Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Model Lima Kekuatan Porter

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Arfianti Wijaya Wardhani
Ilustrasi Mengenal Model Lima Kekuatan Porter
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Model lima kekuatan kompetisi dikembangkan oleh Michael E. Porter.

Poter Five Forces atau Lima Kekuatan Porter adalah model yang mengidentifikasi dan menganalisis lima kekuatan kompetitif yang membentuk setiap industri dan membantu menentukan kekuatan dan kelemahan industri.

Model ini bisa diterapkan di setiap segmen ekonomi untuk memahami tingkat persaingan dalam industri serta meningkatkan profitabilitas jangka panjang perusahaan.

Porter mengajukan model lima kekuatan atau five forces model sebagai alat untuk menganalisis lingkungan persaingan industri.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Model lima kekuatan banyak digunakan untuk menganalisis struktur industri dari perusahaan dan strategi perusahaan. Porter mengidentifikasi lima kekuatan tidak terbantahkan yang berperan dalam membentuk setiap pasar dan industri di dunia.

Five forces model menganalisis sebuah industri disebut tidak menarik saat kombinasi dari lima kekuatan mampu mengurangi profitabilitas secara keseluruhan. Suatu industri dikatakan menarik saat kombinasi tersebut menunjukkan profitabilitas yang menjanjikan.

Baca juga: Jenis Industri Berdasarkan Klasifikasinya

Lima kekuatan persaingan tersebut antara lain:

  1. Persaingan sesama pesaing dalam industri yang sama
  2. Ancaman masuknya pendatang baru
  3. Ancaman barang substitusi
  4. Daya tawar pembeli (konsumen)
  5. Daya tawar penyedia input (pemasok

Berikut penjelasannya:

Persaingan antar pesaing dalam industri yang sama

Faktor persaingan antar pesaing dalam industri yang sama menjadi sentral kekuatan persaingan.

Sebagai contoh, dalam industri minuman, Pepsi bersaing dengan Coca Cola, Teh Botol Sosro, serta limun.

Dalam industri ponsel seperti Oppo, Apple, dan Nokia bersaing dengan Samsung, Hawlet Packard, Sony, dan Motorola.

Semakin tinggi tingkat persaingan antar perusahaan, maka semakin tinggi profitabilitas industri. Akan tetapi, kemungkinan profitabilitas perusahaan menurun.

Intensitas persaingan tersebut tergantung pada beberapa faktor berikut:

Ancaman masuknya pendatang baru

Jika suatu industri menawarkan keuntungan yang tinggi, maka sebuah perusahaan dapat tertarik untuk terjun ke dalam industri tersebut.

Sebagai contoh, masuknya Lion Air dalam industri maskapai penerbangan Indonesia tentu memberikan dampak bagi maskapai lain yang sudah lebih dulu eksis. 

Secara makro, kedatangan pemain baru akan membuat persaingan menjadi lebih ketat hingga berujung pada turunnya laba yang diterima bagi semua perusahaan.

Berikut faktor-faktor yang memengaruhi mudah atau sulitnya rintangan memasuki suatu industri:

  • Kebijakan pemerintah
  • Diferensiasi produk
  • Skala ekonomi
  • Biaya pengalihan
  • Identitas merek
  • Akses terhadap distribusi
  • Kebutuhan modal
  • Keunggulan biaya absolut
  • Reaksi pesaing

Baca juga: Industrial Buying Model dalam Teori Perilaku Konsumen

Ancaman barang substitusi

Barang substitusi adalah barang atau jasa yang mampu menggantikan produk sejenis.

Sebagai contoh, kartu American Express mampu digantikan oleh kartu kredit, chequebooks, dan traveller’s cheque.

Ancaman barang substitusi dapat dijelaskan oleh faktor di bawah ini:

  • Kecenderungan pembeli untuk menyubstitusi
  • Harga relatif dalam kinerja barang substitusi
  • Biaya mengalihkan ke produk lain.

Daya tawar pembeli

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan daya tawar pembeli.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan daya tawar pembeli sebagai berikut:

  • Pangsa pembeli yang besar
  • Biaya mengalihkan ke produk lain yang relatif kecil
  • Tidak atau minimnya diferensiasi produk
  • Banyaknya produk substitusi

Daya tawar pembeli akan menjadi rendah apabila tidak terdapat barang substitusi, sehingga pembeli mau tidak mau hanya memiliki satu pilihan produk.

Daya tawar penyedia input (pemasok)

Penyedia input memiliki daya tawar yang tinggi apabila perusahaan tersebut menjadi satu-satunya penyedia bahan baku bagi perusahaan lain yang memerlukan inputnya.

Hal tersebut mengandunga artian bahwa penyedia input melakukan monopoli terhadap harga dan kuantitas barang.

Beberapa faktor yang memengaruhi kuat atau tidaknya kekuatan daya tawar penyedia input atau pemasok sebagai berikut:

  • Industri pemasok hanya didominasi oleh sedikit perusahaan.
  • Produk pemasok hanya mempunyai sedikit pengganti barang substitusi.
  • Produk pemasok didiferensiasikan
  • Pembeli bukan merupakan pelanggan yang penting bagi pemasok.
  • Produk pemasok mempunyai biaya pengalihan yang tinggi.
  • Pemasok mempunyai ancaman integrasi ke depan yang kuat.

Baca juga: Model Webster dan Wind dalam Teori Perilaku Konsumen

 

Referensi:

  • Kuncoro, M. (2020). Strategi Meraih Keunggulan Kompetitif di Era Industri 4.0. Andi Offset.
  • Paramansyah, A. (2022). Manajemen Strategis. Pustaka Al-Muqsith.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi