KOMPAS.com - Chairil Anwar adalah satu dari sekian banyak penyair Indonesia yang dikenal berbakat dalam membuat puisi.
Dilansir dari situs Ensiklopedia Sastra Indonesia, karena kecintaannya terhadap puisi, Chairil Anwar diangkat sebagai pelopor Angkatan 45 dalam Sastra Indonesia.
Pengalaman menulisnya dimulai pada 1942, ketika ia menyusun sebuah sajak bertajuk "Nisan". Semenjak itu, sampai akhir hayatnya, ia selalu menulis.
Sebutkan dua judul puisi yang ditulis Chairil Anwar!
Dikutip dari buku Aku Ini Binatang Jalang (Koleksi Sajak 1942-1949) (2011) karya Chairil Anwar, dua judul puisi yang ditulis Chairil Anwar adalah "Aku" dan "Tak Sepadan".
Baca juga: Mengenal Puisi Aku Chairil Anwar
Berikut isi puisinya:
Aku
Berikut isi puisi Chairil Anwar yang berjudul "Aku":
Melangkahkan aku bukan tuak menggelegak
Cumbu-buatan satu biduan
Kujauhi ahli agama serta lembing-katanya.
Aku hidup
Dalam hidup di mata tampak bergerak
Dengan cacar melebar, barah bernanah
Dan kadang satu senyum kukucup-minum dalam dahaga.
Tak Sepadan
Berikut contoh puisi Chairil Anwar:
Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahgia
Sedang aku mengembara serupa Ahasvéros.
Baca juga: Makna Puisi Tak Sepadan Karya Chairil Anwar
Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka.
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka.
Selain dua puisi di atas, berikut tiga puisi Chairil Anwar yang populer:
Doa
Berikut isi puisi Chairil Anwar yang berjudul "Doa":
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
Baca juga: Makna Puisi Doa karya Chairil Anwar
CayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling.
Senja di Pelabuhan Kecil
Berikut contoh puisi Chairil Anwar:
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Baca juga: Makna Puisi Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Derai-derai Cemara
Berikut salah satu contoh puisi Chairil Anwar yang populer:
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah.
Selain kelima puisi di atas, beberapa puisi Chairil Anwar lainnya yang juga populer adalah "Sorga", "Kepada Pelukis Affandi", "Sajak Putih", dan "Dalam Kereta".
Baca juga: Makna Puisi Derai-derai Cemara Karya Chairil Anwar
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.