Oleh: Rina Kastori, Guru SMPN 7 Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Masa perundagian merupakan akhir masa praaksara di Indonesia. Pada zaman ini, peradaban sudah berkembang sangat pesat.
Kata perundagian berasal dari bahasa Bali, undagi, berarti seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan usaha tertentu.
Contohnya pembuatan gerabah, perhiasan, atau sampan. Pada masa ini, peradaban manusia sudah maju tingkatannya.
Teknologi pembuatan alat atau perkakas jauh lebih tinggi dibanding masa sebelumnya. Berdasarkan ilmu arkeologi, manusia telah memasuki zaman logam pada masa perundagian.
Adapun, zaman Logam merupakan masa di mana manusia sudah mampu membuat alat perlengkapan hidupnya dari logam.
Pada zaman ini, manusia tidak hanya menggunakan bahan dari batu untuk membuat perkakas, tetapi juga menggunakan bahan dari logam, seperti perunggu dan besi.
Baca juga: Kehidupan Zaman Praaksara
Kehidupan sosial ekonomi pada masa perundagian
Pada masa perundagian, kehidupan sosial ekonomi masyarakat sudah lebih maju dan meningkat dibanding masa bercocok tanam.
Kemajuan sosial ekonomi itu terlihat pada kemampuan manusia mengolah logam, khususnya perunggu dan besi.
Munculnya golongan masyarakat yang memiliki keterampilan tertentu, menyebabkan teknologi berkembang pesat.
Seiring kemajuan yang dicapai, terjadi peningkatan aktivitas perdagangan yang dilakukan dengan sistem barter atau tukar-menukar.
Barang-barang yang laku kala itu adalah nekara perunggu dan perhiasan dari logam serta manik-manik.
Kegiatan perdagangan antarpulau pada masa perundagian juga cukup maju. Dibuktikan dengan ditemukannya nekara di Selayar dan Kepulauan Kei yang dihiasi gambar binatang, seperti gajah, merak, dan harimau.
Jenis binatang ini tidak terdapat di wilayah Indonesia Timur. Ini menunjukkan bahwa nekara berasal dari Indonesia barat.
Baca juga: Peninggalan Zaman Praaksara
Teknik pembuatan logam pada masa perundagian
Saat itu, peleburan logam menjadi teknik tertinggi yang dikuasai masyarakat untuk membuat perkakas sehari-hari.
Keahlian seperti itu belum pernah ada sebelumnya. Agar bisa meleburnya, logam dipanaskan terus-menerus sampai titik cair dan titik lebur.
Kemudian dicetak dengan alat dari batu, tanah liat, atau lilin. Ada dua teknik pembuatan logam pada masa perundagian, yaitu:
Teknik bivalveTeknik ini menggunakan cetakan dari batu yang terdiri atas dua bagian. Jika dijadikan satu atau diikat dengan tali, akan membentuk rongga.
Dalam rongga itu, kemudian dituangkan perunggu berupa cairan yang kemudian didinginkan. Jika perunggu sudah dingin dan padat, berarti perkakas itu sudah jadi.
Kelebihan teknik ini, yaitu satu alat dapat dipakai berulang-ulang. Sedangkan kelemahannya, yakni membuat alat cetakannya tidak mudah karena dibuat dari batu.
Baca juga: Zaman Logam: Pembagian Zaman, Teknik dan Peralatan yang Dihasilkan
Teknik a cire perdueDilakukan dengan membentuk model atau benda tertentu dari lilin. Bentuk itu dibungkus dengan tanah liat dan dibakar.
Saat dibakar, lilin akan mencair dan keluar dari lubang yang telah dibuat. Dengan demikian, jadilah cetakan baru berupa tanah liat yang berongga.
Lalu, perunggu cair dituangkan ke dalam cetakan berongga tersebut hingga penuh, kemudian didinginkan.
Kelebihan teknik ini, yaitu lebih mudah membuat bentuk model benda yang diinginkan karena hanya berasal dari lilin. Sedangkan kelemahannya, yakni satu alat cetakan hanya bisa dipakai satu kali.
Alat yang dihasilkan dalam masa perundagian
Berikut beberapa alat yang dihasilkan dalam masa perundagian, tepatnya pada zaman perunggu dan besi:
Alat-alat pada zaman perungguPada zaman perunggu, masyarakat disebut Proto Melayu atau Melayu Muda, yaitu kelompok Homo Mongoloid, sebangsa orang Tionghoa tua.
Baca juga: Manusia Masa Praaksara di Indonesia
Mereka masuk ke Indonesia sekitar tahun 300 SM, dan sudah membawa kebudayaan perunggu.
Zaman ini mulai dikenal dengan teknologi undagi (tukang), di mana harus ada pekerja yang terampil dengan teknologi undagi.
Pada zaman ini, sudah ada perdagangan dalam bentuk barter. Meski begitu, belum ada alat tukar khusus yang berfungsi sebagai uang.
Kebudayaan Dongson dikenal sebagai produk zaman Perunggu yang menghasilkan benda-benda sebagai berikut:
- Kapak corong
Kapak perunggu sering disebut kapak sepatu atau kapak corong. Kapak ini menyerupai bentuk pahat, jantung, atau tembikar yang menyiku pada bidang kapak.
Peninggalan ini sering pula disebut kapak sepatu karena bentuknya mirip sepatu.
Baca juga: Periodisasi Sejarah Indonesia (Praaksara-Reformasi)
Kapak corong ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, Pulau Selayar, dan Papua dekat Danau Sentani.
Ukuran kapak corong beragam, ada yang kecil dan sangat sederhana, berukuran besar dan memakai hiasan, pendek dan lebar, bulat, atau salah satu sisinya lebih panjang.
Kapak corong yang panjang satu sisinya disebut candrasa. Kapak ini tidak semuanya digunakan sebagai kapak, karena ada juga yang berfungsi sebagai hiasan.
- Perhiasan
Pada masa ini telah ditemukan banyak perhiasan terbuat dari logam. Perhiasan yang ditemukan, antara lain cincin perunggu, gelang kaki, gelang tangan, dan kalung.
- Nekara
Merupakan salah satu bukti perkembangan kebudayaan. Nekara adalah semacam tambur besar dari perunggu yang berpinggang di bagian tengah dan tertutup di sisi atasnya.
Nekara dipercaya sebagai bagian bulan yang jatuh dari langit. Biasa digunakan sebagai salah satu alat dalam upacara mengundang hujan, seperti di Bali.
Baca juga: Peninggalan Manusia Praaksara
- Moko
Merupakan benda sejenis nekara yang bentuknya lebih kecil dan ramping. Digunakan sebagai alat pusaka atau sebagai mas kawin. Moko banyak dijumpai di Pulau Alor.
- Arca
Arca merupakan benda perunggu berbentuk binatang atau orang. Bentuk arca sangat beragam.
Ada yang menggambarkan orang sedang menari, berdiri, naik kuda, atau memegang panah. Arca-arca ini ditemukan di Bangkinang, Provinsi Riau.
- Bejana
Bejana bentuknya seperti gitar Spanyol tanpa tangkai. Bejana perunggu ini banyak ditemukan di daerah Sumatera dan Madura.
Alat-alat pada zaman besiPada zaman ini, banyak benda peralatan hidup dan senjata, seperti tombak, mata panah, cangkul, sabit, dan mata bajak, yang dihasilkan masyarakatnya.
Benda peninggalan zaman ini tidak banyak ditemukan karena mudah berkarat.
Baca juga: Sistem Kepercayaan Manusia Purba Masa Praaksara
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.