Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Seni dalam memainkan wayang biasa disebut dengan pagelaran. Pagelaran merupakan suatu kombinasi yang harmonis dari berbagai unsur kesenian.
Pagelaran wayang menuntut adanya kerja sama yang baik antara unsur benda mati dengan unsur benda hidup (manusia).
Untuk unsur benda mati, yaitu sarana dan peralatan yang digunakan untuk menunjang pagelaran wayang.
Sementara itu, unsur benda hidup (manusia) adalah orang yang mempunyai peran penuh dalam seni pagelaran wayang baik untuk wayang orang, wayang kulit, maupun wayang golek.
Unsur pendukung untuk pertunjukan wayang harus ada dan perannya saling mendukung satu dengan yang lainnya.
Baca juga: Upaya Melestarikan Wayang sebagai Aset Negara Indonesia
Unsur-unsur itu di antaranya:
Cerita wayang
Disadur dari buku Mengenal Kesenian Nasional 1 Wayang (2020) oleh Kustopo menyebutkan, cerita wayang biasanya diangkat dari kisah Ramayana dan Mahabarata. Berikut adalah penjelasannya:
- Ramayana
Ramayana merupakan sebuah cerita epos yang berasal dari India hasil gubahan dari Walmiki atau Balmiki. Cerita Ramayana terdapat juga dalam khazanah sastra Jawa yang dikenal dengan bentuk Kakawin Ramayana.
Terdapat juga gubahan-gubahannya dari cerita Ramayana ini dalam bahasa Jawa yang tidak semuanya sama dengan kakawin ini.
- Mahabharata
Mahabharata merupakan sebuah hasil karya sastra kuno yang ditulis oleh Begawan Byasa yang berasal dari India.
Kisah Mahabharata ini terdiri dari 18 kitab, sehingga disebut juga Astadasaparwa (Asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab).
Akan tetapi, ada sejarawan yang mempunyai pemikiran bahwa kisah tersebut merupakan kumpulan dari beberapa kisah yang awalnya terpisah-pisah, kemudian dijadikan satu mulai abad ke-4 sebelum Masehi.
Dalam kisah Mahabarata menceritakan sebuah konflik yang terjadi antara Pandawa dengan saudara sepupunya, Kurawa yang berjumlah 100 orang.
Konflik tersebut berkaitan dengan sengketa hak pemerintahan di Kerajaan Astina. Puncak konflik tersebut adalah perang Bharatayuda yang terjadi di Medan Kurusetra. Perang tersebut berlangsung selama 18 hari.
Baca juga: Jenis-jenis Wayang yang Populer di Indonesia
Dalang
Kata dalang berasal dari kata dahyang, yang memiliki arti sebagai juru penyembuh berbagai penyakit. Dalang merupakan seorang yang memimpin, sutradara, pemain karakter, penyusun iringan "penyanyi", pengarah, dan sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa dalang adalah seorang yang mempunyai kemampuan ganda dalam menyajikan pagelaran wayang.
Selain itu, seorang dalang juga menjadi manager, dalam menjadi seorang pemimpin bagi para anggotanya (sinden dan pengrawit) untuk berjalannya pertunjukan wayang.
Lihat Foto
Sinden
'Pesinden atau Sinden' (dalam bahasa Jawa) merupakan sebutan untuk penyanyi wanita yang bernyanyi dengan mengikuti iringan gamelan.
Sinden pada umumnya ada dalam pagelaran wayang. Sinden harus memiliki kemampuan berkomunikasi luas, vokal yang baik, dan mampu menyajikan lagu dalam bahasa Jawa yang disebut tembang.
Gamelan
Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, gemelan merupakan istilah dari bahasa Jawa, yaitu 'gamel', berarti memukul atau menabuh, selanjutnya kata tersebut diikuti akhiran 'an’ sehingga menjadi sebuah kata benda.
Pengertian gamelan adalah suatu seperangkat instrumen yang berbeda yang dibunyikan bersama. Berdasarkan mitologi Jawa, alat musik gamelan pertama yang diciptakan adalah gong.
Fungsi dari gong tersebut adalah untuk memanggil para Dewa, untuk menyampaikan pesan khusus. Selanjutnya diciptakan dua gamelan dan akhirnya terbentuk seperangkat gamelan.
Pada masa Majapahit, seperangkat gamelan berkembang dengan baik hingga terbentuk seperti yang ada sekarang dan tersebar di Bali, Sunda, serta Yogyakarta. Seperangkat gamelan terdiri atas beberapa alat musik, yaitu kendang, Bonang, kenong, gong, gender, dan saron.
Baca juga: Wayang: Pengertian, Asal-usul, dan Fungsinya
Nayaga
Istilah nayaga berasal dari bidang pedalangan yang berarti sekelompok orang yang memiliki kemampuan khusus untuk menabuh gamelan.
Nayaga disebut juga pengrawit, pada umumnya bertugas mengiringi dalang dalam pagelaran wayang. Dalam pagelaran wayang biasanya dibutuhkan banyak nayaga, jumlahnya sekitar 15 sampai 30 orang.
Nayaga biasanya pria atau wanita yang sudah berumur 20 tahun lebih. Nayaga harus siap untuk duduk bersila semalam suntuk pada saat pagelaran wayang kulit.
Nayaga harus melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak boleh tidur, dan harus membunyikan alat gamelan yang menjadi tanggung jawabnya ketika sudah diberi aba-aba dari dalang.
Cempala
Cempala adalah sebuah alat yang digunakan bagi dalang untuk memberikan semua perintah kepada nayaga, waranggana maupun wiraswara.
Bentuk cempala sangat artistik, seperti sebuah meru. Benda tersebut dapat dipukulkan pada kotak, sebagai keprak dan bisa juga di kepyak. Selain itu, cempala dapat dipukulkan pada tiga atau empat lempengan logam yang digantung pada kotak wayang.
Ketika dalang sedang memegang wayang maka tugas yang membunyikan keprak menggunakan cempala adalah kaki kanan dalang.
Baca juga: Tari Bambangan Cakil, Mengisahkan Perang Kembang dalam Cerita Wayang
Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.