Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerajaan Sriwijaya: Pusat Perdagangan dan Penyebaran Agama Buddha

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/StevenAssa
Kompleks Candi Muara Takus di Riau.
Editor: Serafica Gischa

Oleh: Rina Kastori, Guru SMP Negeri 7 Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Kerajaan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan dan penyebaran agama Buddha sekitar abad ke-7 Masehi. Kerajaan Sriwijaya terletak di tepian Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan.

Pada masanya, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha di Asia Tenggara dan Asia Timur. Kerajaan Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dapunta Hyang melakukan perjalanan bersama 20 ribu tentara dari Minanga Tamwan ke Palembang, Jambi, dan Bengkulu. Selama perjalanan tersebut, dirinya berhasil menaklukkan daerah-daerah strategis dalam perdagangan sehingga membuat Kerajaan Sriwijaya semakin makmur.

Dilansir dari buku Sejarah Nasional Indonesia (2019) oleh Edi Hernadi, sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya diperoleh dari beberapa prasasti yang ditemukan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Prasasti yang berasal dari dalam negeri seperti prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuwo, Telaga Batu, Kota Kapur, Karang Berahi, Palas Pasemah, dan Amoghapsa.

Sedangkan prasasti yang ditemukan dari luar negeri, yaitu prasasti Ligor, Nalanda, Kanton, Grahi, dan Chaiya.

Baca juga: 5 Raja Terkenal dari Kerajaan Sriwijaya

Selain dari prasasti, sejarah-sejarah mengenai Sriwijaya juga diperoleh dari seorang biksu China bernama I-Tshing.

Berdasarkan sumber-sumber tersebut, diperoleh beberapa keterangan mengenai Kerajaan Sriwijaya, sebagai berikut:

Perdagangan di Kerajaan Sriwijaya

Selain sebagai kerajaan besar yang bercorak Buddha di Nusantara, Sriwijaya juga mampu mengembangkan diri sebagai negara maritim.

Kerajaan Sriwijaya terletak di perlintasan pelayaran dan perdagangan Asia Timur dan Asia Selatan. Bahkan menguasai dua perairan laut penting dalam perdagangan, seperti Selat Malaka dan Selat Sunda.

Disadur dari buku Strategi dan Pertahanan Maritim Nusantara: Maritim Nusantara (2018) karya Dicky Rizanny, Kerajaan Sriwijaya sudah aktif melakukan perdagangan pada abad ke-7. Banyak saudagar China yang melakukan perdagangan dengan Kerajaan Sriwijaya.

Untuk meningkatkan perdagangannya, Kerajaan Sriwijaya kemudian melakukan ekspansi ke Laut Jawa, Indonesia Timur, dan beberapa daerah lainnya.

Baca juga: Faktor Penyebab Kemunduran Kerajaan Sriwijaya

Banyaknya negara-negara luar yang melakukan pelayaran dan perdagangan, menyebabkan Sriwijaya berkembang dan memiliki pendidikan yang layak. Bahkan Kerajaan Sriwijaya mampu membangun kapal-kapal canggih pada masa itu.

Lewat armadanya yang besar, Sriwijaya menguasai perdagangan rempah-rempah dunia hingga setengah abad lamanya.

Dengan menguasai jalur pelayaran tersebut, Sriwijaya menjadi satu-satunya kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara. Banyak kapal-kapal dari berbagai negara berlabuh ke Sriwijaya dan memberikan keuntungan.

 

Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi