Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Terbentuknya Hujan

Baca di App
Lihat Foto
audubon.org
Evaporasi, kondensasi, dan presipitasi adalah tiga tahapan dalam proses terbentuknya hujan.
Editor: Silmi Nurul Utami

Oleh: Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Hujan menjadi sumber air bersih utama di sebagian besar wilayah di dunia. Sebab, air yang dihasilkan oleh hujan tersebut dapat membantu berbagai ekosistem. Pada dasarnya, hujan adalah bagian dari proses terbentuknya air.

Saat air itu jatuh ke permukaan bumi, saat itulah disebut sebagai hujan. Namun, tidak semua air yang jatuh dapat mencapai bumi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak di antaranya yang menguap begitu saja. Kondisi tersebut kerap terjadi di daerah panas dan kering seperti padang gurun.

Jatuhnya air hujan hingga ke bumi melalui sebuah proses yang panjang. Proses terbentuknya hujan melalui tahap evaporasi, kondensasi, dan presipitasi. Berikut penjelasannya: 

Baca juga: Pengertian Evaporasi, Kondensasi, Prespitasi, dan Infiltrasi

Evaporasi

Tahapan pertama yang dilalui adalah evaporasi, yaitu proses penguapan air. Panasnya suhu bumi dari matahari akan membuat air sungai, danau, dan laut menguap menjadi butiran atau uap air.

Uap air tersebut akan naik ke atmosfer, lantas menggumpal menjadi awan. Jika suhu udara makin panas maka makin banyak pula air yang akan menguap ke udara. Hal itu akan menyebabkan terjadinya hujan semakin deras.

Ketika kita tak sengaja menumpahkan segelas air di suatu tempat, misalnya, di lantai atau di jalanan. Dalam beberapa jam, air tersebut akan hilang. Hal itu dapat terjadi karena air yang tumpah tersebut telah mengalami proses penguapan.

Proses penguapan bisa menjadi lebih cepat apabila terjadi saat suhu di suatu tempat panas akibat teriknya sinar matahari. Evaporasi menjadi tahapan awal dari serangkaian proses terjadinya hujan.

Baca juga: Contoh Peristiwa Menguap dalam Kehidupan Sehari-hari

Energi panas matahari membuat air yang berada di laut, sungai, danau, dan banyak sumber air di permukaan bumi mengalami penguapan.

Jika panas matahari makin tinggi, maka akan makin banyak pula air yang menguap dan naik ke atmosfer bumi.

Kondensasi

Tahapan selanjutnya adalah kondensasi. Uap air hasil proses penguapan atau evaporasi akan naik ke atmosfer, kemudian mengalami kondensasi atau pengembunan.

Pada proses tersebut, uap air akan berubah menjadi partikel-partikel es yang sangat kecil.

Partikel es yang terbentuk dari uap air tersebut akan mendekati satu sama lain, kemudian membentuk gumpalan putih yang biasa disebut awan.

Adapun, proses partikel es yang saling mendekat dan membentuk awan itu disebut koalesensi.

Baca juga: Contoh Peristiwa Mengembun dalam Kehidupan Sehari-hari

Pada tahapan itu, partikel es memiliki jari-jari sekitar 5 hingga 20 milimeter. Dalam ukuran tersebut air akan jatuh dengan kecepatan 0,01 hingga 5 sentimeter per detik.

Sementara, kecepatan aliran udara yang lebih tinggi akan membuat partikel itu tidak jatuh ke bumi.

Perubahan uap air menjadi es tersebut dipengaruhi oleh perbedaan suhu pada perbedaan ketinggian awan di udara.

Jika makin tinggi awan yang terbentuk, suhu akan makin dingin. Pada proses kondensasi, uap air akan naik ke atas lantaran terkena panas dari matahari.

Setelah uap air naik cukup tinggi, terjadilah pengembunan yang berubah menjadi tetesan air.

Contoh peristiwa kondensasi terjadi ketika ada segelas air dingin di atas meja, kemudian uap air yang berada di gelas tersebut akan mengembun, lalu menjadi tetesan air.

Baca juga: Alasan Dibalik Bentuk Tetesan Air Hujan yang Bulat

Hal yang sama juga terjadi ketika uap air naik ke langit lalu menjadi cairan. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua air yang mengembun akan membentuk awan.

Hal tersebut karena sebagian mengembun di dekat tanah, sebagian naik menjadi kabut, dan sebagian lagi akan naik ke langit membentuk awan.

Presipitasi

Proses terbentuknya hujan yang ketiga adalah presipitasi. Presipitasi merupakan proses mencairnya butiran es di awan, kemudian turun menjadi titik-titik hujan ke bumi.

Awan yang telah terbentuk pada proses sebelumnya barangkali tertiup angin dan terbawa sehingga menjadi turun hujan di tempat lain dari proses sebelumnya.

Awan yang sudah terlalu padat dengan uap air dan tidak bisa lagi menahan beban air akan jatuh ke daratan, kemudian menjadi titik-titik hujan.

Baca juga: Proses Terjadinya Hujan

Ukuran titik-titik hujan bervariasi mulai dari 0,5 milimeter atau lebih besar. Sementara, hujan gerimis berukuran kurang dari 0,5 milimeter.

Ukuran tersebut biasanya bervariasi tergantung lokasi awan yang menurunkan hujan. Gerimis diturunkan oleh awan dangkal, sementara hujan deras diturunkan oleh awan dengan tinggi menengah atau sangat tinggi.

Posisi hujan yang sangat tinggi, sedangkan udara di tempat awan berada sangat dingin, kemudian biasanya hujan akan jatuh sebagai salju ataupun es.

Makin menurun mendekati daratan, es itu akan mencair menjadi air hujan. Makin mendekati daratan, suhu akan makin menghangat, kemudian mencairkan titik-titik es.

Baca juga: Hujan Lokal: Faktor dan Jensinya

Adapun, setiap belahan bumi memiliki curah hujan berbeda-beda. Misalnya, di wilayah padang pasir curah hujannya hanya kurang dari 10 milimeter hujan per tahun.

Berbeda halnya dengan negara tropis seperti Indonesia yang rata-rata memiliki curah hujan 2.000 hingga 3.000 milimeter per tahun.

Hal yang perlu diwaspadai adalah hujan asam, yaitu awan yang terdiri dari gumpalan uap air, juga mengandung partikel lain seperti debu, garam, asap, dan polutan.

Jika awan mengandung senyawa sulfur dioksida dan nitrogen oksida, kemudian kedua zat itu berinteraksi dengan air, maka akan menjadi hujan asam.

Hujan asam sangat berbahaya bagi tanaman, binatang, tanaman laut, dan tanah.

Baca juga: Apa Itu Hujan Asam?

Senyawa sulfur dioksida dan nitrogen dioksida sebenarnya terkandung di dalam udara normal. Namun, pada beberapa kondisi, kadar kedua senyawa tersebut meningkat di udara.

Kondisi yang bisa menyebabkan kedua zat tersebut meningkat misalnya erupsi gunung berapi dan asap pembakaran bahan bakar fosil.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi