Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Wage Rudolf Supratman, Pencipta Lagu Indonesia Raya

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons/Ministry of Social Affairs Republic of Indonesia
Foto Wage Rudolf Supratman, pencipta lagu Indonesia Raya.
Editor: Vanya Karunia Mulia Putri

Oleh: Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman, atau yang akrab disapa WR Supratman.

Ia menjadi tokoh yang berperan penting bagi bangsa Indonesia. Bahkan hari kelahirannya dinobatkan sebagai Hari Musik Nasional sejak 9 Maret 2013.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini menunjukan bahwa WR Supratman sangat berpengaruh bagi bangsa Indonesia. Dari perjalanan hidup pahlawan nasional ini, kita bisa mempelajari sejarah juga perjuangannya untuk bangsa Indonesia.

Riwayat hidup Wage Rudolf Supratman

WR Supratman adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Ayahnya bernama Djoemeno Senen Sastrosoehardjo, seorang tentara KNIL Belanda, dan ibunya bernama Siti Senen.

Setelah berusia enam tahun, ia bersekolah di Boedi Oetomo, Jakarta. Belum sampai menamatkan pelajaran, ibunya meninggal dunia

WR Supratman lahir pada 19 Maret 1903 di Purworejo, Jawa Tengah. Namun, sang ayah yang merupakan tentara KNIL dan seorang pendeta, mencatat kelahiran WR Supratman di Jatinegara.

Baca juga: Biografi Edwin Hubble, Penemu Hukum Hubble

Ia memiliki enam saudara, satu laki-laki, dan sisanya perempuan. WR Supratman tumbuh di Makasar bersama kakaknya, Roekijem sejak 1914.

Sejak itulah ia dibiayai sekolah oleh suami Roekijem, Willem Van Eldik. Ketika berusia empat tahun, Supratman memulai pendidikannya di Frobel School (taman kanak-kanak) di Jakarta pada 1907.

Ia kemudian melanjutkan bangku pendidikannya di Tweede Inlandschool yang selesai pada 1917.

WR Supratman sempat mengikuti ujian Klein Ambtenaar Examen, dan lulus menjadi calon pegawai rendahan.

Kemudian, ia melanjutkan lagi pendidikannya di Normaalschool atau sekolah pendidikan guru saat itu.

Ia pun akhirnya menjadi guru di Sekolah Angka 2 sampai akhirnya memperoleh ijazah Klein Ambtenaar.

WR Supratman tumbuh di keluarga musisi. Sang kakak, Roekijem juga menggemari sandiwara dan musik. Bahkan banyak hasil karyanya dipertunjukan di mes militer.

Baca juga: Biografi Guglielmo Marconi, Sang Penemu Radio

Roekijem juga mahir bermain biola, dan kegemarannya inilah yang membuat Supratman juga bisa memainkannya, serta membaca buku musik.

WR Supratman mulai berkecimpung di dunia musik, ketika kakak iparnya, W.M. Van Eldick memberinya kado sebuah biola saat ulang tahunnya yang ke 17.

Biola itulah yang membuatnya menjadi akrab dengan musik, terutama jaz. Ia dan kakak iparnya kemudian mendirikan grup jaz bernama Black And White.

Grup jaz itu sempat populer di kalangan sinyo-sinyo Belanda. Sebelum WR Supratman bertransformasi menjadi tokoh kebangsaan, ia sering berfoya-foya dan berkencan dengan sinyo-sinyo Belanda.

Kondisi bangsa saat itu, mendesak dan menarik perhatiannya untuk ikut andil dalam bidang politik, seperti pidato dan bacaan politik.

Pengetahuan politiknya pun membuat WR Supratman berhasrat untuk menciptakan lagu kebangsaan. Ia sempat mengalami kesulitan saat menulis lagunya, karena WR Supratman merasa pengalaman politiknya belum cukup.

Baca juga: Biografi Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden RI Ketiga

Akhirnya, ia pun melibatkan diri dalam perjuangan dan bertemu dengan para tokoh pergerakan.

Berbekal biolanya, WR Supratman pergi ke Pulau Jawa, tepatnya Bandung, di mana daerah tersebut merupakan pusat pergerakan tokoh-tokoh muda.

Sebelum sampai di Bandung, ia singgah di Surabaya dan akrab dengan para pelajar di sana yang penuh semangat juang.

Lahirnya lagu Indonesia Raya

Ketika tinggal di Jakarta, Supratman membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis itu menantang ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan.

Supratman yang merasa tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada 1924, lahirlah lagu Indonesia Raya.

Pada Oktober 1928, di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II yang menghasilkan ikrar Sumpah Pemuda.

Saat malam penutupannya, Supratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental menggunakan biola di depan peserta umum.

Baca juga: Biografi Sayuti Melik, Pengetik Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Ketika itulah untuk pertama kalinya, Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya.

Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Tiap partai politik yang mengadakan kongres, lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan.

Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka. Sesudah merdeka, Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan sekaligus lambang persatuan bangsa.

Saat pertama kali diperdengarkan ke publik, kepopuleran lagu Indonesia Raya makin meluas, hingga sempat membuat pihak Belanda khawatir jika lagu tersebut dapat membangkitkan semangat kemerdekaan.

Karena keresahan Belanda itulah, pada 1930 lagu Indonesia Raya sempat dilarang untuk dinyanyikan di acara atau kesempatan apa pun.

Pemerintah kolonial beralasan bahwa Indonesia Raya mengganggu ketertiban dan keamanan. Tak hanya dilarang, WR Supratman selaku penciptanya, juga mendapat ancaman, bahkan sempat ditahan oleh pihak Belanda.

Berkat dukungan dari berbagai kalangan, akhirnya pemerintah Hindia Belanda mencabut tuntutannya terhadap Supratman, dan memperbolehkan lagu Indonesia dinyanyikan, namun hanya di ruang tertutup saja.

Baca juga: Biografi Kapitan Pattimura, Pahlawan dari Maluku

Keberhasilan lagu Indonesia Raya membuat Supratman kembali menciptakan lagu berjudul Matahari Terbit. Pemerintah Belanda kembali menahan Supratman, karena lagunya dianggap membahayakan posisi mereka.

Lagu Matahari Terbit dianggap Pemerintah Belanda sebagai pujian kepada Dai Nippon atau pihak Jepang.

Namun, Supratman berhasil bebas dari tuduhan berkat Van Eldik. Setelah keluar tahanan, WR Supratman jatuh sakit.

Kondisi buruknya membuat Pemerintah Belanda senang. Karena kondisinya makin memburuk, pada 17 Agustus 1938, WR Supratman Wafat di usianya yang ke-35 tahun.

Sebelum kepergiannya, ia sempat berkata kepada kakak iparnya, Oerip Kasansengari, bahwa ia yakin Indonesia pasti akan merdeka.

Tak disangka tanggal wafatnya kemudian bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia 7 tahun kemudian.

WR Supratman dikebumikan di pemakaman umum, Jalan Kenjeran, Surabaya. Berkat kemampuan dan perannya, hari lahir WR Supratman ditetapkan sebagai Hari Musik Nasional.

Karya WR Supratman

Selain Indonesia Raya, WR Supratman juga menciptakan beberapa lagu kebangsaan, yang kemudian kita kenal sebagai lagu wajib nasional.

Baca juga: Biografi Mohammad Hatta, Wakil Presiden Indonesia Pertama

Berikut beberapa karya WR Supratman:

  • Indonesia Raya
    Lagu Kebangsaan Republik Indonesia, diciptakan pada 1924
  • Ibu Kita Kartini
    Lagu wajib nasional, diciptakan pada tahun 1929
  • Di Timoer Matahari
    Lagu wajib, diciptakan pada 1931
  • Indonesia Iboekoe
    Diciptakan pada 1926
  • Bendera Kita Merah Poetih
    Diciptakan pada 1928
  • Bangoenlah Hai Kawan
    Diciptakan pada 1929
  • Mars KBI
    Lagu Kepandoean Bangsa Indonesia, diciptakan pada 1930
  • Mars PARINDRA
    Lagu Partai Indonesia, diciptakan pada 1930
  • Mars Soerya Wirawan
    Diciptakan pada 1937
  • Matahari Terbit
    Diciptakan pada 1928
  • Selamat Tinggal
    Lagu WR Supratman yang belum selesai ditulis pada 1938.

Selain lagu, WR Supratman juga sempat menulis beberapa buku, yakni Perawan Desa yang ditulis pada 1929, Darah Moeda, dan Kaoem Fanatik.

Salah satu karyanya pernah disita oleh Pemerintah Hindia Belanda dan dilarang beredar adalah buku Perawan Desa.

Berkat peran dan karya besarnya, pemerintah membangun museum WR Supratman yang terletak di Jl Mangga Nomor 21 Tamansari, Surabaya, Jawa Timur.

Museum ini berisi beberapa barang milik WR Supratman, dan salah satunya adalah biola legendaris miliknya.

Baca juga: Biografi Soekarno, Pahlawan Proklamator yang Gemar Cerita Pewayangan

Ternyata museum tersebut merupakan kediaman WR Supratman sebelum wafat pada 1938. Sebelum dijadikan museum, tempat itu sempat ditinggali oleh sebuah keluarga hingga 1974, dan akhirnya kosong selama 27 tahun.

Jejak perjuangan WR Supratman juga dipamerkan di Museum Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya Nomor 106, Jakarta.

WR Supratman merupakan pahlawan nasional yang ikut berperan bersama tokoh pergerakan nasional lainnya, dalam peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.

Karena perannya itulah, WR Supratman menjadi aktivis pergerakan nasional yang menciptakan lagu Indonesia Raya sebagai wujud rasa persatuan, dan kehendak bangsa Indonesia untuk merdeka.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi