Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan Lokal: Faktor dan Jensinya

Baca di App
Lihat Foto
canva.com
Ilustrasi hujan lokal
Editor: Serafica Gischa

Oleh: Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Muaro Jambi, Provinsi Jambi 

 

KOMPAS.com - Hujan merupakan hasil dari proses kondensasi atau pendinginan di langit yang berwujud cairan.

Proses ini secara meteorologi disebut presipitasi. Menurut pola umum terjadinya, hujan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu hujan ekuatorial, hujan monsun, dan hujan lokal.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian hujan lokal adalah hujan yang hanya jatuh atau membasahi area atau wilayah tertentu atau tidak merata. Pola hujan lokal terjadi karena pengaruh kondisi dan keadaan daerah setempat.

Faktor hujan lokal

Terjadinya fenomena hujan lokal dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

Sedangkan pola curah hujan lokal memiliki ciri yang terbalik dengan pola hujan monsunal. Ketika area pola hujan monsunal terjadi pada musim hujan, maka area dengan pola hujan lokal justru terjadi pada musim kemarau, sehingga tidak mengikuti kondisi iklim yang seharusnya.

Baca juga: Apakah Hujan Meteor Berbahaya?

Jenis hujan lokal

Sama seperti hujan biasa, hujan lokal juga terbentuk oleh suatu rangkaian proses. Berdasarkan proses terbentuknya, hujan lokal dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

Convectional precipitation juga disebut hujan zenithal dan hujan konveksi. Hujan jenis ini terjadi akibat dari pemanasan radiasi matahari di siang hari yang menyebabkan udara di permukaan bumi akan dipaksa naik ke atas secara cepat dan terus-menerus.

Pada kondisi atmosfer yang lembab, udara panas yang baru saja naik akan mengalami penurunan suhu. Hingga pada akhirnya mengalami proses kondensasi sehingga membentuk butir-butir awan.

Jika udara yang berkondensasi terlampau banyak ditambah dengan faktor kondisi atmosfer yang kurang stabil, maka akan terbentuk awan jenis cumulonimbus yang dapat menyebabkan hujan yang sangat lebat dengan waktu berlangsung relatif singkat.

Hujan konveksi biasanya terjadi di wilayah iklim tropis dan turun ke daerah yang sama sekitar dua kali setahun.

Baca juga: Struktur Hutan Hujan Tropis

Hujan ini biasanya terjadi di wilayah dataran tinggi. Proses hujan jenis ini terjadi akibat udara bergerak melewati pegunungan atau bukit yang tinggi, sehingga udara akan dipaksa naik mengikuti kondisi gunung atau bukit.

Udara yang naik mengalami penurunan suhu di ketinggian tertentu, sehingga mengalami proses kondensasi dan terbentuk titik-titik air.

Selanjutnya, titik-titik air tersebut akan bertambah dan semakin banyak dan membentuk awan hujan di lereng atas angin yang disebut windward.

Sedangkan awan hujan di bagian lereng bawah angin yang disebut leeward. Awan tersebut kemudian tidak bisa menahan beratnya air dan turunlah hujan.

Karena pengaruh lokasi, awan akan segera bergerak secara horizontal dan angin akan terus bertiup ke arah puncak tertinggi pegunungan sehingga hujan hanya akan turun di daerah lereng.

Baca juga: 7 Hutan Hujan Tertua di Dunia

  • Hujan buatan (artificial rain)

Sesuai namanya, hujan ini tidak terjadi karena proses alami, melainkan direncanakan oleh manusia untuk keperluan tertentu di wilayah tertentu.

Biasanya hujan buatan dilakukan untuk mengisi waduk dan danau, keperluan air bersih, irigasi, mempermudah kerja PLTA dan untuk membantu daerah yang mengalami kekeringan.

Sebelum melakukan penaburan serbuk hujan, para perencana melakukan penghitungan terkait beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan hujan buatan.

Contohnya arah dan kecepatan angin, tekanan udara, kelembaban udara, area yang ditaburi serbuk hujan dan keberadaan awan Cumulus.

Selain itu, juga perlu menghitung berapa berat serbuk hujan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan.

Misalnya adalah penaburan serbuk seberat tiga ton dan disemai ke awan cumulus selama sebulan agar hasil maksimal. Semakin akurat perhitungan ini, maka semakin besar pula kemungkinan berhasilnya hujan buatan.

Baca juga: Alasan Dibalik Bentuk Tetesan Air Hujan yang Bulat

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi