Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Bedhaya Ketawang, Tarian Sakral dari Keraton Surakarta

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO
Paguyuban Arkamaya Sukma menarikan tarian Bedhaya Duradasih untuk pementasan virtual di Jakarta, Sabtu (9/10/2021). Pagelaran virtual kedua Langen Beksan Arkamaya Sukma dengan tema Hambedhaya Wening ing Cipta akan berlangsung 31 Oktober hingga 7 November 2021 mendatang.
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Tari bedhaya ketawang adalah tarian sakral dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo.

Tari Bedhaya Ketawang adalah tarian kebesaran yang hanya dipertunjukan saat penobatan serta peringatan kenaikan takhta raja.

Nama Bedhaya Ketawang berasal dari kata bedhaya yang berarti penari wanita di istana dan ketawang berarti langit atau mendung di langit. Kata ketawang melambangkan suatu yang tinggi, suci, dan tempat tinggl para dewa.

Tari Bedhaya Ketawang adalah tarian tradisional keraton yang sarat makna dan erat hubungannya dengan upacara adat, sakral, religi, dan percintaan raja dengan Kanjeng Ratu Kidul.

Cerita yang dihadirkan dalam tari Bedhaya Ketawang adalah cerita rakyat Jawa bersumber dari kisah cinta Panembahan Senapati dengan Kanjeng Ratu Kidul. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Tari Serimpi: Gerakan, Pola Lantai, Properti, Iringan, dan Maknanya

Tari Bedhaya Ketawang memiliki komposisi dengan jumlah penari tujuh sampai sembilan putri berkostum sama dengan tema cerita yang dikreasikan tanpa dialog. Penarinya dilambangkan seperti letak bintang kalajengking yang jumlahnya sembilan.

Para penari berbusana seperti pengantin Jawa dengan dhodot dan samparan dengan penamaan penari dan pemaknaannya yaitu:

Baca juga: Mengenal Tari Legong yang Tercetak di Uang Baru Pecahan Rp 50.000

Tari Bedhaya pernah menjadi salah satu aktivitas religius kaum ningrat Jawa, karena latar belakang penyusunannya dipengaruhi oleh pola pikir Jawa Kuno yang bersifat syiwaistis yang kenyataannya terwujud dalam sembilan penari dalam tari Bedhaya serta memiliki hubungan leberadaan sembilan wujud syakti dalam ajaran hindu.

Sembilan penari merupakan representasi dari ajaran Dewa Syiwa di Bumi Nusantara. Hal ini menjadi latar belakang bagi gagasan raja dalam menciptakan tari Bedhaya.

Gagasan ini kemudian membangun sebuah keyakinan bahwa raja bersifat agung, mistis, sakral, dan religius, sehingga semua abdi dalem dan keluarga keraton meyakini peran dan kuasa raja sebagaimana dewa.

Tari Bedhaya sebagai tari ciptaan raja digunakan sebagai legitimasi atas kedudukan dan wibawanya sebagai seorang pemimpin untuk tetap dihormati, disanjung, dikagumi sehingga rakyat dan semua bawahan serta keluarga keraton senantiasa mentaati perintah raja.

Baca juga: Pengertian Tari Sakral dan Contohnya

 

Referensi:

Sawitri. 2021.Tari Bedhaya dan Bedhayan Kajian Ideologis dan Historis. Klaten: Penerbit Lakeisha

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi