Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Cara Merebut Perhatian Audiens pada Awal Presentasi

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Arfianti Wijaya Wardhani
Ilustrasi 7 Cara Merebut Perhatian Audiens pada Awal Presentasi
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com – Dalam melakukan presentasi, kita diwajibkan untuk bisa menguasai materi terutama pembukaan presentasi itu sendiri. Agar audiens bisa menerima presentasi kita dengan baik. 

Pembukaan presentasi yang akan memberi rasa nyaman untuk keberlanjutan presentasi. Ada beberapa cara untuk merebut perhatian audiens. 

Berikut tujuh cara merebut perhatian audiens pada awal presentasi, yaitu: 

Baca juga: 5 Contoh Kasus Pembukaan Presentasi yang Tidak Menarik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pujian yang tulus, yang bukan berupa basa-basi atau ungkapan klise, baik untuk digunakan dalam mengawali presentasi.

Akan tetapi, hanya dengan ketulusan saja tidak cukup untuk merebut perhatian audiens. Perlu ditambahkan kreativitas di dalamnya.

Contoh pujian yang tulus dan kreatif sebagai berikut:

Saya sungguh berdoa semoga semua orang yang hadir di sini selalu berada dalam keadaan yang sehat walafiat. Sebab, perekonomian Indonesia sangat mungkin terganggu jika harus kehilangan pengusaha brilian seperti yang sekarang ada di ruangan ini.

Pertanyaan yang tepat dapat menggugah hati audies dalam memberikan perhatian yang sungguh-sungguh.

Pertanyaan retorikal juga secara langsung melibatkan audiens yang mendengarkan kita untuk mengaktifkan pikiran mereka.

Dengan pertanyaan retorikal yang tepat, rasa ingin tahu manusia pada umumnya dapat tergugah.

Untuk merumuskan sebuah pertanyaan retorikal yang tepat, kita perlu menganalisis pertanyaan yang kita pilih.

Apakah pertanyaan tersebut dapat membuat audiens berpikir? Apakah hal tersebut akan mengaktifkan mereka secara mental atau bahkan fisik?

Contoh pertanyaan retorikal sebaga berikut:

Andai presentasi ini mampu memberikan penghasilan tambahan sekitar Rp2.000.000,00 bagi setiap audiens, siapakah yang tidak bersedia mendengarkan?

Contoh di atas dapat digunakan untuk mengawali presentasi mengenai multi-level marketing.

  • Menceritakan pengalaman pribadi yang traumatis atau dramatis

Terdapat banyak orang yang menolak gagasan atau pendapat, namun tak seorang pun menolak cerita.

Cerita berdasarkan pengalaman mungkin mudah untuk dilakukan. Akan tetapi, untuk merebut perhatian audiens diperlukan pengalaman yang bersifat traumatis atau dramatis.

Pengalaman yang diceritakan tidak harus pengalaman pribadi. Kita juga dapat menggunakan pengalaman orang lain yang kita ketahui secara pasti.

Contohnya sebagai berikut:

Saya tidak pernah membayangkan bahwa saya akan mampu bertahan hidup setelah menyaksikan hal yang melukai hati nurani saya. Untuk bisa tetap waras bukanlah hal yang mudah bagi saya.

  • Memberikan definisi yang tidak gaib

Memulai presentasi dengan memberikan definisi-definisi ilmiah cenderung membosankan, sekalipun dilakukan pada forum-forum akademis.

Akan tetapi, definisi-definisi yang tidak gaib (tidak biasa) dapat merebut perhatian audiens secara efektif.

Contohnya sebagai berikut:

Individualisme melahirkan orang-orang yang egois, yaitu mereka yang lebih menaruh perhatian dan minat berlebihan terhadap dirinya daripada terhadap saya.

Baca juga: 7 Cara Menutup Presentasi

  • Mengutip pendapat orang bijak

Kutipan pendapat atau rumusan pikiran yang bijak merupakan salah satu alternatif yang paling sering dipakai pembicara.

Contohnya sebagai berikut:

“Seseorang yang terlalu memaksakan pendapatnya akan menemukan bahwa hanya sedikit orang yang sependapat dengannya,” demikian yang dikatakan Lao Tse, salah seorang filsuf Cina yang terkenal.

  • Memberikan pernyataan misterius

Pernyataan misterius terbukti efektif dalam merebut perhatian audiens karena manusia umumnya berminat mengetahui ada apa dibalik sebuah misteri.

Contohnya sebagai berikut:

Tidak banyak orang yang menyadari bahwa angka 1440 dapat menghasilkan milyaran rupiah jika dikelola dengan baik (angka tersebut merupakan jumlah menit dalam sehari).

  • Menceritakan lelucon

Terdapat banyak pembicara yang senang mengawali presentasi mereka dengan sebuah cerita lucu.

Hal ini memang mengandung risiko karena rasa humor bersifat personal atau individual, sekalipun rasa humor merupakan sesuatu yang umum.

Meskipun mengandung risiko, lelucon yang baik dapat menjadi awal dan efektif untuk merebut perhatian audiens.

Contoh cerita lelucon adalah:

Saya harap saya mengatakan sesuatu yang baik dan orisinil hari ini. Setiap pembicara takut menghadapi apa yang saya alami belum lama ini. Saya baru saja berbicara kepada sebuah kelompok dan setelah usai salah seorang pendengar mengirimkan catatan kecil untuk saya.

“Pak, presentasi Anda bukan hanya bermutu, tetapi juga orisinil. Sayangnya, bagian yang bermutu tidak orisinil dan bagian yang orisinil sama sekali tidak bermutu.

Baca juga: 5 Tips Menyampaikan Humor dalam Presentasi

 

Referensi:

  • Harefa, A. (1999). Seri Ketrampilan Praktis: Presentasi Efektif. Penerbit Andi
  • Tjokro, S. L. (2013). Presentasi yang Mencekam. Elex Media Komputindo
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi