Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Jagat raya adalah alam semesta yang sangat luas dan tidak terukur. Terdiri dari jutaan benda angkasa dan ribuan kabut gas.
Hingga saat ini, belum diketahui persis bagaimana awal mula terbentuknya jagat raya. Hanya teori berdasarkan hasil penelitian saja yang muncul untuk memahami alam semesta.
Sejalan dengan kemunculan teori, timbul anggapan mengenai jagat raya atau alam semesta. Anggapan itu terbagi menjadi empat, yakni:
- Antroposentris
- Geosentris
- Heliosentris
- Galaktosentris
Anggapan antroposentris
Antroposentris berasal dari kata “antropos”, berarti manusia dan “centra” artinya pusat atau tengah.
Anggapan antroposentris menyatakan bahwa manusia adalah pusat dari jagat raya. Anggapan ini dimulai sejak zaman primitif, tepatnya saat manusia mulai menyadari adanya Bumi dan langit.
Baca juga: Sistem Tata Surya
Saat itu manusia beranggapan bahwa matahari, bulan, bintang, dan Bumi dianggap serupa dengan hewan, tumbuhan, dan dirinya sendiri (manusia).
Anggapan ini didasarkan pada beberapa pendapat dari bangsa kuno, yaitu:
- Bangsa Babilonia tahun 2000 SM (Sebelum Masehi)
Menggambarkan jagat raya ini sebagai kubah tertutup dengan Bumi sebagai lantainya. Di sekeliling Bumi, ada jurang yang tergenang air.
Di seberang air, ada gunung tinggi penyangga langit. Pada zaman itu, para ahli telah mengetahui bahwa durasi satu tahun adalah 365 hari.
- Bangsa Ibrani
Menganggap bahwa langit ditopang oleh tiang raksasa. Di langit, ada matahari, bulan, dan bintang yang menempel. Selain itu, juga ada jendela untuk air hujan tercurah.
- Orang India Kuno
Beranggapan bahwa Bumi berada pada salah satu punggung kura-kura raksasa yang berenang di lautan sangat luas. Lautan itu ditopang oleh empat ekor gajah berukuran besar.
Baca juga: Bisakah Lubang Hitam Menghilang dari Alam Semesta?
Anggapan geosentris
Geosentris berasal dari kata “geo’’, berarti Bumi, dan “centrum” artinya pusat. Anggapan ini menyatakan bahwa Bumi adalah pusat dari jagat raya.
Semua benda langit mengelilingi Bumi, dan semua kekuatan alam berpusat di Bumi. Anggapan ini muncul sekitar abad ke-6 SM, saat para ilmuwan tertarik dengan alam sekitarnya.
Anggapan geosentris didukung beberapa ahli, antara lain Socrates, Plato, Aristoteles, Thales, Anaximander, dan Pythagoras.
Anggapan heliosentris
Heliosentris berasal dari kata “helios”, berarti matahari, dan “centrum” artinya pusat. Anggapan ini menyatakan bahwa matahari merupakan pusat jagat raya.
Matahari sebagai pusat, dikelilingi banyak planet. Bulan juga mengelilingi bumi, dan bersama-sama Bumi mengitari matahari.
Bumi berputar ke timur yang menjadi sebab adanya siang dan malam. Anggapan ini muncul sejak berkembangnya penelitian yang didukung peralatan yang lebih maju.
Baca juga: J0313-1806, Lubang Hitam Tertua di Alam Semesta
Demikian juga sifat keingintahuan ilmuwan yang memunculkan gagasan-gagasan kritis.
Anggapan heliosentris ditulis dalam buku "De Revolutionibus Orbium Caelestium” disusun oleh Nicholas Copernicus, seorang mahasiswa kedokteran dan astronomi, pada 1507.
Anggapan ini didukung beberapa ahli, yaitu Bruno, Johannes Kepler, Galileo Galilei, dan Sir Isaac Newton.
Anggapan galaktosentris
Adalah anggapan yang menempatkan galaksi sebagai pusat tata surya. Galaktosentris muncul pada 1920.
Ditandai dengan dibangunnya teleskop raksasa di Amerika Serikat, sehingga mampu memberi informasi lebih lengkap mengenai galaksi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.