Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerajaan Samudera Pasai: Raja, Masa Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/MASRIADI SAMBO
Monumen Kerajaan Samudera Pasai, di Desa Beuringen Pirak, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara, Minggu (5/9/2021)
Editor: Vanya Karunia Mulia Putri

Oleh: Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam tertua di Indonesia yang terletak di Lhokseumawe, Aceh Utara.

Kemunculan kerajaan tersebut berawal dari datangnya pedagang Islam dari India, Arab dan Persia ke Nusantara.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah singgah sekian lama, para pedagang Islam tersebut menikah, memiliki keturunan, dan menetap hingga membangun kerajaan bernama Samudera Pasai.

Wilayah kerajaan ini menjadi wilayah yang pertama kali dikunjungi para pedagang dan pelayar. Sebab letaknya berada di jalur perdagangan internasional, yakni pesisir utara Sumatera, tepatnya Kota Lhokseumawe, Aceh.

Kerajaan Samudera Pasai awalnya digagas oleh Nazimuddin al-Kamil. Lalu, kerajaan ini didirikan pada 1267 Masehi oleh Sultan Malik al-Saleh atau Marah Silu (Meurah Silu). Pendiri Kerajaan Samudera Pasai ini sekaligus menjadi raja pertama.

Terpilihnya Meurah Silu sebagai penguasa Pasai karena titah Kesultanan Mamluk di Kairo. Meurah Silu diberi gelar Sultan Malik as-Saleh atau Sultan Malikussaleh.

Baca juga: Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama di Nusantara

Ia menjadi sultan Samudera Pasai periode 1267-1297 Masehi. Setelah wafat, pemerintahannya digantikan oleh sang putra, yaitu Sultan Malik az-Zahir dari hasil perkawinan Meurah Silu dengan Putri Raja Perlak.

Raja Kerajaan Samudera Pasai

Penguasa Samudera Pasai terus berganti hingga 1517 Masehi, berikut daftar Raja Kerajaan Samudera Pasai:

Masa kejayaan Kerajaan Samudera Pasai

Masa kejayaan Samudera Pasai terjadi pada kepemimpinan Sultan al-Malik Zahir II.

Dalam kepemimpinannya, Wilayah Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan. Sehingga banyak saudagar dari penjuru dunia, seperti India, Siam, Arab hingga Cina datang untuk berniaga ke Pasai.

Baca juga: Perkembangan Kerajaan Samudera Pasai

Lintas perdagangan di Pasai yang berkembang pesat saat itu juga membuat Kesultanan Samudera Pasai merilis mata uang emas yang disebut dirham untuk digunakan secara resmi.

Selain menjadi kawasan tersibuk, Kerajaan Samudera Pasai juga menjadi tempat dakwah penyebaran agama Islam, sekaligus pusat perkembangannya.

Walau sempat mendapat serangan dari Kerajaan Majapahit, Samudera Pasai mampu meraih kembali masa keemasannya pada pemerintahan Sultan Malikah Nahrasiyah.

Pada masa kejayaannya, Samudera Pasai menjadi salah satu pusat perdagangan yang cukup penting di Asia.

Letaknya yang strategis membuat wilayah kerajaan ini sering dikunjungi para saudagar dari berbagai negara, seperti Cina, India, Siam, Arab, dan Persia.

Runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai berdiri dari abad ke-13 hingga 16 Masehi, atau sekitar 3 abad hingga akhirnya runtuh akibat serangan Portugis.

Kerajaan Samudera Pasai di bawah pemerintahan Sultan Zain Al-Abidin akhirnya ditaklukkan Portugis pada 1521.

Baca juga: Keruntuhan Samudera Pasai

Kondisi seperti ini dimanfaatkan oleh Sultan Ali Mughayat Syah, raja Kerajaan Aceh Darussalam untuk mengambil alih Samudera Pasai.

Pada 1524, Kerajaan Samudra Pasai masuk dalam wilayah Kerajaan Aceh Darussalam. Dibuktikan dengan dipindahkannya Lonceng Cakra Donya milik Samudera Pasai ke Kerajaan Aceh Darussalam.

Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai

Jejak peninggalan Kesultanan Samudera Pasai diketahui lewat penemuan makam raja-raja Pasai di Kampung Geudong, Aceh Utara.

Area makam itu berada tidak jauh dari reruntuhan bangunan Kesultanan Samudera Pasai yang persisnya berlokasi di Desa Beuringen, Kecamatan Samudera, Lhokseumawe.

Dari deretan makam para raja, ada makam atas nama Sultan Malik al-Saleh, raja pertama sekaligus pendiri Samudera Pasai.

Ada juga makam Sultan Malik az-Zahir, Teungku Peuet Ploh, hingga Ratu Al-Aqla.

Selain pemakaman, Kerajaan Samudera Pasai juga memiliki peninggalan, berupa lonceng Cakra Donya, dirham, Naskah Surat Sultan Zainal Abidin, stempel khas kerajaan, buku Tasawuf, hingga karya tulis Hikayat Raja Pasai.

Baca juga: Peninggalan Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi