Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Ragam Jenis Tari Tradisional Aceh

Baca di App
Lihat Foto
wikimedia.org
Tari Saman
Editor: Silmi Nurul Utami

Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Tari merupakan salah satu keragaman dan kekayaan budaya di Indonesia.

Tari memiliki ciri khas tertentu, mulai dari jenis, macam, bentuk, karakter, pakaian adat, aksesoris, dan perlengkapan yang dapat menunjang suatu identitas daerah. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti halnya provinsi Aceh yang memiliki produk budaya seni tari tradisional Aceh. Tari tradisional Aceh berkembang secara turun temurun dan menjadikannya semacam identitas budaya bagi masyarakat Aceh. 

Ragam jenis tari tradisional Aceh di antaranya adalah Tari Saman Meuseukat, Tari Likok Pulo Aceh, Tari Laweut, Tari PHO, Tari Seudati, Tari Rencong, Tari Ratoh Duek, Tari Guel, Rapai Geleng, dan Tari Tarek Pukat. 

Berikut penjelasannya: 

Baca juga: Tari Tradisional: Definisi, Ciri-Ciri, Keunikan, dan Fungsinya

Tari Saman Meuseukat

Tari saman merupakan salah satu tarian tradisional Aceh yang berasal dari suku Gayo. Tari saman merupakan hasil karya dari seorang yang bernama Syekh Saman.

Gerakan tangan dan syair yang diciptakan berupa tepuk tangan, tepukan dada, tepukan di atas lutut, dan mengangkat tangan ke atas secara bergantian.

Penari tari Saman akan mengenakan pakaian khusus berwarna-warni. Selama tari saman dipentaskan, penari akan membentuk format pola lantai yang khas. Dalam melakukan tarian, penari harus berbaris membentuk garis lurus ke samping.

Makna dari tari Saman adalah manusia merupakan makhluk sosial sehingga membutuhkan manusia lain.

Pola duduk dengan kaki yang bertumpu seperti duduk di antara dua sujud juga melambangkan umat Islam yang sedang membentuk saf ketika sedang melakukan salat.

Baca juga: Tari Saman, Tarian Tradisional Khas Aceh

Tari Likok Pulo Aceh

Tari likok Pulo lahir pada tahun 1849 diciptakan oleh ulama tua dari Arab yang terdampar di pulau Aceh yang bernama Syekh Ahmad Badron.

Secara bahasa, tarian tradisional Aceh ini berasal dari dua kata, yakni 'likok' yang bermakna gerak tari, dan 'pulo' yang berarti pulau.

Pulau yang dimaksud adalah sebuah pulau kecil yang terdapat di ujung pelosok utara pulau Sumatra yang kerap disebut sebagai pulau beras (Breuh).

Tari likok Pulo biasanya digelar sesudah menanam padi atau menjelang masa panen tiba. Tarian ini juga disertai dengan pemukulan rapai atau alat musik untuk mengatur gerak tari. Para penari juga dilengkapi dengan properti bambu (boh Liko).

Baca juga: Tari-Tarian Tradisional Aceh 

Tari Laweut

Tari laweut berasal dari kata selawat, yaitu berupa sanjungan yang ditujukan kepada junjungan nabi Muhammad SAW. Syair-syair yang mengiringi tarian ini memang banyak bershalawat atas Nabi.

Fungsi utama tari ini, yaitu sebagai media dakwah yang memberikan pengetahuan tentang agama Islam. 

Tari laweut ini diiringi dengan suara yang berasal dari badan penari itu sendiri, seperti tepukan dada, tepukan tangan, hentakan kaki, dan vokal syahi yang menyanyikan syair.

Syair-syair tersebut mengandung pesan-pesan tersendiri mengenai keimanan, pembangunan, kemasyarakatan, dan lain-lain.

Baca juga: Mengapa Aceh Dijuluki Kota Serambi Mekkah?

Tari PHO

Pho berasal dari kata "peuba-e", artinya meratoh atau meratap. PHO adalah panggilan atau sebutan penghormatan dari rakyat Aceh kepada yang Mahakuasa yaitu Po Teu Allah.

Tarian ini dibawakan oleh para wanita pada zaman dahulu dilakukan ketika ada orang besar atau raja-raja yang meninggal.

Sejak berkembangnya agama Islam, tarian ini tidak lagi dilakukan pada waktu kematian, dan kini menjadi kesenian rakyat yang sering ditampilkan pada upacara adat.

Tari Seudati

Tari seudati berasal dari bahasa Arab 'syahadat' yang artinya bersaksi atau pengakuan terhadap tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah dalam Islam.

Ada juga yang mengatakan bahwa seudati berasal dari kata 'seurasi' yang berarti harmonis atau kompak. 

Baca juga: Tari Seudati, Tarian Pengikat Tali Persaudaraan di Aceh

Berdasarkan sejarahnya, tarian ini mengisahkan berbagai macam masalah yang terjadi agar masyarakat Aceh tahu cara menyelesaikannya bersama-sama. Tari ini dibawakan oleh 8 orang penari dan 2 orang syahi yang berperan sebagai vokalis.

Tari seudati memiliki keunikan tersendiri, yaitu dibawakan tanpa iringan alat musik apa pun sebagai pengiring, tarian ini hanya diiringi dengan lantunan syair dari Aneuk syahi.

Tari Rencong

Tari rencong merupakan tari yang sudah cukup lama berkembang di daerah Aceh tari tersebut diilhami oleh pahlawan wanita Aceh yang sedang berjuang dalam mempertahankan daerahnya dari penjajah.

Tari Ratoh Duek

Tari Ratoh Duek merupakan tari tradisional dari Provinsi Aceh. Kata ratoh berasal dari Bahasa Arab rateeb, yang artinya kegiatan berdoa atau berdzikir. Tarian tradisional Aceh ini menggambarkan semangat dan kebersamaan masyarakat Aceh. 

Baca juga: Lagu Daerah di Aceh

Harmoni antara syair dan tepukan berirama para penari mengungkapkan kekompakkan masyarakat Aceh dalam kegiatan sehari-hari.

Tari Ratoh Duek tidak mengenakan properti tari apa pun. Kostum yang digunakan adalah baju khas Aceh yang telah dimodifikasi, yaitu pakaian polos yang dipadukan dengan kain songket Aceh, serta hiasan kepala dan ikat pinggang.

Tari Guel

Tarian tradisional Aceh ini merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari budaya masyarakat Gayo di Aceh. Tari Guel memiliki gerakan yang sangat khas dan penuh makna, bahkan terkesan bernuansa mistis.

Tarian ini awalnya lebih difungsikan sebagai tarian upacara adat tertentu di kalangan masyarakat Gayo, baik secara ritual adat maupun perayaan adat. 

Bagi masyarakat Gayo, tarian ini bukan sekadar tarian biasa. Tetapi, memiliki nilai dan filosofi kebudayaan mereka. Setiap gerakan tarian mengandung pesan dan nilai-nilai di dalamnya.

Gerakan Tari Guel ini sangat unik dan gerakan disesuaikan dengan suara musik pengiring. Menariknya, gerakan penari pria dan wanita cenderung berbeda. Gerakan penari pria lebih mendominasi.

Baca juga: Macam Gerak Tari

Rapai Geleng

Tarian Rapai Geleng berasal dari daerah Manggeng di Aceh Barat Daya. Tarian tradisional Aceh ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moral untuk masyarakat. Syair yang digunakan merupakan lagu-lagu keagamaan. 

Nama geleng sendiri diambil dari gerakan penarinya yang menggeleng-gelengkan kepala ke kanan dan kiri dengan berirama dan sangat kompak.

Sedangkan, kata rapai diambil dari nama alat musik yang menyerupai gendang yang dimainkan oleh penari. Saat ini alat musik rapai lebih dikenal dengan nama rebana.

Tari Tarek Pukat

Tari Tarek Pukat terinspirasi dari tradisi menarek pukat atau menarik jala yang dilakukan masyarakat Aceh, khususnya di daerah pesisir.

Tarian tradisional Aceh ini menggambarkan tentang aktivitas para nelayan Aceh saat menangkap ikan di laut.

Baca juga: Tari Tarek Pukat, Terinspirasi dari Nelayan di Aceh

Umumnya, tari Tarek Pukat ditampilkan dalam berbagai acara, seperti Upacara penyambutan, Acara adat, Acara budaya Dalam pertunjukannya, penari menggunakan busana tradisional serta dihias dengan hiasan dan tata rias yang membuatnya terlihat cantik.

 

Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi