KOMPAS.com- Stratifikasi sosial menurut Max Weber adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, hak istimewa dan prestise.
Setiap orang dituntut untuk melaksanakan berbagai kewajiban sesuai dengan status atau kedudukan yang disandang.
Tetapi dalam kenyataannya orang tidak memiliki kemampuan yang sama, akibatnya penghargaan atau jabatan yang diterima masyarakat pun berbeda-beda.
Perbedaan ini lah yang akan mempengaruhi gaya hidup. Berikut ini adalah beberapa perbedaan gaya hidup sebagai konsekuensi atau dampak stratifikasi sosial dalam masyarakat.
Baca juga: Penyebab Utama Timbulnya Stratifikasi Sosial pada Masyarakat
Konsekuensi stratifikasi sosial
Berikut beberapa konsekuensi stratifikasi sosial, yaitu:
- Pakaian
Kelas sosial yang berbeda mempengaruhi cara berpakaian tiap kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat dari kelas atas umumnya meniru gaya berpakaian para model terkenal di dunia. Bahan-bahan yang digunakan pun adalah bahan yang berkualitas tinggi.
Kelompok masyarakat kelas sosial menengah cenderung berpakaian sesuai dengan karya perancang model dari dalam negeri. Bahan-bahan yang digunakan umumnya berkualitas sedang
Sementara kelompok masayarakat kelas bawah umumnya menggunakan desain yang telah dibuat oleh perusahaan-perusahaan pakaian. Pakaian ini umumnya dijual di pasar tradisional dengan kualitas bahan yang rendah.
Selain model pakaian, perbedaan juga dapat dilihat dari perlengkapan busana yang lainnya seperti merek jam tangan, tas, sandal atau sepatu.
- Rumah dan perabot
Dari segi rumah atau pemukiman, kelompok masyarakat kelas atas umumnya membangun rumah bertipe besar dan mewah.
Mereka menempati sebuah kawasan tertentu yang dilengkapi fasilitas keamanan yang memadai, sebagai contoh didaerah kawasan jakarta.
Kelompok masyarakat menengah umumnya membangun rumah bertipe sedang dan memiih kawasan pemukiman di pinggir kota.
Sementara itu, kelompok masayarakat kelas bawah umumnya membangun rumah bertipe kecil dan sederhana.
Baca juga: Stratifikasi Politik: Pengertian dan Contohnya
- Bahasa dan gaya bicara
Ketika berbicara, kelompok masyarakat kelas menengah ke atas umumnya sering menyelipkan istilah atau kata-kata asing. Tutur kata mereka juga cenderung sopan, tidak menyebutkan kata-kata kasar.
Sebaliknya, kelompok masyarakat dari kelas bawah umumnya tidak terlalu mempertimbangkan etika ketika berbicara.
Umumnya, mereka juga tidak segan-segan mengucapkan kata-kata kasar.
- Makanan
Selera dan jenis makanan juga dapat menjadi tanda status sosial seseorang. Kelompok masyarakat kelas atas umumnya makan di restoran terkenal dengan menu yang berasal dari luar negeri, seperti makanan eropa dan jepang.
Kelompok kelas menengah umumnya makan di restoran dalam negeri yang cukup terkenal seperti ayam goreng kalasan dan beberapa makanan cepat saji.
Sedangkan kelompok kelas bawah umumnya mengkonsumsi makanan dalam negeri hasil olahan sendiri.
- Gelar, pangkat, atau jabatan
Pada kasus ini, gelar atau jabatan sering kali menjadi tanda kelas sosial seseorang.
Kelompok masyarakat kelas menengah ke atas umumnya memiliki sejumlah gelar atau pangkat yang mengikuti penulisan namanya, baik pada kartu nama atau pada surat-surat.
Beberapa gelar yang sering digunakan antara lain pangkat tentara, gelar akademik, gelar bangsawan hingga jabatan seperti direktur utama.
Sementara itu kelompok masyarakat kelas bawah tidak mengenal penggunaan gelar seperti itu.
Baca juga: Stratifikasi Ekonomi: Pengertian dan Contohnya
- Hobi dan kegemaran
Pada masa liburan, kelompok masyarakat kelas atas umumnya berlibur ke tempat rekreasi di luar negeri, seperti ke eropa dan beberapa tempat di asia.
Kelompok masyarakat kelas menengah umumnya berlibur ke berbagai tempat pariwisata didalam negeri seperti bali, lombok, dan lainnya.
Sementara masyarakat kelas bawah umumnya berekreasi tidak jauh dari lingkungan pemukimannya.
Dalam hal olahraga, kelompok masyarakat kelas atas umunya memilih olahraga sepertii golf, balap mobil, dan tenis.
Sementara masyarakat kelas bawah umumnya memilih olahraga seperti bola kaki.
Referensi:
- Simbolon, Erdison, Ronald Stevly Onibala, dkk. Antropologi dan Sosiologi Pendidikan. 2021. Bandung: CV Media Sains Indonesia.
- Surya, Batara. Patmawaty Taibe. Komunitas Lokal: Perspektif Dinamika Pembangunan Kawasan Kota Baru. 2022. Makassar: Chakti Pustaka Indonesia