Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional

Baca di App
Lihat Foto
wikimedia.org
Ki Hajar Dewantara
Editor: Silmi Nurul Utami

Oleh: Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Indonesia memiliki banyak pahlawan bangsa, salah satu yang berjasa dalam bidang pendidikan adalah Ki Hajar Dewantara yang dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Nasional. 

Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ki Hajar Dewantara dibesarkan di lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan tahun caka, Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara.

Sejak saat itu, Ki Hajar Dewantara tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya.

Baca juga: Sikap Teladan dari Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara menyelesaikan sekolah dasar di Europeesche Lagere School (ELS). ELS merupakan sekolah dasar khusus untuk anak-anak Eropa.

Beliau juga sempat melanjutkan pendidikan kedokteran di STOVIA. Namun, karena kondisi kesehatan yang memburuk, tidak bisa menyelesaikan sekolahnya.

Awal karier di bidang pendidikan

Ki Hajar Dewantara memulai kariernya sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar. Beliau tergolong seorang penulis yang andal pada masanya. Selain sebagai seorang wartawan, beliau juga aktif dalam organisasi sosial politik.

Pada bulan November 1913, Ki Hajar Dewantara membentuk komite Bumiputera yang bertujuan untuk melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda.

Baca juga: Biografi Eduard Douwes Dekker, Penentang Sistem Tanam Paksa

Salah satu kritiknya diterbitkan melalui tulisan yang berjudul Als Ik Eens Neverlander Was yang dimuat dalam surat kabar de Express milik dr. Douwes Dekker.

Akibat tulisan tersebut, pemerintah Kolonial Belanda melalui Gubernur Jenderal Idenburg menjatuhkan hukuman pengasingan terhadap Ki Hajar Dewantara.

Rekan seperjuangannya, Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo yang merasa tindakan itu tidak adil, kemudian menerbitkan tulisan yang bernada membela Ki Hajar Dewantara.

Mengetahui hal tersebut, Belanda mengasingkan mereka bertiga ke Belanda. Tiga tokoh ini akhirnya dikenal dengan nama Tiga Serangkai.

Dalam pengasingan tersebut, Ki Hajar Dewantara mendalami masalah pendidikan dan pengajaran. Beliau merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akta.

Baca juga: Tiga Serangkai: Sejarah, Pemikiran, dan Pembubarannya

Mendirikan Sekolah Taman siswa

Pada September 1919, Ki Hajar Dewantara kembali ke tanah air. Beliau mulai mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.

Pada tahun 1922, bersama kedua rekannya, Douwess Dekker dan Cipto Mangunkusumo, beliau mendirikan sebuah perguruan bercorak nasional yang diberi nama Nationaal Onderwijs Institut Taman Siswa atau yang biasa disebut sebagai Sekolah Taman Siswa.

Ki Hajar Dewantara mengeluarkan semboyan pendidikan yang berbunyi "Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani". 

Semboyan tersebut memiliki arti "di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan". Hingga kini, semboyan tersebut masih dipakai dalam dunia pendidikan Indonesia.

Baca juga: Sejarah Taman Siswa: Pendirian dan Ajarannya

Bapak Pendidikan Nasional

Pada masa pemerintahan Soekarno, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan Indonesia yang pertama.

Pada tanggal 19 Desember 1956, beliau mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada.

Atas jasa-jasanya di dunia pendidikan, Ki Hajar Dewantara juga diberikan gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Hari kelahirannya (tanggal 2 Mei) juga ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Ketetapan hari tersebut disahkan dalam Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 305 Tahun 1959 bersamaan dengan penetapannya sebagai pahlawan nasional Indonesia. Surat keputusan tersebut diterbitkan pada tanggal 28 November 1959.

Ki Hajar Dewantara wafat pada tanggal 26 April 1959 dan dimakamkan pada tanggal 29 April 1959 di Taman Wijaya Brata.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi