Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai-Nilai Luhur dalam Cerita Wayang "Gathutkaca Gugur"

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/ElizaNavianaDamayanti
Nilai-nilai luhur yang terdapat dalam cerita wayang Gathutkaca Gugur
|
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Gathutkaca yaitu putra dari Raden Werkudara dan Dewi Arimbi.

Gathutkaca ketika perang Baratayudha yaitu perang besar antaranya Pandhawa dan Kurawa, Gathutkaca dijadikan Senapati untuk kubu para Pandhawa. Senapati adalah panglima perang. Sayangnya, Gathutkaca gugur dalam perang itu.

Baca juga: Mengenal Tokoh Wayang Nakula

Mari Kita simak bagaimana kisah gugurnya Gathutkaca!

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Gathutkaca Gugur

Raden Gathutkaca adalah satriya di Pringgodani. Sebelum berangkat ke Tegal Kurusetra untuk berperang, Gathutkaca menghadap Ibunya yang Bernama Dewi Arimbi.

Ibunya merasa senang karena putranya menjadi Senapati Pandhawa. Ibu Gathutkaca juga berpesan bahwa walaupun kamu sakti jangan lupa dengan Tuhan agar bisa memberikan hasil di peperangan.

Dengan tekat yang sudah bulat, Raden Gathutkaca berangkat ke Palagan di tunggu oleh perajurit yang lain, seperti Brajawikalpa, Brajalamatan, dan Prababeksa.

Akan tetapi Raden Gathutkaca berjalan dengan cara terbang. Gathutkaca juga memakai caping Basunanda agar jika panas tidak kepanasan dan hujan tidak kehujanan.

Sudah banyak kurawa yang Bersiap di Tegal Kuruseta untuk menyegat Pandhawa. Banyak sekali jumlahnya, ada yang menunggang kuda dan ada juga yang jalan kaki. Yang membuat pasukan Pandhawa juga bersiap-siap untuk memulai peperangan. Pasukan pandhawa memulai perang terlebih dahulu.

Baca juga: Siapa Itu Petruk?

Berisik sekali dengan suara pedang, panah dan suara kurawa yang teriak-teriak kesakitan dan akhirnya mati mengakibatkan dan suasana semakin mencekam.

Adipati Karna selaku Senapati kurawa mengambil panah dan beribu-ribu panah diarahkan ke pasukan Pandhawa. Seketika pasukan Pandhawa kalang kabut.

Saat pasukan Pandhawa kalang kabut, Raden Gathutkaca mengamuk dan mengobrak-abrik pasukan kurawa. Raden Gatutkaca melempar aji Narantaka kepada Adipati Karna yang mengikbatkan kuda dan keretanya hancur.

Adipati Karna bisa selamat karena bisa melompat dari kereta. Adipati Krna lalu mengganti keretanya. Dari kereta tadi, Adipati Karna memanah Gatutkaca akan tetapi tidak pernah terkena Gatutkaca.

Adipati Karna berbicara kepada Gathutkaca “Gathutkaca, kowe aja ngisin-ngisini wong tuwa. Yen wani nyedhaka mrene. Aku ora bakal wedi marang kowe, Gathutkaca. Waspadakna apa kang tak gawa!”.

Raden Gathutkaca kaget dan baru ingat jika senjatanya di pakai, dia akan menemukan kesengsaraan. Maka dari itu Gathutkaca langsung terbang ke atas agar jauh dari senjata Kunta.

Di atas awan Gathutkaca bertemu dengan pakdhenya yaitu Ditya Kalabendana. Kala itu Ditya Kalabendana mati karena

Gathutkaca. Maka sudah waktunya untuk menempati janjinya untuk naik ke surga bersama. “Kulub Gathutkaca, aku wis suwe nunggu tekamu. Saiki wis teka titi wancine akua rep ngajak kulub Gatutkaca munggah ing swarga loka!”. Kalabendana mengerti bahwa senjata Kunta tidak akan bisa sampai angkasa.

Seketika, senjata Adipati Karna disaut oleh Kalabendana di angkasa. Kalabendana berkata, “Kulub Gathutkaca, aku wis nyekel sanjata Kunta. Dadi wis kodrate Gusti Kang Murbeng Dumadi, sanjata Kunta kang wis pisah saka warangkane bakal bali mlebu ing warangka kang manggon ing pusermu, Ngger!”. Gathutkaca sudah pasrah dan Ikhlas jika panah itu akan di tusukkan ke perutnya.

Jika Gathutkaca meninggal ia berharap bisa naik ke surga Bersama Kalabendana. Akhirnya Gathutkaca mati jatuh di hadapan Prabu Karna dan arwahnya naik ke surga bersama Ditya Kalabendana.

Baca juga: Mengenal Tokoh Wayang Semar

Makna cerita Gathutkaca Gugur 

Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita Gathutkaca Gugur, yakni:

  • Yen nduwe gegayuhan luwih becik nyuwuna pangestu marang wong tuwamu (Jika kamu mempunyai impian lebih baik meminta restu kepada orang tua)
  • Kudu tansah jaga karukunan (Harus selalu menjaga kerukunan)
  • Aja mungsuhan marang sapa wae (Jangan bermusuhan dengan siapa saja)
  • Bela nagara kuwi wajib ditindakake (Bela negara itu wajib dilakukan)

 

Referensi:

  • M.H, N. (2010). Wayang. Yogyakarta: Bintang Cemerlang.
  • Nugroho, L. (Director). (2022). Gathutkaca Gugur [Motion Picture].
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi