Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Terbentuknya Kota Satelit Sebagai Pendukung Kota Inti

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Rahma Atillah
Proses Terbentuknya Kota Satelit Sebagai Pendukung Kota Inti
Penulis: Rahma Atillah
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Kota adalah suatu permukiman yang rekatif besar, padat dan permanen, yang terdiri dari kelompok individu yang heterogen dari segi sosial.

Suatu kota besar pasti tidak luput dengan kota-kota kecil yang berada disekitarnya. Kota-kota kecil yang menjadi jalur atau penghubung dengan kota besar atau kota inti dinamakan dengan kota satelit.

Baca juga: 10 Pengertian Kota Menurut Ahli

Apa itu kota satelit?

Kota satelit adalah suatu daerah yang memiliki sifat perkotaan, di mana daerah ini memberi daya dukung bagi kehidupan kota inti.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota satelit ditafsirkan sebagai kota-kota kecil yang diciptakan di pinggir kota inti (suburban), dan dipersiapkan sebagai daerah yang akan berperan mendukung aktivitas di kota inti.

Kota satelit berfungsi sebagai daerah penyedia lahan bagi industri, permukiman, dan yang tidak kalah penting adalah sebagai penyedia sumber daya alam yang vital bagi kota inti, yakni sumber air dan bahan konsumsi penduduk.

Kota inti dan kota-kota satelit ini kemudian berintegrasi saling mendukung dan saling membutuhkan sehingga membentuk satu kesatuan wilayah yang tidak dapat dipisahkan.

Maka, tujuan diciptakannya kota satelit adalah untuk membagi beban dengan kota inti akibat dari perkembangan kota yang sangat pesat di kota inti itu sendiri.

Perkembangan tersebut baik dalam bidang ekonomi, maupun perkembangan kota secara fisik akibat kepadatan penduduk yang meningkat.

Namun, kota satelit sendiri merupakan salah satu jenis kota baru yang mayoritas penduduknya masih bergantung dengan kehidupan di kota inti. 

Baca juga: Kota: Pengertian, Klasifikasi, Fungsi, dan Ciri-cirinya

Proses pembentukan kota satelit

Pembentukan kita satelit ini dipengaruhi oleh pola hidup masyarakat yang mempunyai interaksi dan ketergantungan yang tetap dan sama.

Selain itu, kota satelit terbentuk karena adanya pertambahan jumlah penduduk dari kota inti, sehingga terkadang jumlah penduduk pada kota satelit lebih banyak daripada di kota intinya.

Perencanaan kota satelit didasarkan pada tiga hal, yaitu kontinuitas (continuity), kekompakan (compactness), dan mandiri (selfcontainment).

Sebutan kota satelit sendiri sebenarnya dianalogikan dengan istilah tata surya yang mengidentikan planet di tata surya dengan satelit yang mengitarinya, seperti bumi dengan bulan. 

Kota satelit diibratkan sebagai bulan yang dianggap mampu menopang kehidupan di bumi, sedangkan kota inti diibaratkan sebagai bumi yakni pusat kehidupan manusia.

Baca juga: 4 Permasalahan Kota beserta Penjelasannya

Adapun dalam proses pembentukannya terdapat tiga teori mendasar, yakni:

Hipotesis mengenai giant impact

Teori ini berpendapat bahwa Bulan memang terbentuk saat ada benda langit lain yang menabrak bumi, di mana bumi yang menjadi pusat kehidupan manusia hanya terdiri dari sisa awan debu. 

Maka, berdasarkan teori ini dapat disimpulkan bahwa pembentukan kota satelit merupakan sebuah konsekuensi dari adanya keberadaan kota inti.

Teori Co-Formation

Teori ini memiliki konsep bahwa Bumi dan Bulan terbentuk pada waktu yang sama, di mana Bumi maupun Bulan dianggap memiliki komposisi yang sama.

Berdasarkan teori ini maka kota satelit terbentuk karena memang direncanakan dan dibentuk sendiri, sehingga dianggap memiliki peran yang sama dengan kota inti.

Capture Theory

Teori ini menjelaskan bahwasanya Bumi memiliki pengaruh gravitasi yang mampu menarik benda langit lain, misalnya menarik Bulan untuk lebih dekat ke orbit Bumi.

Dengan demikian maka pembentukan kota satelit berada di sekitar kota inti dengan tujuan menjadi wilayah baru yang mampu menjadi pilihan sebagai penopang kehidupan dari kota inti.

Baca juga: Ciri-ciri Kehidupan Masyarakat Kota dan Komunitas Perkotaan

Referensi: 

  • Ariyani Indrayanti dan Anisa Ulul Azmi. 2018. Fenomena Urban Sprawl di Jabodetabek. Semarang: Fastindo.
  • M. Jehansyah Siregar. 2012. Kebijakan Pembangunan Kota Baru di Indonesia. Jurnal Nalars Vol. 11, No. 2.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi