Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Upacara Rujena, Provinsi Maluku

Baca di App
Lihat Foto
TROPENMUSEUM
Salah satu suku di Maluku yang menampilkan baju adatnya.
Editor: Serafica Gischa

Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Upacara Rujena adalah upacara adat yang berasal dari masyarakat Nualu di Maluku. Upacara rujena diadakan ketika anak laki-laki dari suku Nualu beranjak dewasa.

Pada zaman dahulu kedewasaan seorang pria sangat erat kaitanya dengan pengayauan (pemenggalan kepala). Seorang anak laki-laki dianggap telah dewasa jika ia telah melakukan pengayauan, anak laki-laki tersebut dianggap dewasa dan dapat melindungi kaum perempuan dan anak-anak.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilansir dari buku Indonesia nan Indah: Upacara Adat (2019) oleh Maryani, tradisi pengayauan tidak lagi dilakukan masyarakat Nualu. Gantinya, mereka menggunakan tombak dan panah untuk menguji kedewasaan anak laki-laki.

Masyarakat Naulu menilai tombak dan panah memiliki peran penting dalam berburu dan perang. Kemampuan dan keterampilan menggunakan kedua senjata tersebut menjadi suatu jati diri yang melambangkan kedewasaan seorang laki-laki.

Baca juga: Mengenal 2 Provinsi di Kepulauan Maluku 

Tahap pelaksanaan Upacara Rujena

Terdapat tiga tahapan dalam Upacara Rujena, yaitu:

Berikut penjelasannya:

Tahap pemakaian cawat (pakaian dalam)

Setelah terkumpul, anak laki-laki tersebut diperintahkan untuk membentuk lingkaran dan didampingi oleh seorang saksi dari masing-masing soa-nya.

Soa adalah suatu kesatuan masyarakat yang berdasarkan genealogis teritorial. Beberapa soa yang bergabung membentuk sebuah negeri.

Mereka ditelanjangi dan di cawati oleh Momo kanate (orang yang dipercaya untuk memimpin upacara bagi kelompok kerabatnya) masing-masing.

Penelanjangan dan pemakaian cawat ini disaksikan oleh para saksi dan peserta upacara yang lain.

Selanjutnya, pengikatan ikat pinggang yang telah disisipi dengan sehelai kain berang. Setelah pengikatan ikat pinggang, tahapan pertama dinyatakan selesai.

Tahap pataheri (pembunuhan hewan upacara)

Tahapan pataheri adalah tahapan membunuh hewan upacara (kuskus). Setiap anak mendapat satu kuskus dari kaum soa-nya.

Anak-anak harus berani membunuh kuskus. Kegiatan ini hanya disaksikan oleh Momo kanate dan para saksi upacara. Mereka bertugas menilai keberanian, kepandaian, dan keterampilan tiap anak dalam melewati ujian.

Sementara kaum laki-laki yang lainnya berada di luar Walano. Mereka hanya diperbolehkan masuk jika kuskus telah dibunuh semua.

Selanjutnya, untuk merayakan keberhasilan anak-anak tersebut diadakan makan bersama selama 6 hari di Walano tersebut. Semua perbekalan yang disiapkan dalam tegalaya dihidangkan bersama di atas meja.

Jika perbekalan tersebut telah habis, para Momo kanate dan peserta upacara mencari daging buruan di hutan untuk mengisi tegalaya yang kosong. Anak-anak yang di upacara tidak ikut dalam perburuan tersebut, mereka tetap berada di dalam Walano.

Setelah hari ke-6 rombongan tersebut kembali ke desa. Anak-anak yang berhasil melewati upacara masa dewasa tahap 1 dan tahap 2 harus menggunakan koronum, yaitu sehelai kain berang yang dililitkan di kepala.

Sebelum masuk ke Suwane, anak-anak tersebut berkumpul ke Sanana yang ditandai dengan sebatang pohon linggua.

Baca juga: Parang Salawaku dan Tombak, Senjata Tradisional Maluku

Tahap pengesahan sebagai orang dewasa (pesta Rujena)

Tahapan ketiga adalah upacara pengesahan. Di Suwane yang terpilih telah hadir pinawasa dan para pembantunya untuk memimpin jalannya upacara.

Pada saat itu, dinyalakan api di dapur Suwane oleh kamama. Api tersebut merupakan lambang keabadian sehingga tidak boleh padam dan harus dijaga hingga upacara tersebut selesai.

Api yang dinyalakan dan tifa telah dibunyikan menjadi pertanda bahwa anak-anak tersebut diajak masuk ke dalam Suwane. Mereka akan memperagakan tarian cakalele (tarian perang) sambil mengelilingi pohon gadihu sebanyak lima kali. Pada putaran yang terakhir, mereka akan dilantik oleh pinawasa menjadi mataken.

Mataken adalah gelar yang diberikan kepada anak laki-laki yang telah selesai mengikuti upacara masa dewasa.

Setelah mendapat mataken anak tersebut dinyatakan dewasa yang dapat hidup mandiri dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian upacara rujena telah selesai.

Seorang laki-laki suku Nualu yang berhasil melaksanakan syarat dalam upacara rujena, maka ia berhak membentuk sebuah keluarga.

Selain itu, laki-laki suku Nualu berhak menduduki suatu kedudukan atau jabatan jika dia mampu memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Peralatan Upacara Rujena

Pelaksanaan upacara rujena memerlukan beberapa peralatan yang harus dipersiapkan terlebih dahulu. Peralatan dalam upacara rute sebagai berikut:

  • Waluno, bangunan yang dibuat secara khusus untuk upacara rujena yang berada di tengah hutan. Bangunan ini dibuat secara gotong royong oleh para laki-laki dewasa dari soa (kelompok kerabat) yang anggotanya akan diupacarai.
  • Rujena, pakaian dalam yang dikenakan pada anak-anak yang akan di upacarai. Rujena terbuat dari kulit pohon sejenis beringin yang berdaun kecil.
  • Sehelai ikat pinggang yang terbuat dari kulit kayu, ikat pinggang ini berfungsi untuk mengencangkan rujena sehingga tidak mudah melorot.
  • Dua helai kain berang (kain yang berwarna merah darah).
  • Tegalaya, sejenis bakul. Dalam upacara rujena, tiga raya digunakan untuk menyimpan makanan daging buruan. Jumlah tegalaya yang dibutuhkan oleh seorang anak Nualu yang di upacara biasanya sebanyak 25 buah.

Baca juga: Keunikan Alat Musik Fu, Maluku Utara

Makna di balik Upacara Rujena

Di balik Upacara Rujena terdapat makna yang terkandung di dalamnya, yaitu:

  • Kebersamaan, yang tercermin dari berkumpulnya masyarakat Nualu dari berbagai soa menjadi satu dalam perayaan upacara rujena. Selain itu, makan bersama dan doa bersama juga menunjukkan nilai kebersamaan.
  • Ketelitian, yang tercermin dalam proses upacara itu sendiri, semua persiapan dan perlengkapan disiapkan dengan cermat dan teliti supaya nanti dapat berjalan dengan baik dan lancar.
  • Gotong royong, yang tercermin dari pembangunan walano. Tidak hanya itu, mereka pun saling membantu dalam menyediakan makanan dan persiapan yang lain.

 

Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi