Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Pertempuran Ambarawa atau Palagan Ambarawa adalah pertempuran besar pasca kemerdekaan Indonesia.
Pertempuran Ambarawa adalah konflik yang terjadi antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pasukan Belanda dan Inggris atau Sekutu di Ambarawa, Jawa Tengah.
Pada Oktober 1945, tentara Sekutu mendarat di Semarang. Dipimpin Brigadir Jenderal Bethell tujuan mereka adalah mengurus tawanan perang dan tentara Jepang di Jawa Tengah.
Namun, tentara Sekutu yang sudah diboncengi Netherland Indies Civil Administration (NICA) ternyata membebaskan para tawanan dan mempersenjatai mereka.
Hal tersebut membuat kemarahan Indonesia dan memicu terjadinya Pertempuran Ambarawa.
Baca juga: Peristiwa Jepang Menyerah pada Sekutu
Sejarah Pertempuran Ambarawa
Palagan Ambarawa dikenal sebagai peristiwa perlawanan rakyat Indonesia dalam melawan sekutu yang terjadi di antara 20 Oktober hingga 15 Desember 1945 di Ambarawa.
Sekutu datang ke Indonesia pada tanggal 20 Oktober 1945 dengan alasan ingin mengurus tawanan perang.
Kedatangan sekutu ke Magelang dan Ambarawa dipimpin oleh Brigadir Bethell. Kedatangan itu disambut baik Gubernur Jawa Tengah Wongsonegoro.
Namun sebenarnya, ada maksud lain yang disembunyikan sekutu yaitu ingin menguasai kembali Indonesia.
Setelah enam hari kedatangan sekutu tepatnya pada 26 Oktober 1945, sekutu serta NICA secara diam-diam mempersenjatai tentara tawanan perang dan tentara Belanda.
Hal ini pun membuat Indonesia marah sehingga akhirnya memicu pertempuran.
Baca juga: Kedatangan Sekutu dan Belanda pada Awal Kemerdekaan
Pada tanggal 2 November 1945 diadakan perundingan antara Soekarno dan Brigadir Bethell. Tujuan dari pertemuan tersebut adalah menenangkan suasana dan gencatan senjata.
Namun, sekutu mengingkari perjanjian tersebut dengan menambah pasukan dan persenjataan.
Adapun, kondisi tersebut sangat berbahaya bagi tanah air. Sehingga, pada Tanggal 21 November 1945 Indonesia meminta bantuan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dari Yogyakarta untuk melawan sekutu.
Pertempuranpun pecah di Ambarawa, salah satu kota kecamatan di Semarang Jawa Tengah.
Pertempuran memakan banyak korban salah satunya pemimpin TKR dalam Pertempuran Ambarawa, yaitu Letkol Isdiman.
Pada tanggal 26 November 1945 Kolonel Soedirman ditunjuk untuk memimpin Pertempuran Ambarawa, menggantikan Letkol Isdiman yang telah gugur.
Baca juga: Pelajaran dari Perjuangan Jenderal Soedirman
Di bawah pimpinan Kolonel Soedirman TKR berhasil mendesak dan mengurung pasukan sekutu.
Kolonel Soedirman menerapkan strategi Gelar Supit Urang, yaitu taktik pengepungan sehingga akhirnya musuh benar-benar terkurung dan menyerah. Nama Supit Urang berasal dari bahasa pewayangan yang bermakna kepungan.
Akhirnya pada tanggal 15 Desember 1945, sekutu menyerah pada TKR dalam Pertempuran Ambarawa.
Kemenangan pertempuran Ambarawa kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.
Baca juga: Apa yang Bisa Kita Teladani dari Perjuangan Jenderal Sudirman?
Tokoh-tokoh Pertempuran Ambarawa
Ada dua tokoh utama dalam Pertempuran Ambarawa, yaitu Letkol Isdiman dan Jenderal Soedirman. Berikut pemaparannya:
Letnan Kolonel Isdiman
Adalah perwira Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan juga Komandan Resimen TKR Banyumas sekaligus perwira menengah dalam sistem kemiliteran Indonesia. Pahlawan nasional yang gugur dalam Palagan Ambarawa, Semarang - Jawa Tengah
Jenderal SoedirmanJenderal Soedirman menggantikan Letnan Kolonel Isdiman dalam pertempuran Ambarawa. Jenderal Soedirman dengan taktik supit urang dapat mengalahkan sekutu dan memenangkan Pertempuran Ambarawa.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.