Oleh: Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Tanah longsor (landslide) merupakan peristiwa pergerakan massa batuan, tanah, dan bahan lainnya ke bawah karena pengaruh gaya gravitasi.
Longsor menjadi salah satu jenis bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia, selain gempa bumi, banjir, kekeringan, dan angin topan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendefinisikan tanah longsor sebagai salah satu jenis gerakan massa tanah dan batuan, atau campuran keduanya, yang menuruni bahkan keluar lereng, akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.
Umumnya tanah longsor terjadi karena resapan air dalam tanah dapat menyebabkan bobotnya bertambah, hingga akhirnya menembus dan menyebabkan tanah bergerak keluar lereng.
Berikut beberapa penyebab terjadinya tanah longsor:
Tingginya curah hujan
Menjelang musim penghujan, antara September sampai Desember, risiko terjadinya tanah longsor kian besar.
Baca juga: Penyebab Tanah Longsor dan Cara Menghadapinya
Selama musim kemarau, kadar air dalam tanah cenderung menguap dan membentuk pori-pori atau retakan.
Ketika musim hujan datang, air akan memenuhi celah tersebut, dan membuat tanah melunak dalam waktu singkat. Ketika fenomena ini terjadi, pergerakan tanah mulai terjadi dan mengakibatkan longsor.
Gempa bumi
Getaran hebat yang dihasilkan gempa bumi dapat memecah tanah dalam waktu cepat dan akhirnya terjadi longsor.
Tidak hanya gempa, getaran terus-menerus dari mesin, ledakan, atau kendaraan yang lewat juga dapat mengakibatkan tanah longsor.
Tekstur tanah tidak padat
Kerapuhan tanah tidak hanya terjadi akibat musim kemarau.
Jenis tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dan sudut lereng mencapai 220º, juga berisiko mengalami longsor.
Kedua jenis tanah tersebut sangat mudah pecah saat panas dan lembek saat diguyur air.
Baca juga: Dampak Tanah Longsor bagi Lingkungan dan Masyarakat
Lereng terjal
Longsor sering terjadi ketika lereng atau tebingnya terjal. Karena makin terjal lerengnya, gaya pendorongnya juga bertambah besar.
Pembentukan lereng dan tebing terjal sendiri terjadi akibat pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Erosi dan penggundulan hutan
Tidak hanya menghasilkan oksigen, hutan juga berperan penting untuk mengikat tanah dan mencegah terjadinya longsor.
Karena itu, hutan yang gundul akibat penebangan, berisiko lebih tinggi mengalami erosi dan tanah longsor.
Erosi terjadi akibat pengikisan air sungai atau laut ke arah tebing. Tanpa tumbuhan, tanah yang terkena erosi akan lebih cepat mengalami longsor.
Penyusutan muka air danau atau bendungan
Jika permukaan air danau atau bendungan susut secara cepat, gaya penahan pada tanah akan hilang. Akibatnya, tanah akan retak dan berpotensi mengalami longsor.
Kondisi ini kian diperparah jika kemiringan bendungannya mencapai 220º.
Baca juga: Saran agar Tidak Terjadi Tanah Longsor
Area pertanian di lereng
Lahan pertanian di lereng dapat berpotensi menimbulkan longsor. Karena jenis bibit yang ditanam umumnya tidak berakar kuat untuk mengikat bulir tanah.
Ditambah penataan lahan perkebunan yang buruk dan genangan di air pada petak pertanian, kian memperbesar risiko longsor.
Batuan yang rapuh
Setelah erupsi, gunung berapi biasanya meninggalkan batuan endapan dan sedimen yang merupakan campuran kerikil, batu lempung, dan pasir.
Material tersebut umumnya kurang kuat dan mudah sekali mengalami pelapukan, sehingga mudah terjadi longsor.
Material timbunan pada tebing
Dalam proyek pembangunan dan perluasan area, biasanya dilakukan proses pemotongan tebing dan tanah sisa yang akan ditumpuk di lembah.
Tanah tersebut biasanya belum padat sempurna, sehingga mudah sekali terjadi longsor saat diguyur hujan lebat.
Baca juga: Penyebab Tanah Longsor
Beban berat pada tanah
Jalan raya yang umumnya dibangun di pinggir lereng akan mendapat tekanan besar dari kendaraan dalam waktu lama.
Apabila dibiarkan, tekanan tersebut dapat memperbesar gaya dorong tanah, hingga akhirnya menyebabkan tanah longsor.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.