sama lain tidak berarti galaksi mengambang seperti yang dikatakan teori dentuman besar.

Menurut teori keadaan tetap, planet dan galaksi yang baru terus diciptakan dari pasokan hidrogen yang tidak terbatas.

Dilansir dari Explaining Science, teori keadaan tetap mengasumsikan materi terus-menerus diciptakan dari ketiadaan pada tingkat satu atom hidrogen per enam kilometer kubik ruang per tahun.

Galaksi yang terus-menerus diciptakan, membuat jarak antara galaksi yang menjauh menjadi tetap.

Artinya, alam semesta tidak hanya mengalami pemuaian ruang namun juga pertambahan materi. Sehingga, selalu berada dalam kepadatan yang tetap.

Baca juga: Bisakah Lubang Hitam Menghilang dari Alam Semesta?

Teori keadaan tetap tidak diterima

Teori keadaan sempat popolar pada abad ke-20, namun juga banyak tidak diterima oleh para ilmuan.

Hal tersebut karena teori keadaan tetap tidak sejalan dengan teori kekekalan energi. Di mana energi tidak dapat diciptakan dan hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain.

Sedangkan, pada teori keadaan tetap, materi selalu diciptakan dari ketiadaan. Artinya, energi tidak kekal dan selalu diciptakan dari ketiadaan.

Adapun, pasokan hidrogen yang dimiliki alam semesta juga terbatas, tidak seperti yang dijelaskan oleh teori keadaan tetap.

Para ilmuan berasumsi bahwa pasokan hidrogen di alam semesta perlahan akan habis. Sehingga, alam semesta suatu saat akan berada dalam keruntuhan.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi