KOMPAS.com - Segala sesuatu akan dipertahankan keberadaannya apabila ia dianggap masih fungsional. Seni masih ada hingga sekarang karena dianggap masih berfungsi untuk kehidupan manusia.
Thomas Munro dalam buku The Philosophy of the Visual Art (1992) mendefinisikan seni adalah keterampilan manusia untuk memberikan rangsangan yang memuaskan menyangkut keindahan. Dengan begitu, seni berfungsi membuat kita puas akan suatu keindahan.
Baca juga: Pengertian dan Contoh dari 5 Cabang Seni
Fungsi seni menurut W. Setya R.
Menurut W. Setya R. dalam buku Aliran Seni Lukis Indonesia, secara garis besar fungsi seni dibagi menjadi dua, yaitu fungsi individu dan fungsi sosial.
Berikut penjelasannya:
- Fungsi individu
Fungsi individu berkaitan dengan kebutuhan fisik dan emosi setiap individu.
Saat proses penciptaannya, seni bersifat sebagai individu. Seniman dapat dengan bebas menuangkan ide dan kreativitasnya ke dalam media seni.
- Fungsi sosial
Apabila suatu karya seni sudah jadi dan dipamerkan atau ditampilkan ke publik, maka karya tersebut telah beralih fungsi. Yang sebelumnya adalah fungsi individu, menjadi fungsi sosial.
Seni menjadi kegiatan berekspresi manusia yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Oleh karena itu, hasil-hasil seni juga dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Baca juga: Struktur Seni: Pengertian dan Jenisnya
Fungsi seni menurut Robby Hidayat
Robby Hidayat, dalam bukunya yang berjudul Wawasan Seni Tari (2005), menyebutkan fungsi-fungsi seni yaitu sebagai berikut:
- Fungsi individu
Sama seperti sebelumnya, fungsi individu memanfaatkan seni untuk kebutuhan pribadinya. Seni sebagai fungsi individu dibedakan menjadi dua yaitu:
-
- Pemenuhan kebutuhan fisik, kebutuhan manusia untuk memperoleh nilai estetis dari suatu benda atau bahan.
- Pemenuhan kebutuhan emosional. Sisi emosional manusia bervariasi, tergantung pengalaman hidupnya.
- Fungsi sosial
Pemanfaatan seni oleh orang banyak dalam waktu yang relatif sama. Contoh fungsi sosial:
-
- Fungsi religi atau keagamaan. Seni berperan dalam menguatkan kesakralan upacara. Misalnya, sebagai sarana ritual, upacara pernikahan, keagamaan, dan sebagainya.
- Fungsi rekreasi hiburan. Seni menjadi sarana untuk menghilangkan rasa bosan, jenuh, maupun kesedihan. Misalnya, seni pertunjukkan musik atau teater.
- Fungsi komunikasi
Suatu pertunjukkan seni dapat berfungsi sebagai komunikasi atau kritik sosial melalui media seni tertentu.
Seni sebagai sarana komunikasi dapat berwujud poster, reklame, pagelaran wayang kulit, drama, dan lain-lain.
- Fungsi pendidikan
Seni memiliki peran penting dalam bidang pendidikan. Mulai dari pengenalan lagu daerah maupun nasional, musik tradisional, dokumentar, film ilmiah, dan sebagainya.
Sebagai fungsi pendidikan, seni juga digunakan untuk gambar ilustrasi buku pelajaran, alat peraga, dan masih banyak lagi.
- Fungsi artistik
Sebagai fungsi artistik, seni yang dihasilkan hanya untuk dinikmati oleh seniman itu sendiri beserta komunitasnya. Tidak untuk diperjualbelikan ataupun hal yang bersifat komersional lainnya.
Baca juga: Pengertian Seni Tari Menurut Ahli
Fungsi seni menurut Sumaryono
Bagaimana pendapat fungsi seni menurut Sumaryono? Sumaryono menyatakan bahwa seni tari memiliki peran dan fungsi.
Setiap tari memiliki fungsinya masing-masing. Fungsi tersebut dipengaruhi oleh cerita dan tujuan yang ada di dalam tari itu sendiri. Beberapa fungsi seni tari, yaitu:
- Tari upacara adat
Fungsi tari dalam upacara adat berkaitan dengan kepentingan adat masyarakat di suatu daerah.
- Tari religi/agama
Fungsi dalam tari religi berkaitan dengan penggunaan tari-tarian dalam prosesi keagamaan.
- Tari pergaulan
Seni tari dapat digunakan untuk meningkatkan hubungan sosial, baik itu dengan sesama penari maupun orang yang berpengaruh dalam membantu kesuksesan pementasan tarian.
- Tari teatrikal (hiburan)
Penonton dari pementasan seni pasti ingin untuk menyaksikan makna dari suatu tarian, sekaligus membuat dirinnya merasa terhibur. Oleh karenanya, seni juga berfungsi sebagai media hiburan untuk pecinta seni ataupun masyarakat awam.
Semakin menarik suatu pementasan seni yang ditampilkan, maka penontonnya juga makin terhibur.
Referensi:
- Alperson, P. (1992). The Philosophy of the Visual Art. New York: Oxford University Press.
- Hidayat, Robby. (2005). Wawasan Seni Tari. Malang: Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
- R., W. Setya. (2020). Aliran Seni Lukis Indonesia. Semarang: Alprin.
- Sumaryono. (2011). Antropologi Tari dalam Perspektif Indonesia. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta