KOMPAS.com - Dalam bahasa Jawa, ukara berarti kalimat dan sesanti berarti pepatah atau peribahasa, atau bisa juga disebut slogan tetapi dalam bahasa Jawa.
Ukara sesanti adalah kalimat pendek yang terdiri dari kata-kata yang disusun secara menarik dan memiliki makna atau isi tertentu.
Dalam bahasa Jawa, slogan yaiku tembung-tembung utawa ukara-ukara cekak sing menarik utawa mencolok lan gampang dieling-eling kanggo ngandhani.
Ukara sesanti dapat digunakan dalam percakapan sehari-sehari, terutama guna mengungkapkan sesuatu perkara.
Berikut ini 25 ukara sesanti yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat:
- Nagara mawa tata desa mawa cara. (Orang harus berperilaku menurut aturan yang ada di wilayahnya)
- Ula marani gitik. (Orang yang sengaja mencari kesulitan)
- Uyah kecemplung segara. (Memberi sesuatu kepada orang kaya)
- Wani ngalah duwur wekasane. (Melakukan negosiasi dengan mengalah tentu akan menghasilkan kemenangan di kemudian hari)
- Tirta candra geni raditya. (Sifat hakim hendaknya teliti dan terang sesuai dengan matahari dan bulan.)
- Tulung menthung. (Kelihatannya menolong, tetapi membebani)
- Setan anggawa eting. (Orang yang suka mengadu domba)
- Ngenteni kambanging watu item. (Menunggu hal yang mustahil)
- Ngangsu banyu ing kranjang. (Orang berguru yang tidak menuruti kehendak gurunya)
- Manuk mencok dudu pencokane, rupa dudu rupane. (Orang yang melakukan kegiatan bukan berdasar kelaziman, misalnya santri bermain judi)
- Lambe satumang kari samerang. (Orang yang memberi nasihat, tetapi tidak digubris)
- Kegedhen empyak kurang cagak. (Orang yang mempunyai keinginan besar tetapi sedikit sarannya)
- Kebo kabotan sungu. (Orang yang mengeluh karena kebanyakan anak)
- Kandhang langit kemul mega. (Orang yang tidak bergaul dengan orang banyak)
- Candhuk lawung. (Bertemu dan berkenalan dengan perantaraan kawan)
- Slaman-slumun slamet. (Orang yang berjalan di tempat gawat, tetapi selalu selamat)
- Kalah cacak menang cacak. (Berhasil atau tidak sebaiknya diusahakan lebih dulu)
- Idhep-idhep nandur pari jero. (Berbuat kebaikan terhadap orang yang tidak dapat membalas)
- Dieletana sagara gunung sap pitu. (Apabila memang jodoh dari Tuhan, meski dihalangi pasti bertemu juga)
- Ajining dhiri gumantung ana lathi lan budi. (Kewibawaan orang itu tergantung pada ucapan dan tingkah-laku yang baik)
- Witing tresna jalaran saka kulina. (Cinta berawal karena terbiasa. Seseorang dapat jatuh cinta karena sering bertemu atau berinteraksi dengan lawan jenisnya)
- Mikul dhuwur mendhem jero. (Seorang anak yang menjunjung tinggi derajat orang tua)
- Becik ketitik, ala ketara. (Perbuatan baik akan selalu dikenali, dan perbuatan buruk nantinya juga akan diketahui juga)
- Kakehan gludug kurang udan. (Terlalu banyak bicara namun tidak pernah memberi bukti)
- Adigang, adigung, adiguna. (Mengandalkan kekuatan, kekuasaan, dan kepintarannya)
Baca juga: Sintaksis (Widya Ukara) Bahasa Jawa
Referensi:
- Hidayatulloh, S. (2022). Estetika Bahasa Dalam Teks Panatacara Gaya Sanggar Pasinaon Pambiwara Karaton Surakarta dan Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Bahasa Jawa di SMA (Doctoral dissertation, UNS (Sebelas Maret University)).
- Susdarwono, E. T. (2024). Pendidikan Unggah-Ungguh di Keluarga Melalui Sesanti dan Unen-Unen Budaya Jawa untuk membentuk Manusia Beretika. BIMSALABIM: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan dan Pembelajaran, 1(1), 23-35.