Oleh: Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Buddha pertama di Nusantara, sekaligus menjadi pusat penyebaran agama Buddha oleh Sidharta Gautama.
Sriwijaya diperkirakan terletak di Muara Sungai Musi, Sumatera.
Dalam bahasa Sanskerta, Sriwijaya berarti sebagai “kemenangan yang gemilang”. Sri artinya “bercahaya” atau “gemilang”, sedangkan Wijaya berarti “kemenangan” atau “kejayaan”.
Kerajaan Sriwijaya menjadi bukti bahwa agama Buddha pernah besar di Indonesia. Sriwijaya juga pernah menjadi pusat pengajaran ajaran Buddha yang dirintis oleh Sidharta Gautama.
Sriwijaya pertama kali didirikan pada abad ke-7, dan menjadi salah satu kerajaan maritim di Indonesia, berdasarkan catatan seorang pendeta Tiongkok dari Dinasti Tang, I Tsing. Ia bercerita bahwa pernah tinggal selama enam bulan di Sriwijaya pada 671.
Kerajaan Sriwijaya dapat dikatakan sebagai pusat kebudayaan, peradaban, dan ilmu pengetahuan agama Buddha.
Baca juga: Faktor Penyebab Kemunduran Kerajaan Sriwijaya
Para biksu dari berbagai penjuru dunia datang dan tinggal di kerajaan ini dalam waktu lama, untuk mempelajari ajaran Buddha.
Terkenalnya Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran agama Buddha tidak terlepas dari peran Dharmakirti, seorang biksu tertinggi di Kerajaan Sriwijaya.
Ia memiliki pengetahuan luas tentang ajaran Buddha, bahkan pernah menyusun kritik terhadap isi kitab Abhisamayalamkara.
Selama Sriwijaya berdiri, terjadi beberapa kali perpindahan kekuasaan secara turun-temurun. Berikut ini daftar raja-raja terkenal dari Kerajaan Sriwijaya:
Dapunta Hyang Srijayanasa
Dapunta Hyang Srijayanasa adalah sosok di balik berdirinya Kerajaan Sriwijaya.
Beberapa pendapat menyebutkan bahwa Dapunta Hyang merupakan anggota Wangsa Syailendra. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa ia berasal dari Minangatamwan.
Baca juga: Perkembangan dan Kemunduran Kerajaan Sriwijaya
Berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit, diceritakan bahwa Dapunta Hyang berhasil melakukan perluasan wilayah kekuasaan hingga ke Minangatamwan.
Ia juga berhasil menaklukkan beberapa wilayah, dan membuat sebuah wanua (perkampungan), yang kemudian berkembang menjadi pusat Kedatuan Sriwijaya di Palembang.
Pada abad ke-7, Dapunta Hyang berusaha memperluas daerah kekuasaannya. Daerah yang berhasil dikuasai Sriwijaya ialah:
- Tulang-Bawang (Lampung)
- Kedah
- Pulau Bangka
- Jambi
- Tanah Genting Kra
- Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno
Dalam prasasti Talang Tuwo, dikatakan bahwa Dapunta Hyang membangun taman bernama Taman Sriksetra.
Prasasti yang ditulis dalam huruf Pallawa berbahasa Melayu kuno ini, mengisahkan Taman Sriksetra yang dihiasi kolam dan kanal.
Sang Raja juga meminta agar ditanam beberapa jenis pohon yang buahnya bisa dimakan, seperti kelapa, pinang, sagu, enau, dan wuluh.
Baca juga: Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Maritim Terbesar di Nusantara
Sri Cudamani Warmadewa
Adalah Raja Sriwijaya yang terkenal dalam kronik Tiongkok sebagai Se-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian-hwa.
Pada tahun 1003, Raja Sri Cudamani Warmadewa pernah membangun sebuah candi sebagai bentuk dedikasinya kepada kaisar Tiongkok. Candi itu diberi nama Cheng Tien Wan Shou.
Nama raja Sri Cudamani Warmadewa diabadikan sebagai nama Vihara Culamani Farma di bagian selatan India. Hal ini tertulis dalam Prasasti Leiden.
Peninggalan ini membuktikan bahwa pada masa itu, Sriwijaya memiliki relasi dengan Dinasti Chola dari India.
Balaputradewa
Merupakan raja yang mampu membawa Sriwijaya pada puncak kejayaannya. Menurut Prasasti Nalanda, Balaputradewa merupakan keturunan Dinasti Syailendra.
Ia adalah cucu dari seorang raja Jawa yang dijuluki Wirawairimathana (penumpas musuh perwira). Berdasarkan prasasti itu juga, Balaputradewa disebut sebagai raja Suwarnadwipa, yakni nama kuno untuk Pulau Sumatera.
Baca juga: Hasil Perjuangan Raja Balaputradewa terhadap Kerajaan Sriwijaya
Kala itu, Pulau Sumatera identik dengan Kerajaan Sriwijaya. Karena itulah, sejarawan sepakat bahwa Balaputradewa mewarisi tahta Sriwijaya. Ditambah lagi, Wangsa Syailendra memang menguasai pulau tersebut.
Kejayaan Sriwijaya dapat dilihat dari keberhasilannya di beberapa bidang, seperti maritim, politik, dan ekonomi.
Pada masa itu, agama Buddha berkembang sangat pesat. Raja Balaputradewa juga menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Benggala yang kala itu dipimpin Raja Dewapaladewa.
Raja ini menghadiahkan sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk mendirikan asrama bagi pelajar dan siswa yang sedang belajar di Nalanda.
Hal tersebut menandakan bahwa Balaputradewa memperhatikan ilmu pengetahuan bagi generasi mudanya.
Seperti yang sering tertulis dalam buku pelajaran sejarah, Balaputradewa memiliki sikap kepemimpinan yang menjadikannya sukses memimpin Sriwijaya.
Dalam prasasti Nalanda, disebutkan bahwa Balaputradewa adalah raja besar Kerajaan Sriwijaya.
Baca juga: Sikap Kepahlawanan yang Dimiliki Raja Balaputradewa
Sanggrama Wijayattunggawarman
Sri Maharaja Sangrama-Wijaya Tungga Warmadewa atau Sanggrama Wijayattunggawarman adalah salah satu raja terkenal dari Kerajaan Sriwijaya.
Berdasarkan Prasasti Tanjore tahun 1030, Kerajaan Sriwijaya pernah diserang oleh Kerajaan Chola dari India, dipimpin Raja Rajendra Chola.
Namun, Raja Sanggrama tidak dapat menangkis serangan tersebut. Ia ditangkap dan ditahan. Lalu pada masa kekuasaan Raja Kulotungga I Kerajaan Chola, Raja Sanggrama pun dibebaskan.
Sri Sudamaniwarmadewa
Pada masa pemerintahannya, terjadi serangan dari Raja Dharmawangsa. Namun, serangan itu berhasil digagalkan tentara Sriwijaya. Sri Sudamaniwarmadewa kemudian digantikan oleh putranya bernama Marawijayatunggawarman.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.