Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prinsip dan Hukum dalam Berpikir Positif

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Serafica Gischa Prameswari
Ilustrasi Berpikir Positif: Prinsip dan Hukumnya
Editor: Serafica Gischa

Oleh: Rina Kastori, Guru SMP Negeri 7 Muaro Jambi, Provinsi Jambi 

 

KOMPAS.com - Berpikir positif adalah cara pandang seseorang dalam melihat suatu hal dari sisi positif atau mencari hal-hal positif dari peristiwa yang dialami. Sehingga mengarahkan seseorang untuk bertindak dan menghasilkan tindakan yang positif. 

Berikut prinsip dan hukum berpikir positif

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prinsip berpikir positif 

Dilansir dari buku Terapi Berpikir Positif (2012) oleh Ibrahim Elfiky, ada tujuh berpikir positif, yaitu: 

Kenyataan adalah persepsi diri sendiri. Jika seseorang ingin mengubah kenyataan hidupnya, maka dimulai dari mengubah persepsi. 

Dengan mengubah persepsi maka kenyataan menjadi berubah, yang awalnya negatif menjadi positif. Selain itu, akan memperluas pandang seseorang terhadap suatu masalah. 

Setiap masalah yang datang kepada seseorang dalam hidup ini membuat mereka keluar dari rasa tenang, damai, dan nyaman. 

Masalah juga memengaruhi pikiran, konsentrasi, kekuatan, dan perasaan sampai mereka dapat melepaskan diri darinya dengan cara-cara tertentu. 

Individu dengan berkepribadian negatif akan kehilangan keseimbangan ketika menghadapi masalah hingga ia berpikir secara negatif dan emosional. Perhatiannya akan difokuskan pada masalah dan dampaknya yang paling buruk. 

Dengan begitu, perasaannya semakin negatif dan mendorongnya berperilaku negatif hingga masalah yang dihadapi semakin rumit. Baginya masalah membuat kondisinya menjadi lebih buruk. 

Orang yang berkepribadian positif akan memusatkan perhatian pada upaya mencari solusi dengan cara-cara yang rasional dan perasaan yang tenang. 

Maka, ia mempelajari masalah yang ada dan memperbaiki sikapnya hingga dapat berperilaku positif. Baginya masalah justru mengantarkannya kepada kondisi yang lebih baik.

Baca juga: 5 Indikator Berpikir Kritis

Masalah adalah dampak dari sesuatu yang terjadi, baik positif atau negatif. Masalah hanya salah satu kondisi aktivitas hidup yang harus dihadapi secara wajar dan disikapi dengan tenang hingga seseorang menemukan solusinya. 

Jika dipikirkan lebih jauh maka mereka akan menemukan bahwa sumbernya adalah pikiran. Pikiran menguasai waktu dan energi ketika berpikir. Pikiran mempengaruhi hasil yang dipikirkan dalam kenyataan hidup. 

Karena itu individu harus berhati-hati dalam memilih pikiran. Mereka hendaknya memikirkan sesuatu yang dapat membantunya mencapai harapan. Pikiran yang mereka gunakan dalam konsentrasi pada persoalan melahirkan perasaan, perilaku, dan hasilnya.

Banyak orang mengeluhkan masa lalu dan masa depan. Keduanya tidak ada saat ini. Masa lalu dan segala peristiwa yang ada di dalamnya telah berlalu sebagai pengalaman. 

Sejatinya apa yang disebut kegagalan tidak ada, yang ada adalah dampak atau akibat. Individu hendaknya menyusun rencana baru dan melakukan dengan baik secara konsisten. Dengan demikian, mereka pasti mendapatkan apa yang diinginkannya.

Segala cobaan hidup di dunia ini adalah anugerah Tuhan untuk menjadikan seseorang semakin dekat dengan-Nya. Dengan demikian, mereka menyadari bahwa selalu ada penyelesaian secara spiritual bagi setiap masalah. Ketika mereka tawakal kepada Allah, masalah sesulit apa pun bisa diatasi.

Jika orang ingin melakukan perubahan positif dalam hidupnya, pertama kali ia harus mengubah pikirannya. Mereka hendaknya mengganti pikiran negatif dengan pikiran positif. 

Sebab, pikiran baru melahirkan kenyataan baru. Karena itu, jika benar-benar ingin menciptakan perubahan positif dalam hidup, hendaknya individu mulai mengubah bagian dalam dirinya.

  • Ketika Tuhan menutup satu pintu, pasti Dia membuka pintu lain yang lebih baik

Allah menutup satu pintu karena menurut-Nya sudah tidak bermanfaat lagi bagi hamba-Nya. Jika dibiarkan, mungkin akan mendatangkan masalah dan cobaan yang lebih besar dari yang orang bayangkan.

Baca juga: Pengertian Berpikir Menurut Ahli

Hukum berpikir positif 

Delapan hukum berpikir positif, yaitu: 

  • Hukum berpikir paralel

Apapun yang dipikirkan pasti menyebar luas sesuai dengan apa yang dipikirkan. Akal pun  memberi data-data yang sejenis dengan pikiran itu yang tersimpan dalam memori. 

Misalnya, seseorang berpikir akan menderita pusing setiap siang hari dan rasa pusing semakin menjadi jika sedih atau marah, maka hukum pertama mulai aktif. 

Kemudian rasa pusing semakin menjadi dan menyebar, tidak hanya terjadi pada siang hari melainkan pada sore dan malam hari. Hukum selanjutnya pun berlaku tidak hanya saat sedang marah atau sedih yang membuat rasa pusingnya semakin kuat. 

Kemudian rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh. Bukan hanya sakit di kepala, tapi sakit itu telah merambat ke lutut, hidung, dan wajah. Begitulah hukum bekerja dengan sangat teliti agar membuat seseorang berhasil menggapai apa yang dipikirkan.

Hukum-hukum itu bekerja dengan kekuatan dan dinamisme yang sama ketika seseorang memikirkan hal-hal yang positif. Dengan begitu hukum itu membantu seseorang mewujudkan cita-cita dan impian.

  • Hukum konsentrasi

Apa pun yang menjadi pusat konsentrasi, akan memengaruhi sikap, perasaan, dan perilaku. Hal ini akan menyebabkan tiga hal, ketidakpedulian, generalisasi dan imajinasi. 

Akal manusia tidak bisa terkonsentrasi pada dua hal atau lebih dalam satu waktu. Apapun yang membuat seseorang konsentrasi akan menjadikan orang tersebut fokus dan merasakannya. 

Akal mengatakan segala sesuatu yang lain supaya seseorang tersebut bisa memberikan perhatian yang lebih pada sesuatu yang menjadi obyek konsentrasinya. 

Setelah itu seseorang tersebut akan menggeneralisasi hingga terus terjadi di waktu dan di tempat manapun. Kemudian ia menjadikan seseorang tersebut menghayalkan sesuatu yang menjadi fokus konsentrasi pada masa yang akan datang.

Baca juga: Arti Berpikir Radian dalam Membuat Mind Mapping

  • Hukum korespondensi

Alam batin adalah persepsi, pengertian dan cara pandang seseorang terhadap segala sesuatu dan kehidupan. Alam batin inilah yang menyebabkan adanya alam luar.

Alam batin terdiri dari persepsi, pengertian segala sesuatu, prinsip, keyakinan dan cara pandang terhadap segala sesuatu, termasuk manusia. 

Apapun yang dipikirkan akan memengaruhi apa yang dilihat di alam luar. Contohnya, ada orang yang mengatakan bahwa dirinya gugup dan orang lain yang menyebabkannya seperti itu. 

Sebenarnya tidak ada orang lain yang membuatnya gugup. Yang ada adalah ia mengetahui pengertian gugup dan bagaimana menjadi gugup. Jika ia pergi ke mana pun di dunia ini, ia pasti tetap gugup ketika menghadapi sesuatu yang membuatnya demikian.

Jadi, bukan orang lain atau benda sekitar yang menyebabkan seseorang gugup atau tenang, melainkan data yang tersimpan di akal bawah sadar. 

Ketika sejak kecil mereka terbiasa gugup ketika menghadapi sesuatu tertentu, dalam kondisi yang sama akal bawah sadarnya akan terbuka. Oleh karena itulah alam batin menciptakan alam lahir.

  • Hukum pantulan

Dunia luar adalah pantulan dunia dalam. Apapun yang terjadi pada diri seseorang adalah pantulan dari pikiran dan keyakinan dalam diri seseorang tersebut, baik berkenaan dengan diri sendiri atau orang lain. 

Setiap saat akal akan bekerja dengan cermat dan semangat. Akal akan membuka file-file data sejenis dengan yang dipikirkan seseorang. Di sinilah dapat dilihat bahwa dunia luar adalah pantulan pikiran. Dunia luar adalah pantulan dunia dalam.

  • Hukum proyeksi dan gravitasi

Segala sesuatu yang dipikirkan, diproyeksikan dan yang berhubungan dengan perasaan akan menarik sesuatu yang sejenis dengannya.

Seseorang ketika melakukan sesuatu dan mendapatkan hasil yang tertentu, maka ia memproyeksi hasil yang sama. Ia menjadi tertarik padanya karena pikiran dan proyeksi yang sama pula. 

Jika seseorang menginginkan hasil yang berbeda maka ia harus menciptakan perubahan dalam pikiran yang membentuk proyeksi.

Hukum gravitasi dapat dijelaskan sebagai berikut, apa pun yang dipikirkan oleh manusia akan kembali seperti jalan pikirannya. Jika yang dipikirkan adalah toleransi, kemudian diyakini, lalu diikat dalam perasaan maka itu yang akan menjadi bagian dalam perilaku manusia.

  • Hukum keyakinan

Apa pun yang seseorang yakini sebagai kenyataan, ia akan menentukan sikap dan perilaku seseorang tersebut, meski sejatinya ia bukan kenyataan.

Keyakinan adalah kekuatan luar biasa yang mengukuhkan pikiran seseorang sehingga menumbuhkan perasaan, perbuatan, hasil dan membuat kehidupan persis seperti yang ada dalam pikiran.

Baca juga: 4 Fondasi Berpikir Komputasional

  • Hukum sebab akibat

Jika melakukan hal yang sama, maka hasilnya sama. Perubahan tidak akan terjadi sampai seseorang mengubah penyebabnya. 

Hukum sebab-akibat bekerja di setiap kondisi, tempat, dan pada siapa saja meskipun memiliki perbedaan latar belakang, keyakinan dan sistem nilai. 

Jadi, perbuatan mendatangkan hasil yang serupa, hasil ini sama sekali tidak berubah selama tidak ada perubahan pada perbuatan yang dilakukan.

Hukum kausalitas bekerja positif dan negatif. Jika ingin bahagia, carilah hal-hal yang pernah dilakukan dan membuat bahagia. Ulangi hal-hal yang pernah dilakukan dan membuat bahagia. Ulangi hal-hal yang menyebabkan bahagia, niscaya akan mendapatkan hasil yang sama.

Semua hukum bekerja dengan teratur dan aktif. Hukum tersebut bekerja sesuai dengan jalan pikiran. 

Hukum kausalitas ini mengajarkan bahwa jika seseorang menghendaki perubahan dalam hidup dan memimpikan hidup bahagia maka yang pertama kali harus dilakukan adalah mengubah pikiran. 

Setelah itu, lakukan sebab-sebab baru yang memberi semangat untuk maju dan mencapai hasil yang diinginkan.

  • Hukum akumulasi

Apapun yang seseorang pikirkan, dicatat oleh akal dan file khusus terbuka untuknya. Jika pikiran itu berkali-kali dilakukan maka data sejenis akan terakumulasi. 

Hal itu membuat seseorang merasakan sesuatu yang sama kendati tidak dilakukan di dunia luar.

Hukum akumulasi merupakan salah satu hukum yang memberi kekuatan pada file-file persepsi dan membuatnya tersimpan kuat di dalam alam bawah sadar. 

Seseorang tidak mungkin bisa mempelajari dan menguasai sesuatu kecuali jika ia mengulanginya lebih dari sekali. Karena pengulangan, keterampilan dalam file pikiran terakumulasi. Itulah yang membantu seseorang untuk berkembang dan maju.

Baca juga: Kesesatan Berpikir: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghindarinya

 

Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Baca tentang
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi