Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme dan Imperialisme 

Baca di App
Lihat Foto
kemdikbud.go.id
Ilustrasi perlawanan Banten terhadap VOC
Editor: Serafica Gischa

Oleh: Rina Kastori, Guru SMP Negeri 7 Muaro Jambi, Provinsi Jambi 

 

KOMPAS.com - Bangsa Eropa datang ke Nusantara pada abad ke-16. Awalnya bertujuan untuk berdagang rempah-rempah. Namun, lama-kelamaan tujuan bergeser menjadi penerapan kolonialisme dan imperialisme. 

Pada abad ke-19, masyarakat Indonesia berupaya keras untuk melakukan perlawanan. Tujuan utamanya untuk mengusir penjajahan dari Nusantara. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun sifat perlawanan lokal dari para raja atau sultan dan rakyat terhadap VOC masih sangat lokal. Beberapa perlawanan bangsa Indonesia terhadap kolonialisme dan imperialisme, yaitu: 

Baca juga: Perlawanan Banten terhadap VOC

Berikut penjelasannya: 

Kesultanan Demak melawan Portugis 

Keinginan untuk mengembalikan tanah Islam yang telah terampas oleh musuh serta mengembalikan kemulian kerajaan Islam di Malaka menjadi faktor politik Demak menyerang Malaka. 

Adapun secara ekonomi faktor pendorongnya adalah keinginan Demak untuk menguasai Selat Malaka merupakan jalur perdagangan internasional.

Pada masa pemerintahan Raden Patah, Kesultanan Demak sudah mengadakan perlawanan terhadap Portugis yang menduduki Malaka. 

Raden Patah mengirim pasukannya di bawah pimpinan Pati Unus putranya yang menjadi Bupati Jepara untuk menyerang Portugis di Malaka. 

Ekspedisi pertama Pati Unus untuk menyerang Portugis terjadi pada tahun 1512. Namun, serangan besar-besaran tersebut gagal mengusir Portugis dari Malaka. 

Sementara itu, keberanian Pati Unus dalam memimpin penyerangan ke Malaka yang dikuasai Portugis menyebabkan dirinya mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor.

Baca juga: Penyebab Terjadinya Perlawanan Terhadap Bangsa Portugis

Takhta Kesultanan Demak kemudian diteruskan oleh tokoh yang bergelar Sultan Trenggana yang merupakan putra lain dari Raden Patah. 

Dalam rangka memperluas ekspansinya ke daerah barat, Sultan Trenggono mengirim Fatahillah yang didampingi Maulana Hasanuddin putra Sunan Gunung Jati untuk menggagalkan rencana kerja sama antara Portugis dan Pajajaran. 

Pada tahun 1527, Fatahillah-Maulana Hasanuddin menyerang kedudukan Portugis di Sunda Kelapa. Serangan tersebut berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. 

Selanjutnya pada 22 Juni 1527 nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta atau Jakarta yang berarti kemenangan yang sempurna. 

Fatahillah diangkat oleh Sultan Trenggana sebagai wakil Sultan Demak yang memerintah di Jayakarta, pasangan Maulana Hasanuddin memerintah di Banten.

Perlawanan Kesultanan Aceh 

Portugis menganggap perkembangan Aceh sebagai ancaman. Oleh karena itu, Portugis berupaya menghancurkannya. 

Pada 1523, Portugis melakukan serangan ke Aceh yang dipimpin oleh Henrigues dan di tahun 1524 dipimpin oleh de Sauza. 

Baca juga: Perlawanan Kolonialisme dan Imperialisme: Maluku Angkat Senjata

Namun, semua serangan berhasil dipatahkan. Portugis tidak menyerah dan terus berusaha mencari cara untuk melemahkan kedudukan Aceh. Sehingga, kapal-kapal Portugis terus mengganggu kapal-kapal dagang Aceh. 

Tindakan semena-mena Portugis menimbulkan perlawanan pihak Aceh. Sebagai persiapan untuk menyerang Portugis, Sultan Alaudin Riayat Syah (1537-1568) mulai mempersenjatai kapal-kapal dagangnya dengan meriam dan prajurit terlatih, membeli persenjataan dari Calicut (India) dan Jepara, menyewa tentara bayaran, dan mendatangkan ahli-ahli perang dari Turki pada tahun 1567.

Setelah semua persiapan selesai, Aceh melakukan serangan terhadap Portugis di Malaka, yang bersekutu dengan Johor. Namun Portugis berhasil selamat dan melakukan serangan balik pada 1569. Serangan balik tersebut dapat dipatahkan pasukan Aceh. 

Sultan Iskandar Muda (1607-1636) tercatat sebagai penguasa terbesar Kesultanan Aceh. Di bawah kepemimpinannya, Aceh melakukan serangan terhadap kedudukan Portugis sebanyak dua kali. 

Serangan pertama terjadi pada tahun 1615, sedangkan serangan kedua terjadi tahun 1629. Pada serangan kedua, armada laut Aceh mengalami kekalahan besar di Pelabuhan Malaka. 

Baca juga: Ciri Perlawanan Bangsa Indonesia pada Abad Ke-19

Perlawanan Rakyat Ternate

Akibat monopoli perdagangan rempah-rempah oleh Portugis, rakyat Ternate hidup sengsara. Akibatnya, rakyat Ternate dipimpin oleh Dajalo pada tahun 1533 melakukan perlawanan terhadap Portugis. 

Pada awalnya, rakyat Ternate meraih kemajuan besar, namun kemudian berbalik terdesak setelah Portugis mendapat bantuan pasukan dari Malaka.

Kemudian penyerangan kembali terjadi karena Portugis sering melakukan pemerasan. Kali ini perlawanan dipimpin oleh Sultan Khairun atau Hairun.

Melalui tipu muslihat, orang Portugis berhasil membunuh Sultan Khairun dalam suatu perundingan.

Meskipun demikian, perlawanan rakyat Ternate terus berlanjut di bawah pimpinan Sultan Baabullah penerus takhta Ternate pada tanggal 28 Desember 1577. Sultan Baabullah berhasil mengusir Portugis dari negerinya.

Baca juga: Perlawanan terhadap Kolonialisme Melalui Karya Sastra

Sultan Agung Raja Mataram melawan VOC

Sultan Agung Senapati ing Alaga Ngabdurrahman (1613-1645) memiliki cita-cita mempersatukan seluruh Jawa di bawah kendali Mataram dan mengusir VOC dari Jawa. 

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Sultan Agung bermaksud membendung usaha-usaha VOC menjalankan penetrasi politik dan monopoli perdagangan. Salah satu upayanya adalah menghancurkan loji VOC di Jepara pada tanggal 18 Agustus 1618. 

Pihak VOC membalas dengan menghantam pertahanan Mataram di Jepara. Sejak itu, sering terjadi pertempuran di antara keduanya. 

Sultan Agung juga bermaksud mengusir VOC dari Batavia. Untuk itu dilakukan serangan besar-besaran terhadap Batavia. 

Namun, sayang serangan tersebut mengalami kegagalan. Sultan Agung wafat pada 1645 dan sepeninggalnya pengaruh VOC mulai masuk Mataram.

Sultan Ageng Tirtayasa melawan VOC

Keinginan VOC untuk melakukan monopoli perdagangan lada menjadi sumber konflik antara Banten dan VOC. Puncak konflik terjadi ketika Kesultanan Banten dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1684). 

Perlawanan terhadap VOC mereda setelah terjadi perselisihan antara Sultan Ageng dan putranya, Sultan Haji (Pangeran Abu Nashar Abdul Qahar). 

Kesempatan ini tidak dilewatkan oleh VOC untuk melancarkan taktik devide et impera. VOC membantu Sultan Haji dan berhasil menangkap Sultan Ageng. 

Sultan Haji diangkat oleh VOC sebagai penguasa Banten dengan menandatangani konsensi yang merugikan Banten.

Baca juga: Perlawanan Bali Terhadap Belanda

Sultan Hasanuddin melawan VOC

Peperangan pertama antara VOC dan Kerajaan Makassar dipicu oleh Peristiwa Enkhuizen. Peristiwa itu diawali ketika Kerajaan Makassar menolak permintaan monopoli oleh VOC. 

Akibatnya, VOC menawan beberapa bangsawan Makassar di Kapal Enkhuizen. Walaupun kemudian para bang sawan tersebut dilepaskan. 

Mulai saat itu bibit permusuhan muncul di kalangan bangsawan dan rakyat Makassar. Buktinya pada tanggal 10 Desember 1616 ketika kapal VOC De Eendracht merapat di Pelabuhan Somba Opu, awak kapalnya dibunuh oleh orang-orang Makassar. 

Konflik sempat mereda, tetapi akhirnya membesar di kala Makassar dipimpin oleh Sultan Hasanuddin.

Perang besar VOC melawan Kerajaan Makassar dikenal sebagai "Perang Makassar" yang berlangsung pada kurun waktu 1660-1669. 

Sultan Hasanuddin memimpin pasukan Makassar dengan daya juang yang tinggi. Bahkan orang orang VOC menyebutnya De Haantjes van Het Oosten atau "Ayam Jantan dari Timur". 

Baca juga: Perlawanan Riau terhadap VOC

VOC dengan dibantu Aru Palaka petinggi Kerajaan Bone dan beberapa petinggi Kerajaan Makassar yang berkhianat, akhirnya berhasil mengalahkan pasukan Sultan Hasanuddin. 

Akibat kekalahan tersebut, Sultan Hasanuddin harus menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi