KOMPAS.com - Riwayat Parikesit terutama tercatat sebagai legenda dalam Mahabharata dan Purana.
Dalam Mahabharata disebutkan bahwa ia merupakan putra Abimanyu dan Utari, dan merupakan cucu Arjuna. Ia menjadi penerus kakeknya, Yudistira yang bertahta di Hastinapura, ibukota Kuru.
Menurut Mahabharata, ia memerintah selama 24 tahun dan wafat saat berumur 60 tahun. Pada suatu legenda dalam kitab Adiparwa dan Bhagawatapurana, diceritakan bahwa Parikesit meninggal karena digigit Naga Taksaka.
Menurut kitab Adiparwa, sang naga menyamar menjadi ulat dan bersembunyi di dalam buah jambu yang dihidangkan kepada Parikesit.
Cara kematian tersebut terjadi karena kutukan brahmana bernama Srenggi yang merasa sakit hati karena Parikesit telah mengalungkan bangkai ular di leher Samiti (Samika), ayahnya.
Baca juga: Jenis-jenis Wayang yang Populer di Indonesia
Kelahiran Parikesit
Catatan dalam Mahabharata dan Bhagawatapurana, menyebutkan bahwa Parikesit adalah putra Abimanyu, keturunan Arjuna, salah satu Pandawa. Saat Parikesit masih berada dalam kandungan, ayahnya berpartisipasi dalam perang antara Pandawa melawan Korawa (Bharatayuddha) di Kurukshetra.
Dalam pertempuran tersebut, Abimanyu gugur, meninggalkan ibu Parikesit (Utari) yang sedang hamil tua. Maka dari itu ia lahir dalam keadaan yatim.
Menurut Bhagawatapurana, saat senjata milik Aswatama diarahkan ke janin Utari, Dropadi dan Subadra berdoa kepada Kresna agar keturunan Pandawa terselamatkan. Kresna menenangkan mereka, lalu ia melindungi janin dalam kandungan Utari dari serangan senjata milik Aswatama yang mematikan. Akhirnya nyawa Parikesit terselamatkan.
Maka dari itu, Parikesit juga memiliki nama lain "Wisnurata", karena Dewa Wisnu (dalam wujud Kresna) menjadikannya anugerah bagi para Pandawa saat garis keturunan mereka terancam punah.
Keturunan Parikesit
Menurut Purana, Parikesit menikah dengan Putri Madrawati. Dalam kitab Shatapatha Brahmana (XIII.5.4), tercatat bahwa Parikesit memiliki empat putra: Janamejaya, Bimasena, Ugrasena, dan Srutasena. Sebagaimana yang tercatat dalam Mahabharata, di antara empat putranya, Janamejaya yang dipilih sebagai pewaris tahta.
Dalam Adiparwa diceritakan bahwa ia dan ketiga saudaranya melaksanakan Aswamedhayadnya. Janamejaya juga menyelenggarakan upacara Sarpahoma, yang bertujuan untuk membasmi seluruh ular di muka Bumi, sebagai pembalasan dendam karena ayahnya tewas akibat gigitan ular.
Menurut Purana, Janamejaya menikahi Wapustama, dan memiliki dua putra bernama Satanika dan Sankukarna. Satanika diangkat sebagai raja menggantikan ayahnya dan menikahi putri dari Kerajaan Wideha, kemudian memiliki seorang putra bernama Aswamedadata.
Para keturunan Raja Parikesit tersebut merupakan raja legendaris yang memimpin Kerajaan Kuru, tetapi riwayatnya tidak muncul dalam Mahabharata. Nama-nama tersebut muncul dalam kitab Bhagawatapurana dan Purana lainnya.
Parikesit dalam pewayangan Jawa
Pada masa perkembangan agama Hindu dan Buddha di Nusantara, kitab Mahabharata dari India yang berbahasa Sanskerta juga diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Kuno, bersama pustaka suci Hindu lainnya.
Selain itu, beberapa kakawin digubah berdasarkan cerita dalam pustaka tersebut, dan beberapa di antaranya diadaptasi menjadi pertunjukan wayang kulit yang masyhur di Jawa. Dalam perkembangannya, para dalang melakukan sejumlah perubahan saat mengadaptasi kisah Mahabharata ke dalam lakon pewayangan.
Tokoh Parikesit yang diceritakan dalam pewayangan tidak jauh berbeda dengan yang tertulis dalam kitab Mahabharata, perubahan kecil terjadi pada sejumlah nama tokoh.
Menurut pewayangan Jawa, Parikesit adalah putra Abimanyu alias Angkawijaya, kesatria Plangkawati dengan permaisuri Dewi Utari, putri Prabu Matsyapati (Wirata) dengan Dewi Ni Yustinawati (Sudesna) dari Kerajaan Wirata.
Ia seorang anak yatim, karena ayahnya gugur di medan perang Bharatayuddha ketika ia masih dalam kandungan. Parikesit lahir di istana Astina (Hastinapura) setelah keluarga Pandawa pindah dari Amarta (Indraprastha) ke Astina.
Parikesit naik tahta negara Astina menggantikan kakeknya, Prabu Karimataya (nama gelar Prabu Yudistira setelah menjadi raja negara Astina). Dikisahkan bahwa Parikesit berwatak bijaksana, jujur dan adil.
Permaisuri dan anak Parikesit
Menurut cerita sisipan dalam pewayangan Jawa, Parikesit mempunyai 5 (lima) orang permaisuri dan 8 (delapan) orang anak, yaitu:
- Dewi Puyangan, memiliki putra Ramayana dan Pramasata.
- Dewi Gentang, memiliki putri Dewi Tamioyi.
- Dewi Satapi alias Dewi Tapen, memiliki putra Yudayana dan Dewi Pramasti.
- Dewi Impun, memiliki putri Dewi Niyedi.
- Dewi Dangan, memiliki putra Ramaprawa dan Basanta.
Baca juga: Upaya Melestarikan Wayang sebagai Aset Negara Indonesia
Referensi:
- Irawan, B. (2016). Struktur Dramatik Lakon Parikesit Dadi Ratu oleh Ki Enthus Susmono. Sutasoma: Jurnal Sastra Jawa.
- Setyawan, H. A. (2009). Pagelaran wayang kulit sebagai kritik sosial politik di Kabupaten Ponorogo: studi tentang kritik sosial politik dalam lakon parikesit grogol di paseban Kabupaten Ponorogo . Universitas Negeri Malang.