KOMPAS.com - Ulama berjasa besar dalam menyiarkan agama Islam kepada penduduk Indonesia.
Hal itulah yang membuat agama Islam dipeluk oleh mayoritas masyarakat Indonesia.
Dilansir dari buku Walisongo: Sebuah Biografi (2021) oleh Asti Musman, para penyebar agama Islam di Jawa dikenal dengan sebutan wali songo atau sembilan wali. Berikut nama-nama tokoh wali songo:
- Sunan Gresik
- Sunan Ampel
- Sunan Bonang
- Sunan Drajat
- Sunan Kudus
- Sunan Giri
- Sunan Kalijaga
- Sunan Muria
- Sunan Gunung jati
Kali ini, kita akan membahas kisah Sunan Ampel dalam menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa.
Baca juga: Peran Walisongo dalam Penyebaran Islam di Tanah Jawa
Sunan Ampel
Dikutip dari buku Sejarah Wali Songo (2019) oleh Zulham Farobi, Sunan Ampel adalah putra tertua dari Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim).
Beliau lahir di Kerajaan Champa pada 1401 SM. Sedangkan nama Ampel mengacu pada nama sebuah tempat di mana dulu beliau bermukim lama di sana, yaitu di daerah Ampel atau Ampel Denta yang kini masuk wilayah Surabaya bagian utara.
Sunan Ampel kemudian datang ke Pulau Jawa sekitar tahun 1443. Beliau kemudian tinggal di Surabaya dan menikah dengan Nyai Ageng Manila, dan membangun sebuah pondok untuk melakukan dakwah.
Sunan Ampel datang ke Jawa bersama ayahnya, Sunan Gresik. Mereka mendarat di Tuban yang saat itu menjadi kota pelabuhan, dan berdakwah untuk beberapa waktu.
Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan dakwahnya ke kota Trowulan yang saat itu merupakan pusat dari Kerajaan Majapahit, untuk menemui Kertawijaya.
Baca juga: Wali Songo: Penyebar Islam di Tanah Jawa
Sunan Ampel kemudian melanjutkan perjalanan hidupnya menuju ke Ampel, Jawa Timur.
Beliau bergerak dari Trowulan melewati desa-desa ataupun kota-kota sambil tetap melakukan dakwah.
Sunan Ampel menyebarkan agama Islam tanpa pernah sekalipun memaksakan kehendaknya kepada masyarakat. Tapi, rupanya justru dengan begitulah masyarakat memiliki rasa empati yang besar terhadap Sunan Ampel. Mereka dengan sendirinya datang kepada Sunan Ampel dan meminta untuk diislamkan.
Saat tiba di Ampel, Jawa Timur, Sunan Ampel membangun sebuah langgar atau masjid untuk memberikan tempat bagi ia dan pengikutnya melaksanakan ibadah.
Sunan Ampel juga menjadikan masjid sebagai tempat untuk kegiatan dakwah. Semakin berkembangnya Islam di Ampel, maka Sunan Ampel membangun sebuah pesantren sebagai tempat mendidik para penerus ajaran Islam.
Pada masa berdakwahnya, Sunan Ampel tidak pernah memaksakan unsur-unsur lama yang telah dikenal masyarakat untuk dihapuskan.
Sunan Ampel justru menjadikannya sebuah sarana untuk memperkenalkan Islam, seperti penamaan tempat ibadah yang mengambil kata "sanggar" menjadi "langgar". Kemudian, kata "shastri" yang merujuk pada orang-orang yang membaca kitab suci agama Hindu diganti menjadi "santri" sebagai mereka yang belajar mengenai Islam.
Baca juga: Sunan Ampel, Berdakwah dengan Ajaran Moh Limo
Ajaran Moh Limo
Selain itu, ajaran dari Sunan Ampel yang terkenal adalah Moh Limo.
Moh Limo berasal dari kata "emoh" atau tidak mau, dan "limo" atau lima. Jadi, Moh Limo artinya adalah tidak mau melakukan lima hal tercela.
Kelima hal tersebut yaitu "moh main" atau tidak mau bermain judi, "moh ngombe" artinya tidak mau mabuk, "moh maling" artinya tidak mau mencuri, "moh madat" yang artinya tidak mau mencandu obat-obatan, dan "moh madon" artinya tidak mau main perempuan.
Adapun ajaran ini sesuai dengan permasalahan kemerosotan moral masyarakat Majapahit yang dikeluhkan oleh Kertawijaya.
Itulah kisah dari Sunan Ampel dalam menyebarkan agama Islam di Jawa.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.