Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Bergabung sejak: 4 Jul 2022

Hobi membaca dan jalan-jalan. Saat ini sedang menempuh studi doktoral dalam bidang Pendidikan Agama di Julius Maximilians Universität Würzburg

Anekdot seputar Dialektika

Baca di App
Lihat Foto
FREEPIK/JEMASTOCK
Ilustrasi dua orang remaja tertawa. Salah satu penyebab orang tertawa adalah mendengarkan hal-hal lucu seperti anekdot.
Editor: Egidius Patnistik

DIALEKTIKA adalah istilah yang sumir. Ibarat belut, istilah ini tidak mudah untuk didefinisikan secara tuntas.

Sebuah kerumitan seringkali memunculkan anekdot. Berikut ini adalah anekdot-anekdot seputar dialektika.

Alat Cukur

Suatu ketika, seorang petani mendatangi seorang guru. Sang petani berkata kepada sang guru.

"Anda adalah orang pintar. Anda pasti dapat menjelaskan istilah dialektika.“

Baca juga: Teori Dialektika Relasional: Asumsi dan Elemen

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sang guru pun menggaruk-nggaruk kepalanya dan berkata, "Tidak mudah menjelaskan istilah dialektika. Akan tetapi, saya dapat menjelaskan dengan sebuah cerita. Tolang perhatikanlah dengan baik cerita saya!

Ada dua orang siswa. Sebut saja, namanya Tono dan Yanto. Tono adalah orang yang sangat memperhatikan penampilan dan selalu bercukur setiap hari. Wajahya selalu tampak bersih. Sedangkan Yanto adalah orang yang tidak mempedulikan penampilan sehingga jarang bercukur. Sudah tiga bulan Yanto tidak bercukur.

Seandainya saya menawarkan alat cukur kepada keduanya, siapakah kira-kira yang akan mengambilnya?”

Si petani menjawab, “Tentu saja Yanto karena dia sudah lama tidak bercukur.”

“Salah,” ucap sang guru. “Tonolah yang akan megambil alat cukur. Yanto tidak membutuhakn alat cukur karena dia tidak mempedulikan penampilannya.”

Sang guru pun bertanya sekali lagi. “Siapakah yang akan mengambil alat cukur?“

"Tono“ jawab sang petani.

"Salah," ucap sang guru. "Yantolah yang akan mangambil alat cukur karena dia sudah lama tidak bercukur."

Sang guru berkata kembali. "Anda tidak dapat menjawab pertanyaan saya. Saya akan bertanya sekali lagi, siapakah yang akan mengambil alat cukur?"

Dengan nada kesal, sang petani menjawab, "Yanto.... Saya hanya mengulangi apa yang Anda katakan sebelumnya.“

"Lagi-lagi Anda salah," kata sang guru. "Kedua-duanya akan mengambil alat cukur tersebut. Tono membutuhkan alat cukur karena dia sangat memperhatikan penampilan. Yanto membutuhkan alat cukur karena tiga bulan belum bercukur."

Sang guru bertanya sekali lagi. "Siapakah yang akan mengambil alat cukur?" Petani itu pun menjawab dengan nada tinggi, "Kedua-duanya akan mengambil alat cukur."

Kata sang guru. "Lagi-lagi Anda salah. Kedua-duanya tidak membutukan alat cukur. Tono tidak membutuhkan alat cukur karena wajahya sudah bersih. Yanto juga tidak membutuhkan alat cukur karena dia tidak mempedulikan penampilannya.”

Sang petani menjadi emosi dan berkata, “Anda hanya menyanggah jawaban dengan seenak jidat sendiri. Awalnya salah satu dari keduanya yang akan mengambil alat cukur. Sekarang, tidak ada dari keduanya yang mengambil alat cukur. Jawaban Anda justru membingungkan saya!”

Sang guru sambil tersenyum berkata. "Itulah dialektika.“

Kabar Baik sekaligus Kabar Buruk

Dialektika adalah salah satu paradigma penting di dalam filsafat. Seorang dosen filsafat dengan lantang berkata di hadapan para mahasiswa, "Dengan berfilsafat, saya akan menyampaikan kabar baik sekaligus kabar buruk.“

Ucapan dosen itu cukup mengagetkan para mahasiswa. Sang dosen meneruskan ucapannya. "Kabar baiknya adalah tidak ada jawaban yang sepenuhnya salah di dalam filsafat. Kabar buruknya adalah tidak ada jawaban yang sepenuhnya benar di dalam filsafat."

Baca juga: Cara Mengevaluasi Teks Anekdot

Mandi dan Tidak Mandi

Seorang bawahan bertanya kepada seorang atasan.  "Apakah arti materialisme dialektis?“

Sang atasan menjawab, "Saya tidak dapat menjelaskan dengan definisi. Saya hanya dapat menjelaskan dengan sebuah cerita."

Si bawahan berkata, "Dengan senang hati."

Sang atasan mulai bercerita. "Ada seorang pengembara yang jarang sekali mandi. Suatu ketika dia berjalan menyusuri hutan dan pegunungan selama berhari-hari. Dia sampai di sebuah sungai yang sangat jernih. Badannya sangat bau karena tidak mandi selama berhari-hari. Kira-kira apa yang akan dilakukan oleh sang pengembara tersebut?“

Jawab si bawahan, "Sang pengembara akan mandi di sungai tersebut karena badannya sangat bau.“

Atasanya menimpali, "Salah. Sang pengembara tidak akan mandi karena dia memang jarang mandi. Saya bertanya sekali lagi. Apa yang akan dilakukan pengembara tersebut?“

Si bawahan dengan lantang menjawab, "Sang pengembara tidak akan mandi di sungai karena dia memang jarang mandi“. Bawahan itu hanya mengulangi ucapan sang atasan.

Lagi-lagi sang atasan menyalahkan jawaban bawahannya. "Salah… Dia akan mandi di sungai karena badannya sangat bau.“

Si bawahan bingung dengan jawaban atasannya. Dia kemudian memilih diam karena merasa sungkan untuk bertanya kembali.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi