Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Teori Pembentukan Kulit Bumi

Baca di App
Lihat Foto
Kay Lancaster
Lapisan kulit bumi
Editor: Serafica Gischa

Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Struktur bumi yang berada paling luar adalah kerak bumi yang mengalami perubahan sejak awal terbentuknya hingga sekarang.

Perubahan tersebut menjadi obyek studi para peneliti, sehingga muncul beberapa teori tentang pembentukan kulit bumi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adapun berbagai teori terbentuknya kulit bumi yang dikemukakan para ahli antara lain sebagai berikut:

Teori kontraksi (Contraction theory)

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh rene Descartes, yaitu seorang filsuf prancis, ia dikenal sebagai Bapak Filsafat Modern.

Ia menyatakan bahwa bumi semakin lama semakin susut dan mengkerut yang disebabkan oleh terjadinya proses pendinginan, sehingga di bagian permukaannya berbentuk relief berupa gunung, lembah, dan dataran. 

Teori kontraksi didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Mereka berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena terjadi proses pendinginan di bagian dalam bumi yang mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut membentuk pegunungan dan lembah-lembah.

Baca juga: Matahari: Komponen Penyusun dan Manfaatnya bagi Kehidupan di Bumi

Teori dua benua (Laurasia-Gondwana theory)

Teori Laurasia-Gondwana kali pertama dikemukakan oleh Edward Zuess pada 1884. Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya bumi terdiri atas dua benua yang sangat besar, yaitu Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di sekitar kutub selatan bumi.

Kedua benua tersebut kemudian bergerak perlahan ke arah equator bumi, sehingga akhirnya terpecah-pecah menjadi benua benua yang lebih kecil.

Laurasia terpecah menjadi Asia, Eropa dan Amerika Utara, sedangkan Gondwana terpecah menjadi Afrika, Australia dan Amerika Selatan.

Teori pengapungan benua (Continental drift theory)

Teori pengapungan benua dikemukakan oleh Alfred Wegener pada 1912. Ia menyatakan bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu benua maha besar yang disebut Pangea. Menurutnya benua tersebut kemudian terpecah pecah dan terus bergerak melalui dasar laut. 

Gerakan rotasi bumi yang sentripugal, mengakibatkan pecahan benua tersebut bergerak ke arah barat menuju equator.

Teori ini didukung oleh bukti-bukti berupa kesamaan garis pantai Afrika bagian barat dengan Amerika Selatan bagian timur, serta adanya kesamaan batuan dan fosil pada kedua daerah tersebut.

Baca juga: 7 Struktur Lapisan Bumi

Teori konveksi (Convection theory)

Menurut teori konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess dan dikembangkan lebih lanjut oleh Robert Diesz, menyatakan bahwa di dalam bumi yang masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang berada di atasnya.

Sehingga ketika arus konveksi yang membawa material berupa lava sampai ke permukaan bumi di Mid Oceanic Ridge (punggung tengah samudra), lava tersebut akan membeku membentuk lapisan kulit bumi yang baru menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua.

Bukti kebenaran teori konveksi adalah terdapatnya tanggul dasar samudra (Mid Oceanic Ridge), seperti Mid Atlantic Ridge dan Pasific-Atlantic Ridge.

Bukti lainnya didasarkan pada penelitian umur dasar laut yang membuktikan bahwa semakin jauh dari punggung tengah samudra, umur batuan semakin tua.

Artinya terdapat gerakan yang berasal dari Mid Oceanic Ridge ke arah berlawanan yang disebabkan oleh adanya arus konveksi dari lapisan di bawah kulit bumi.

Baca juga: Mengapa Bumi Berotasi?

Teori lempeng tektonik (Plate Tectonic theory)

Teori ini dikemukakan oleh Tozo Wilson. Berdasarkan teori ini, kulit bumi terdiri atas beberapa lempeng tektonik. Lempeng-lempeng tektonik tersebut berada diatas lapisan astenosfer.

Lempeng-lempeng tersebut aktif bergerak karena adanya pengaruh arus konveksi yang berasal dari inti bumi.

Lempeng-lempeng tersebut terus bergerak dan saling mendesak satu sama lainnya. Lempeng tektonik bagian bawah disebut lempeng samudra dan lempeng tektonik bagian atas disebut lempeng benua.

Kedua lempeng tersebut memiliki sifat yang berbeda. Lempeng benua memiliki ketebalan 40 kilometer dengan struktur yang keras. Sedangkan lempeng samudra memiliki ketebalan 10 kilometer.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi