Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makna Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh

Baca di App
Lihat Foto
wikipedia.com/Istana Negara Jakarta
Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Seperti yang kita tahu, Pangeran Diponegoro adalah salah satu pahlawan yang begitu gigih melawan kolonialisme di Indonesia.

Kegigihan Pangeran Diponegoro membuat musuh kewalahan sehingga Belanda melakukan berbagai cara untuk dapat menangkap Pangeran Diponegoro.

Salah satunya Belanda melakukan tipu muslihat yang berakhir dengan penangkapan Pangeran Diponegoro pada 28 Maret 1830. Peristiwa terjadi di Magelang setelah Pangeran Diponegoro terbujuk oleh tipu rayu Kolonel Jan Baptist Cleerens (prajurit Belanda).

Pangeran Diponegoro dijanjikan untuk melakukan perundingan dalam rangka menegosiasikan akhir dari pertikaian. Namun, yang terjadi Pangeran Diponegoro malah ditangkap dan diasingkan oleh Belanda ke Makassar, Sulawesi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

 

Peristiwa ini diabadikan oleh pelukis tersohor Indonesia yaitu Raden Saleh. Lukisan tersebut berjudul "Penangkapan Pangeran Diponegoro". Pada lukisan, tampak Pangeran Diponegoro digiring oleh prajurit Belanda berkulit putih dengan seragam biru-putih.

Baca juga: Biografi Pangeran Diponegoro, Pemimpin Perang Jawa

Terlihat tangan dari Jenderal De Kock berwajah tak acuh mengisyaratkan Pangeran Diponegoro untuk masuk ke kereta kuda. Kereta kuda yang ditunggangi oleh Prajurit Belanda menandakan bahwa rencana pengasingan Pangeran Diponegoro telah dipersiapkan.

Disekeliling Diponegoro kerumunan orang bersorban yang diyakini adalah pengikut Diponegoro dengan wajah-wajah yang nampak lesu, sedih dan pasrah sebab sang tuan seakan telah ditaklukkan.

Dikutip dari jurnal Raden Saleh Dipanagara and The Painting of The Capture of Dipanagara at Magelang (1982) oleh Peter Carey, sang pelukis, Raden Saleh mencantumkan dirinya sendiri dalam lukisan tersebut sebanyak dua kali, yaitu sebagai seorang prajurit yang menunduk kepada pemimpin yang menangkapnya dan sebagai seorang prajurit yang menghadap ke arah penonton.

Penggambaran tersebut melukiskan bahwa Raden Saleh seakan menempatkan dirinya sebagai saksi dari peristiwa memilukan itu.

Dikutip dari jurnal Raden Saleh's Interpretation of the Arrest of Diponegoro: An Example of Indonesian "proto-nationalist" Modernism (2005) oleh Werner Krauss, Krauss menyatakan bahwa penempatan De Kock di bagian kiri ("perempuan" atau "kurang berkuasa") dan kepala perwira Belanda yang terlalu besar menyiratkan mereka sebagai raksasa impoten.

Penonton Belanda yang asing dengan penganggapan kebudayaan Jawa mungkin tidak menyadari bahwa itu adalah sebuah "komentar pahit tentang pemerintah kolonial Belanda".

Baca juga: Gaya Militer Turki Utsmani dalam Perang Pangeran Diponegoro

Pada awalnya, Raden Saleh menghadiahkan lukisan ini kepada Raja William III dari Belanda sebagai "tanda terima kasih" karena pemerintah Belanda telah membayar pendidikannya di Eropa dan sempat dipindahkan ke rumah para veteran Militer Kolonial Kerajaan Belanda di Bronbeek. 

Pada tahun 1978, Yayasan Oranje Nassau memutuskan agar karya tersebut dikirim ke pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Kebudayaan tahun 1969.

Sekarang, lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro ditempatkan di Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta dan masih menjadi lukisan populer oleh Raden Saleh hingga saat ini.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi