Oleh: Rina Kastori, Guru SMP Negeri 7 Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Pada awal kehidupan, manusia bertahan dengan berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana. Pada masa ini, manusia hidup berdampingan bersama hewan dan tumbuhan secara terbuka dan bebas.
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, mereka berburu hewan besar bertulang belakang, seperti rusa, babi, dan kerbau. Mereka juga mengumpulkan buah-buahan dan umbi-umbian, serta ikan.
Kehidupan manusia pada masa ini masih sangat sederhana. Hal tersebut dapat dilihat dari kehidupan manusia yang hanya terpusat pada upaya mempertahankan diri di tengah alam yang penuh tantangan, dengan kemampuannya yang masih sangat terbatas.
Baca juga: Ciri-ciri Zaman Mesozoikum beserta Pembagiannya
Ciri-ciri manusia masa berburu dan mengumpulkan makanan
Ciri-ciri masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, antara lain:
- Masyarakatnya bersifat nomaden. Mereka hidup mengembara, pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain.
- Hidup dalam kelompok-kelompok kecil
- Memenuhi kebutuhan dengan berburu dan mengumpulkan makanan yang ada di sekitar. Kegiatan berburu yang dilakukan sebagai pemburu binatang dan penangkap ikan. Di samping itu, mereka juga mengumpulkan makanan, misalnya ubi-ubian, buah-buahan, dan daun-daunan.
- Peralatan yang digunakan masih bersifat kasar yang terbuat dari batu, kayu, dan tulang.
Kehidupan di berbagai bidang
Berdasarkan ciri-ciri di atas, kehidupan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana di berbagai biang, sebagai berikut:
Keadaan lingkunganUntuk menghindari dari panas, hujan, dan bahaya hewan buas, manusia masa berburu dan mengumpulkan makanan akan tinggal di dalam gua atau membuat sarang di atas pohon.
Mereka juga akan mencari lokasi yang dekat dengan aliran sungai, di tepi danau, atau pantai. Manusia pada masa ini mendapatkan bahan makanan secara langsung dari alam, baik dengan berburu maupun mengambil hasil alam.
Baca juga: Kehidupan Zaman Praaksara
Kehidupan ekonomiKehidupan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana masih sangat bergantung pada alam.
Kebutuhan makanan dipenuhi dengan cara berburu hewan dan mengumpulkan umbi-umbian, buah-buahan serta dedaunan yang ditemukan di sekitar lingkungan mereka.
Jika sumber makanan di sekitar tempat mereka menipis atau sudah habis, mereka berpindah ke tempat lain.
Kehidupan sosialPada masa ini manusia menjalankan kehidupannya dengan berpindah-pindah atau tidak menetap. Manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana hidup secara berkelompok yang tersusun dari keluarga-keluarga kecil.
Anggota kelompok laki-laki melakukan perburuan, sementara kelompok perempuan mengumpulkan makanan dari tumbuh-tumbuhan serta hewan-hewan kecil.
Baca juga: Peninggalan Zaman Praaksara
Kehidupan budayaPada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, mereka sudah mengenal api dalam kehidupan sehari-hari. Api menjadi hal penting bagi masa ini, karena digunakan untuk meramu makanan, pencahayaan di malam hari, dan mengembangkan teknologi.
Pada masa ini, manusia sudah mampu membuat alat-alat sederhana dari batu, tulang dan kayu meskipun masih berbentuk kasar. Alat-alat masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, antara lain:
- Alat-alat batu inti, terdiri dari kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, dan kapak genggam.
- Alat serpih yang digunakan untuk pisau, serut, gurdi, mata panah, dan untuk menguliti umbi-umbian. Alat serpih dibuat dengan cara memukul bongkahan batu menjadi pecahan-pecahan kecil yang berbentuk segitiga, trapesium, atau setengah bulat. Alat ini tidak dikerjakan lebih lanjut dan digunakan untuk alat pemotong, gurdi atau penusuk. Alat serpih ada yang dikerjakan lagi menjadi mata panah dan ujung tombak.
- Alat dari tulang-belulang atau tanduk.
Baca juga: Kehidupan Manusia Purba di Indonesia pada Zaman Prasejarah
Pada zaman ini, secara arkeologis disebut dengan zaman Paleolitikum. Zaman Paleolitikum dapat dibedakan menjadi dua kebudayaan, yaitu kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong. Berikut penjelasannya:
- Kebudayaan Pacitan
Kebudayaan Pacitan menunjukkan alat-alat dari batu seperti kapak tapi tidak mempunyai tangkai atau alat penetak (chopper). Karena tidak memakai tangkai maka disebut kapak genggam.
Kapak genggam selain ditemukan di Pacitan, juga ditemukan di Sukabumi dan Ciamis (Jawa Barat), Parigi dan Gombong (Jawa Tengah), Bengkulu dan Lahat (Sumatera Selatan), Awangbangkal (Kalimantan Selatan), Cabbenge (Sulawesi Selatan), serta Flores.
Selain kapak genggam, juga dikenal jenis lain, yakni alat serpih (flake). Alat serpih ini digunakan untuk menguliti binatang buruan, mengiris daging, dan memotong umbi-umbian (seperti pisau pada masa sekarang). Alat ini banyak ditemukan di Jawa, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan.
Baca juga: Kehidupan Zaman Sejarah di Indonesia
- Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan Ngandong banyak ditemukan alat dari tulang. Alat-alat dari tulang dibentuk tajam karena digunakan untuk mengorek umbi-umbian. Selain itu, ada juga yang disebut flakes (alat-alat kecil) yang dibuat dari batu yang indah.
Alat-alat dari tulang (semacam alat penusuk seperti belati) dan tanduk rusa banyak ditemukan terutama di Gua Sampung, Ponorogo. Alat ini digunakan untuk menoreh ubi dan keladi dari dalam tanah.
Ada juga alat-alat seperti ujung tombak dengan gigi-gigi pada sisinya, yang mungkin digunakan untuk menangkap ikan. Di Ngandong juga ditemukan alat-alat kecil yang dinamakan flake, yang terbuat dari batu indah, seperti kalsedon.
Alat-alat juga ada yang dibuat dari kerang, tetapi jumlahnya kecil. Penyebaran alat-alat tersebut, antara lain di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, NTT, Maluku, dan Papua.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.