KOMPAS.com - Seni rupa memang sudah ada sejak zaman prasejarah.
Dalam kurun waktu yang semakin maju, perkembangan seni rupa pun ada dalam kategori keagamaan, termasuk Islam.
Di Indonesia, seni rupa Islam memiliki latar belakang yang menarik, karena berasal dari pedagang asing yang singgah di Tanah Air.
Baca juga: Seni Rupa Prasejarah Nusantara
Seni rupa Islam di Indonesia
Dilansir dari Buku Mengenal Seni Rupa Asia (2018) karya Elyandra Widharta, Indonesia mengenal Islam pertama kali ketika wilayah kepulauan Sumatera didatangi oleh pedagang dari Gujarat (India).
Pedagang Gujarat selain berdagang juga melakukan siar agama dan aktivitas pertukaran budaya.
Pengaruh yang paling menonjol dari lahirnya kebudayaan Islam di Indonesia, yaitu lahirnya kerajaan-kerajaan Islam. Dalam perkembangan tersebut lahirlah seni.
Pada masa itu, seni dipandang sebagai media yang pas untuk sarana dakwah menyebarkan ajaran dan nilai Islam.
Adapun kerajaan Islam yang ada di Indonesia antara lain, Kerajaan Samudera Pasai (Sumatera), Kerajaan Banten (Jawa Barat), Kerajaan Demak (Jawa Tengah), Kerajaan Bone (Sulawesi), dan Kerajaan Banjar (Kalimantan).
Selain itu, ada juga ciri-ciri seni rupa Islam di Indonesia seperti:
- Feodal, yaitu bentuk seni untuk pengabdian kepada raja atau kerajaan
- Sumber inspirasi tentunya berasal dari lingkungan keagamaan
- Bergaya tradisional dan etnik daerah tertentu
- Terdapat pengaruh Hindu sebagai kebudayaan sebelumnya
- Seni sebagai pencitraan nilai-nilai spiritualitas manusia
Baca juga: Pengertian Seni Rupa Murni dan Seni Rupa Terapan
Peninggalan seni rupa Islam di Indonesia
Meski sekarang sudah menjadi zaman modern, ternyata seni rupa Islam di Indonesia meninggalkan beberapa hal bersejarah.
Adapun peninggalan kebudayaan Islam dalam seni rupa yang berupa peninggalan sejarah, antara lain:
- Masjid
- Istana
- Makam
- Kaligrafi
- Kerajinan
- Topeng
- Batik
Masjid juga merupakan tempat ibadah umat Islam. Bangunan ini sebagai salah satu peninggalan karya seni arsitektur Islam di Indonesia.
Bentuk seni pada masjid dapat dilihat dari corak arsitektur yang masih terpengaruh oleh kebudayaan Hindu di beberapa daerah.
Di kebudayaan jawa, bagian atap masjid berbentuk limasan yang tersusun bertingkat dan jumlahnya ganjil, misalnya Masjid Agung Demak.
Masjid Agung Demak didirikan oleh para wali sanga pada saat kerajaan Demak dalam masa kepemimpinan Raden Fatah.
Bagian atap posisi tengah ditopang oleh empat saka guru yang bermakna filosofis. Empat saka guru tersebut terdiri atas filosofi Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Kalijaga.
Sampai saat ini, empat saka guru itu masih digunakan dalam konstruksi adat jawa, yaitu Joglo dan Limasan. Atap limasan masjid menunjukkan nilai dalam akidah Islamiah yang terdiri atas tiga bagian, yaitu imam, Islam, dan ihsan.
Baca juga: Mengenal Prinsip Komposisi dalam Seni Rupa
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.