Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Upacara Perkawinan Adat Jawa

Baca di App
Lihat Foto
ferlistockphoto
Ilustrasi pernikahan
Editor: Serafica Gischa

Oleh: Ani Rachman,Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Upacara perkawinan adat Jawa biasanya menggunakan adat istiadat yang berlaku di Jawa. Perkawinan adat Jawa mempunyai beberapa tahapan yang harus dilaksanakan.

Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan upacara perkawinan yang menggunakan adat Jawa, sebagai berikut:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum upacara pernikahan dilaksanakan, keluarga harus mempersiapkan beberapa hal untuk mendukung kelancaran acara. Salah satu acara yang harus dipersiapkan jauh hari adalah pemaes. 

Pemaes merupakan dukun pengantin wanita yang menjadi pemimpin dari acara pernikahan. Pemaes mengurus dandanan dan pakaian pengantin perempuan dan laki-laki.

Selain pemaes, dalam persiapan pernikahan, keluarga juga harus menyiapkan panitia kecil. Panitia terdiri dari teman dekat dan keluarga dari kedua mempelai.

Panitia ini akan mengurusi beberapa keperluan dalam pelaksanaan pernikahan, seperti protokol, makanan dan minuman, musik gamelan dan tarian, dekorasi ruang resepsi, pembawa acara, pidato pembuka, dan lain-lain.

Baca juga: Mengenal Upacara Puputan Adat Jawa 

Tarub adalah dekorasi yang menggunakan tumbuhan sebagai bahan utamanya. Tarub dapat terdiri dari pohon pisang, buah pisang, tebu, buah kelapa, dan daun beringin.

Tarub ini dipasang di pintu gerbang dari rumah orangtua pengantin wanita, sehari sebelum pelaksanaan acara pernikahan. Selain Tarub, dipasang juga bleketepe di atas pintu gerbang. Bleketepe adalah semacam tirai yang terbuat dari anyaman daun kelapa.

Dekorasi yang dipasang dalam upacara pernikahan adalah sepasang kembang Mayang kembar. Kembang Mayang yang digunakan sebagai hiasan akan diletakkan di samping kanan dan kiri kursi pelamin.

Kembang Mayang adalah suatu karangan bunga yang terdiri dari sebatang pohon pisang dan daun pohon kelapa (janur) yang dibuat dua buah atau kembar.

Proses siraman yang dilalui oleh pengantin laki-laki dan wanita dilaksanakan di rumah masing-masing. Biasanya siraman ini diadakan pada siang hari, sehari sebelum ijab Kabul atau pernikahan diselenggarakan (H-1).

Pihak yang akan melakukan siraman, yaitu orangtua dan keluarga dekat atau orang yang dituakan. 

Jumlah orang yang melakukan siraman biasanya tujuh orang. Air yang digunakan dalam prosesi siraman adalah campuran dari kembang setaman yang disebut banyu perwitosari. Jika memungkinkan air yang digunakan diambil dari tujuh mata air.

Baca juga: Mengenal Upacara Tedak Siten, Tradisi Masyarakat Jawa

Istilah midodareni berasal dari kata widodari yang berarti bidadari atau dewi-dewi. Dengan midodareni, diharapkan pengantin wanita akan berubah seperti seorang bidadari ketika acara pernikahan diadakan. 

Prosesi midodareni diselenggarakan di rumah calon pengantin wanita. Biasanya pada malam midodareni, pengantin wanita mendapat nasihat-nasihat dari orangtua, teman, dan keluarga.

  • Paningset atau srah-srahan

Paningset atau srah-srahan berasal dari kata singset yang berarti ikatan. Keluarga pengantin laki-laki datang ke rumah keluarga pengantin wanita sambil membawa hadiah atau hantaran dan beramah tamah.

Hantaran ini diberikan kepada pengantin wanita sebagai tanda keluarga laki-laki menyetujui pernikahan tersebut. Kedua keluarga tersebut akan menjadi satu.

  • Upacara Ijab

Upacara ijab merupakan syarat yang paling penting dalam mengesahkan pernikahan. Pelaksanaan ijab disesuaikan dengan ajaran agama yang dianut oleh kedua mempelai.

Upacara ijab pada intinya adalah orangtua pengantin wanita menikahkan anaknya kepada pengantin laki-laki. 

Setelah itu, pengantin laki-laki akan menerima nikahnya pengantin wanita yang disertai dengan penyerahan mas kawin bagi pengantin wanita.

Pelaksanaan ijab ini disaksikan oleh penghulu atau pejabat pemerintah yang akan mencatat pernikahan mereka. Setelah disetujui oleh wali dan saksi, pernikahan tersebut sah oleh agama dan akan dicatat oleh pejabat pemerintah yang bersangkutan.

Baca juga: Mengenal Kebudayaan Suku Jawa 

  • Upacara Panggih

Panggih atau temu berarti pengantin laki-laki dan pengantin wanita dipertemukan di pelaminan. Selama upacara panggih, kembang Mayang dibawa keluar rumah dan diletakkan di persimpangan dekat rumah. 

Hal ini bertujuan mengusir roh-roh jahat. Setelah dipertemukan, kedua pengantin melakukan beberapa tahapan dalam prosesi pernikahan secara adat Jawa yang dipimpin oleh pemaes.

  • Balangan Suruh

Upacara Balangan suruh dilakukan oleh kedua pengantin. Mereka berdiri dengan jarak sejauh 3 meter dan pemaes memberikan gulungan suruh.

Kedua pengantin melemparkan seikat daun sirih dengan jeruk di dalamnya bersama dengan benang putih. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, daun sirih dapat menolak dari berbagai gangguan buruk.

Dengan melempar daun sirih satu sama lain, kedua pengantin membuktikan bahwa mereka benar-benar manusia sejati, bukan setan, jin, atau orang lain yang menganggap dirinya sebagai pengantin wanita atau pengantin laki-laki. Balangan suruh juga melambangkan cinta kasih dan kesetiaan.

  • Wiji Dadi

Dalam proses biji dadi, pengantin laki-laki akan menginjak telur ayam dengan kaki kanan hingga pecah. Kemudian pengantin perempuan akan membersihkan kaki suaminya tersebut menggunakan air yang telah dicampur dengan bermacam-macam bunga. 

Biji tadi melambangkan pengantin laki-laki siap menjadi seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya. Selain itu, pengantin wanita akan setia melayani suaminya.

Baca juga: Unggah-Ungguh Bahasa Jawa

  • Upacara Sindur Binayang

Ayah pengantin wanita akan mengantar pasangan pengantin ke kursi pelaminan. Mereka akan berjalan secara perlahan-lahan. Ayah berada di depan pasangan pengantin, sementara ibu pengantin wanita berada di belakang pasangan pengantin. 

Ibu pengantin wanita menutup atau menyampirkan pundak pasangan pengantin dengan kain Sindur (kain yang berwarna merah). Prosesi ini mempunyai makna, ayah akan memberikan petunjuk jalan ke bagian untuk kedua pengantin. Sementara ibu akan memberikan dorongan moral.

  • Upacara Timbang

Kedua pasang pengantin akan duduk di atas pangkuan ayah pengantin wanita. Sementara ibu pengantin wanita akan bertanya terlebih dahulu kepada ayah, manakah yang lebih berat. 

Kemudian ayah akan menjawab bahwa kedua pengantin sama beratnya,berarti cinta mereka sederajat dan tidak pilih kasih dalam membimbingnya dan dalam memperlakukan anak mantu sama halnya seperti anak sendiri.

  • Upacara Tanem

Setelah ayam melakukan prosesi timbang, kedua pengantin di dudukan di kursi pelaminan secara bersama-sama. Prosesi ini disebut dengan upacara tanam.

Prosesi tanam melambangkan bahwa orangtua merestui perkawinan ini. Setelah itu, kedua pengantin akan melakukan tukar cincin sebagai simbol tanda cinta mereka berdua.

  • Upacara Kacar-Kucur

Pengantin laki-laki yang melakukan upacara kacar-kucur akan dibantu atau dibimbing oleh pemaes. Kacar-kucur merupakan campuran dari beberapa kedelai, kacang, padi, jagung, beras kuning, jamu dlingo bengle, bunga dan beberapa mata uang yang berbeda nilainya.

Campuran dari bahan-bahan tersebut akan dituang ke kain di pangkuan pengantin wanita sebagai istrinya.

Prosesi ini melambangkan pengantin laki-laki sebagai suami dan kepala rumah tangga akan memberikan nafkah bagi istrinya. Kemudian sebagai seorang istri akan mengurus dan menjadi ibu rumah tangga yang baik.

Baca juga: Lembah Bengawan Solo, Tempat Tinggal Manusia Purba di Pulau Jawa

  • Upacara Dahar Klimah atau Dhahar Kembul

Kedua pengantin makan bersama dan saling menyuapi satu sama. Pemaes akan memberikan piring berisi makanan dan cangkir berisi minuman. Pengantin akan saling menyuapi secara bersama-sama.

Upacara dahar klimah melukiskan bahwa pasangan pengantin akan selalu hidup bersama baik dalam keadaan susah maupun senang.

  • Upacara Mertui

Orangtua mempelai wanita menjemput orangtua mempelai laki-laki di depan rumah untuk berjalan bersama menuju tempat upacara. Setelah itu, orangtua dari pengantin laki-laki duduk di sebelah kiri dari kursi pasangan pengantin.

Sementara orangtua dari pengantin wanita duduk di sebelah kanan dari kursi pasangan pengantin.

  • Upacara Sungkeman

Kedua pengantin akan memohon doa restu dari orangtua mereka. Pasangan pengantin itu akan duduk bersujud di hadapan kedua orangtuanya. Pertama mereka memohon doa restu kepada orangtua pengantin wanita, kemudian kepada orangtua pengantin laki-laki.

Selama melakukan sungkeman, keris yang ada di belakang pengantin laki-laki akan diambil oleh pemaes dan akan dikembalikan setelah prosesi sungkeman selesai dilakukan.

Baca juga: Mengenal Lagu Daerah Jawa Barat

  • Ucapan Selamat

Setelah rangkaian upacara adat Jawa telah dilaksanakan dengan baik, pasangan pengantin akan menerima ucapan selamat.

Para tamu undangan dan keluarga memberikan ucapan selamat dan doa restu kepada pasangan pengantin secara bergantian. Selanjutnya jika menghendaki akan dilanjutkan dengan acara resepsi.

 

Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi