KOMPAS.com - Iringan memiliki cakupan yang luas, tidak hanya sekedar musik bisa juga iringan drama.
Drama merupakan ilmu seni yang kompleks, begitu juga dengan iringan. Namun, iringan tidak boleh mengalahkan drama itu sendiri. Iringan harus mampu memberikan efek khas pada setiap pementasan.
Setiap pementasan boleh menggunakan iringan dari vokal, benda, instrumen baku, dan seterusnya. Kreativitas sang penata iringan, perlu menjiwai isi drama.
Drama tanpa iringan, tampaknya menjadi aneh ditonton. Iringan dapat menjadi bagian lakon, tetapi yang terbanyak adalah sebagai ilustrasi, baik sebagai pembuka seluruh lakon, pembuka adegan, memberi efek pada lakon, maupun penutup lakon.
Dalam sebuah pementasan, iringan harus ada. Bahkan penata iringan harus paham mengenai pementasan drama. Jika penata iringan tidak paham tentang drama, biasanya efek suara pada pertunjukan drama menjadi gagal.
Tata suara berfungsi memberikan efek suara yang diperlukan lakon, seperti suara ketepak kaki kuda, tangis, bunyi tembakan, bunyi kereta api, mobil, burung berkicau, dan sebagainya.
Baca juga: Apakah Drama dan Sandiwara Itu Sama?
Untuk memberikan efek tertentu, iringan sering digabung dengan suara (sound effect). Misalnya dalam memberi efek terkejut, panik, tegang, sedih, gembira meluap-luap, perkelahian, iringan berbaur dengan sound effect sangat menghidupkan adegan.
Selain digunakan bersama sound effect, iringan juga dikombinasikan dengan komponen pentas lain. Misalnya, untuk menggambarkan suasana hujan angin dengan suasana kalut, iringan dibantu oleh bunyi hujan, bunyi guruh dan petir, serta kilat yang diperoleh dari tata lampu.
Iringan tidak asal-asalan, melainkan perlu garapan. Irigan yang baik memiliki fungsi tertentu bagi drama. Alur drama semakin mudah dan suasana semakin menarik, apabila iringan cocok dengan drama.
Fungsi tata iringan dan tata suara drama Jawa
Fungsi yang diharapkan dari tata iringan dan tata suara, sebagai berikut:
- Memberikan ilustrasi yang memperindah
Karya drama merupakan karya seni. Maka perlu ada penghiasnya. Kalau tanpa hiasan rasanya cemplang. Hiasan pada awal dapat memikat penonton, dan membawa ke arah perhatian pada pentas. Hiasan pada akhir lakon sekaligus mempersilahkan penonton pulang.
- Memberikan latar belakang
Latar belakang ini dapat berarti latar belakang kebudayaan, latar belakang sosial, atau keagamaan. Dapat juga latar belakang karakter. Begitu mendengar gamelan Jawa, maka kita langsung terkesan bahwa adegan ini berlatar belakang Jawa.
Iringan hingar bingar yang mengikuti selera masa kini, dapat memberi latar belakang adegan kaum muda. Latar belakang Kristiani atau Muslim dapat diberikan dengan iringan khas dari agama tersebut.
Latar belakang watak kasar atau halus, dapat diberikan melalui iringan dengan nada dan irama yang spesifik.
- Memberikan warna psikologis
Untuk menggambarkan warna psikologis peran, iringan sangatlah besar manfaatnya. Peran yang sedih, kacau; terkejut, gembira, semua dapat diberikan tekanan dengan iringan yang sesuai.
Dalam wayang dan ketoprak adegan perang tidak pernah hidup tanpa iringan gamelan yang cocok. Demikian pula adegan cekcok dalam drama, membutuhkan iringan iringan yang sesuai. Ada kalanya terjadi adegan tanpa dialog.
Pada saat ini iringan memegang peranan yang sangat penting untuk memberikan warna psikologis pada pemain, warna psikologis yang didukung oleh iringan dapat warna individual, terlebih adalah warna psikologis dari adegan.
Baca juga: Peralatan dalam Pertunjukan Wayang dalam Bahasa Jawa
- Memberi tekanan kepada nada dasar drama
Nada dasar drama harus dipahami oleh penonton. Dengan iringan yang sesuai yang dapat mengungkap jiwa dari drama itu, penonton akan terhanyut ikut terlibat dalam suasana batin yang pokok dari drama tersebut.
Misalnya dalam film "Cinta Pertama", sejak awal sudah diperdengarkan nada duka, yang menjiwai seluruh lakon.
- Membantu dalam penanjakan lakon, penonjolan, dan progresi
Di samping itu juga membantu pemberian isi serta meningkatkan irama permainan. Semua ini berhubungan dengan alur dramatik yang menanjak menuju titik klimaks.
Dalam wayang dapat disimak, bahwa jenis iringan gamelan semakin malam semakin berirama keras, karena untuk keperluan meningkatkan tempo permainan dan menanjakkan konflik.
- Memberi tekanan pada keadaan yang mendesak
Misalnya mendengar berita tidak disangka-sanga, dengan iringan yang cocok, tanggapan perasaan peran dapat lebih nyata daripada dengan ucapan.
- Memberikan selingan
Variasi di pentas sangat perlu. Semua itu agar penonton tidak lelah dan bosan.
Jenis iringan pentas drama Jawa
Iringan pentas dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
- Iringan utuh, artinya sepanjang pementasan, iringan selalu ada. Iringan telah menyatu dan digarap dalam format utuh. Andaikata menggunakan gending (gamelan), tentu dalam bentuk gending utuh. Biasanya berupa iringan gending utuh, pakem, ditabuh secara urut;
- Iringan potongan, artinya iringan yang hanya potongan-potongan nada gamelan atau gending. Potongan-potongan semacam ini tentu saja belum tentu kalah dengan gending utuh. Iringan semacam ini termasuk iringan kreasi baru, yang penuh dengan ciptaan cipta.
Baca juga: 8 Jenis Drama Berdasarkan Penyajian Lakon
Referensi:
- Endraswara, S. (2011). Metode Pembelajaran Drama. Media Pressindo.
- Wiyanto, A. (2002). Terampil Bermain Drama. Grasindo.