Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal R.A Kartini, Sang Pahlawan Emansipasi Wanita

Baca di App
Lihat Foto
direktoratk2krs.kemsos.go.id
Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini adalah sosok pahlawan nasional asal Jepara, Jawa Tengah.
Editor: Vanya Karunia Mulia Putri

Oleh: Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Raden Ajeng Kartini dikenal sebagai tokoh pelopor kebangkitan atau emansipasi perempuan Nusantara.

Ia dilahirkan dalam keluarga bangsawan Jawa. Kartini merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M.A Ngasirah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kartini dilahirkan di Jepara pada 21 April 1879. Ia menempuh pendidikannya di di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar milik Pemerintah Belanda.

Setelah menamatkan sekolah dasarnya, ia ingin melanjutkan pendidikannya. Namun, perempuan Jawa saat itu dilarang mengenyam pendidikan tinggi.

Ketika memasuki usia 12 tahun, perempuan Jawa saat itu harus memasuki masa pingitan (tradisi Jawa menjelang pernikahan).

Pada usia 16 tahun, Kartini bebas dari masa pingitan. Sejak saat itu, Kartini melakukan beberapa perubahan.

Baca juga: Sikap Teladan dari Raden Ajeng Kartini

Misal, sang adik perempuannya, Roekmini dan Kardinah, tidak perlu berjongkok untuk menyembah atau memberi hormat kepadanya.

Pada 1903, Kartini menikah dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Adhiningrat. Sang suami memahami dan mendukung cita-cita Kartini untuk mendirikan sekolah bagi kaum perempuan.

Sekolah itu didirikan di sebelah timur pintu gerbang kompleks Kantor Kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai gedung pramuka.

Berjuang lewat tulisan

Keinginan Kartini untuk memajukan pendidikan bagi kaum perempuan, terinspirasi dari buku, koran dan majalah Eropa yang sering dibacanya.

Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Ia sering membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft.

Ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan), antara lain majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, serta majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie.

Baca juga: Biografi RA Kartini, Pejuang Emansipasi Perempuan

Kartini juga sering menuliskan pemikirannya, dan mengirimkannya ke berbagai majalah dan surat kabar, salah satunya majalah De Hollandsche Leile.

Dari suratnya itu, terlihat bahwa Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian sambil membuat catatan kecil.

Kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tetapi juga masalah sosial umum.

Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.

Beberapa buku yang dibaca Kartini sebelum berusia 20 adalah Max Havelaar dan Surat-surat Cinta karya Douwes Dekker alias Multatuli.

Kartini juga sempat membaca De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Couperus dan Van Eeden, buku karya Augusta de Witt, dan buku roman-feminis karya Goekoop de-Jong Van Beek. Semua buku yang dibacanya ini tertulis dalam bahasa Belanda.

Baca juga: Biografi W.R Supratman, Seorang Jurnalis yang Pandai Main Biola

Meski tidak sempat berbuat banyak untuk kemajuan bangsa dan tanah air, Kartini mengemukakan ide pembaharuan masyarakat yang melampaui zamannya, lewat suratnya yang bersejarah.

Buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" karya Kartini

Cita-citanya yang tinggi dituangkan dalam suratnya yang ditujukan kepada kenalan dan sahabatnya di negeri Belanda, seperti EC Abendanon, MCE Ovink-Soer, Zeehandelaar, GK Anton dan HH von Kol, dan HG de Booij-Boissevain.

Pada 13 September 1904, Kartini melahirkan anak pertamanya. Beberapa hari kemudian, pada 17 September 1904, Kartini menghembuskan napas terakhirnya.

Setelah Kartini wafat, Jacques Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa.

Surat Kartini tersebut kemudian diterbitkan di negeri Belanda pada 1911, oleh Mr JH Abendanon dengan judul Door Duisternis tot Licht, berarti "Dari Kegelapan Menuju Cahaya".

Tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkan buku karya Kartini ini dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara.

Baca juga: Biografi Soekarno, Pahlawan Proklamator yang Gemar Cerita Pewayangan

Kemudian pada 1938, keluarlah “Habis Gelap Terbitlah Terang” versi Armijn Pane, seorang sastrawan Pujangga Baru.

Armijn membagi buku ini menjadi lima bab pembahasan, untuk menunjukkan perubahan cara berpikir Kartini sepanjang waktunya. Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali.

Surat-surat Kartini dalam bahasa Inggris juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Surat tersebut juga pernah diterjemahkan dalam bahasa-bahasa Jawa dan Sunda.

Terbitnya surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda.

Pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa.

Pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi tokoh Kebangkitan Nasional Indonesia, antara lain W.R Soepratman yang menciptakan lagu berjudul “Ibu Kita Kartini”.

Lagu tersebut menggambarkan inti perjuangan wanita untuk merdeka. Untuk menghargai jasa-jasanya sebagai pahlawan emansipasi wanita, tiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini.

Baca juga: Biografi Mohammad Hatta, Wakil Presiden Indonesia Pertama

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi