Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Kehidupan Sasak, Budaya yang Memengaruhi dan Tradisi Uniknya

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/soft_light
Ilustrasi pesta pernikahan Suku Sasak di Lombok yang menjadi tahap akhir rangkaian merarik atau kawin curi.
Editor: Serafica Gischa

Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Suku Sasak adalah suku asli yang mendiami pulau Lombok. Suku ini diduga berasal dari Jawa dan Bali. Namun ras Melayu diperkirakan telah mendiami Lombok sejak 4000 tahun lalu.

Karena asimilasi budaya yang datang dari Jawa dan Bali, maka kebudayaan sasak dan masyarakat Lombok pada umumnya memiliki kemiripan dengan Jawa dan Bali.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah budaya Suku Sasak

Lombok juga tercatat dalam kitab Negarakertagama, sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan dan pemerintahan kerajaan Majapahit. Dalam kitab tersebut, Lombok disebut sebagai Lombok Mirah Sasak Adi.

Kata-kata tersebut bermakna kejujuran adalah permata kehidupan nyata yang baik atau utama.

Makna filosofi itulah yang selalu diterapkan para leluhur masyarakat Lombok sebagai bentuk kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan oleh semua generasi.

Pada abad ke-6, Lombok ditaklukkan oleh kerajaan Gelgel dari Bali dan dikuasai dalam waktu yang lama. Dari penaklukan inilah, budaya Bali mulai memengaruhi budaya lokal masyarakat Lombok.

Hal ini dapat dilihat dari bahasa, busana, dan beberapa kesenian yang bercorak Bali. Di daerah Mataram dan Lombok barat terdapat beberapa pura besar yang hingga kini masih aktif digunakan oleh masyarakat Hindu di Lombok.

Baca juga: Mengenal Rumah Adat Suku Sasak dan Filosofinya

Kemudian pada sekitar abad ke-16, Lombok berada dalam kekuasaan Majapahit. Budaya Hindu Jawa pun memengaruhi budaya suku Sasak yang merupakan penduduk asli pulau Lombok. 

Pada akhir abad ke-16 sampai abad ke-17, Lombok banyak dipengaruhi oleh Jawa Islam melalui dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri. Hal inilah yang menyebabkan perubahan agama suku Sasak, yang sebelumnya Hindu menjadi Islam

Tradisi "kawin lari" Suku Sasak

Salah satu tradisi unik Suku Sasak yaitu tradisi kawin lari. Disebut kawin lari karena dalam tradisi pernikahan Suku Sasak didahului dengan konsep "penculikan".

Tradisi pernikahan dalam suku Sasak berawal dari "penculikan" anak gadis oleh laki-laki yang menginginkannya. Tindakan ini disebut dengan merarik.

Merarik menunjukkan kejantanan seorang laki-laki karena telah berani mengambil anak gadis orang tanpa izin. Sang laki-laki harus berani bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kebutuhan sang gadis selama masa "penculikan".

Dalam waktu tiga hari, pihak laki-laki harus sudah mengabarkan penculikan itu. Selama masa proses "penculikan", sang gadis akan dibawa ke rumah calon suami atau saudaranya. Proses ini dikenal dengan istilah bersejati. 

Jika dalam tiga hari, pihak laki-laki belum memberitahukan keluarga perempuan, maka ia diharuskan membayar denda terlambat salabar.

Baca juga: Tari Gandrung, Tari Tradisional Masyarakat Lombok

Denda tersebut akan diserahkan pada saat upacara pernikahan berlangsung. Pihak laki-laki akan mengirim utusan (bersela bor) ke pihak perempuan yang dipimpin oleh seorang Pembayun (pemuka adat).

Puncak upacara adat perkawinan suku Sasak disebut Sorong Serah Aji Krame. Upacara ini adalah penyerahan sejumlah mas kawin yang disebut saji krama. Perkawinan dianggap sah jika Sorong Serah Aji Krama telah dilaksanakan.

Setelah itu, pengantin laki-laki dan perempuan di Arab berkeliling kampung sebagai bentuk raksa sukacita. Proses ini disebut nyongkolan oleh masyarakat setempat.

 

Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi