KOMPAS.com - Wayang orang adalah salah satu pertunjukan tradisional Nusantara. Wayang orang tak hanya disajikan dalam teater tradisional, tetapi juga dipentaskan dalam bentuk sendratari. Sala satu unsur dari wayang orang adalah gerak tari.
Gerak tari yang dipakai dalam pertunjukan wayang orang antara lain: sembahan, sabetan, lumaksana, ombak banyu, dan srisig.
Hal ini sesuai dengan pendapat Raden Tumenggung Kusumakesawa bahwa dalam pertunjukan wayang wong unsur tari tidak diutamakan, lima motif gerak tari seperti sembahan, sabetan, lumaksana, ombak banyu, dan srisig sudah dianggap cukup untuk menjadi seorang pemain wayang wong.
Untuk menjadi pemain wayang wong profesional yang baik, dituntut menguasai beberapa motif gerak yang lebih rumit yaitu beksan laras dan beksan kiprahan.
Baca juga: Penampilan Tari: Pengertian dan Unsurnya
Klasifikasi perwatakan gerak tari wayang wong
Klasifikasi perwatakan gerak tari dalam wayang wong, antara lain:
- Gerak tari putri oyi atau luruh yaitu menggunakan gerak tari yang mengalun dalam irama gerak ganggeng kanyut (irama gerak yang mengakhiri gong), arah pandangan muka diagonal ke bawah, berbicara atau dialog dengan nada suara rendah dan monotonal. Misalnya, untuk tokoh Dewi Sinta, Dewi Sembadra, termasuk Dewi Sri Kembang.
- Gerak tari putri endel atau lanyap, yaitu menggunakan gerak tari mengalun dengan irama gerak prenjak tinaji yang tepat pada gong arah pandangan muka lurus ke depan, berbicara dengan nada suara agak tinggi dan melodis. Misalnya untuk tokoh Srikandi.
- Gerak tari putra alus yaitu menggunakan gerak tari yang mengalun dalam irama gerak ganggeng kanyut, arah pandangan muka diagonal ke bawah, berbicara dengan nada suara rendah dan monotonal. Misalnya, untuk tokoh Prabu Rama, Raden Harjuna, Bathara Kamajaya.
- Gerak tari putra lanyap yaitu menggunakan gerak tari yang mengalun dengan irama gerak prenjak tinaji, arah pandangan muka lurus ke depan, berbicara dengan nada suara agak tinggi dan melodis. Misalnya, untuk tokoh Bathara Kresna, Karna, atau Samba.
- Gerak tari putra gagah kambeng, menggunakan garis-garis lengan simetris setinggi bahu, arah pandangan muka diagonal ke bawah, berbicara dengan nada suara rendah dan mantap, serta monotonal. Misalnya, untuk tokoh Werkudoro, Bathara Bayu.
- Gerak tari putra gagah kalang kinantang, sebenarnya dapat dipilahkan menjadi dua yaitu kalang kinantang dan kalang kinantng raja. Tipe tari ini menggunakan garis lengan asimetris setinggi bahu dengan sikap jari tangan kiri jimpit sonder dan sikap jari tangan kanan nyempurit, arah pandangan muka diagonal ke bawah dan ada yang lurus ke depan, berbicara dengan nada suara rendah monotonal.
Misalnya, tokoh Gatutkaca, Ontoseno. Gerak tari putra bapangkasatrian. Gerak tari ini dipergunakan untuk peran pangeran gagah dan sombong atau raksasa, menggunakan garis-garis lengan asimetris, arah pandangan muka lurus ke depan, berbicara dengan nada suara rendah dan monotonal. Misalnya, tokoh Kumbokarno, Bathara Kala, Niwatakawaca, atau Prahastha. - Gerak tari putra bapang jeglong, untuk tokoh prajurit raksasa, menggunakan garis-garis lengan asimetris, arah pandangan muka ke depan, berbicara dengan suara sedang dan kasar serta melodis.
- Gerak tari madyataya, yaitu gerak tari yang memadukan antara gerak tari putra gagah dengan gerak tari putra alus, garis-garis lengan asimetris, arah pandangan muka diagonal ke bawah, berbicara dengan nada suara renclah dan monotonal. Misalnya tokoh Prabu Duryudana, atau tokoh Bagawan. Gerak tari gecul, yaitu gerak tari yang terkesan lucu, gerakannya cenderung tidak beraturan atau asimetris, arah pandangan muka bervariasi ada yang diagonal ke bawah atau lurus ke depan dan ada juga yang ke atas. Misalnya tokoh punakawan.
Norma estetis tari wayang wong
Berikut ini norma estetis tari tradisi gaya Surakarta yang disebut Hasta Sawanda. Delapan norma yang menjadi dasar gerak tari gaya Surakarta, yaitu:
- Pacak, yaitu suatu ukuran atau batas-batas kualitas gerak tertentu sesuai dengan karakter dan sifat yang dilambangkan dalam tari.
- Pancat, yakni gerak tari yang menyangkut sepak terjang atau peralihan dari gerak yang lain menurut ukuran yang sudah ditentukan secara normatif.
- Ulat, adalah sikap dan pandangan mata dan ekspresi wajah sesuai dengan perwatakan tari yang dibawakan, serta suasana yang diinginkannya.
- Lulut, merupakan semua gerak yang dilakukan seakan-akan mengalir dan menyatu serta tidak dipikirkan lagi.
- Wiled, yaitu mengenai pengisian gerak kembangan berdasarkan kemampuan keterampilan, interpretasi dan tingkat penghayatan penari.
- Luwes, yakni gerak tari yang serba indah dipandang, tangkas, dan cepat, serta tidak kaku. Seorang penari yang luwes adalah penari yang serba pantas sesuai dengan perwatakan tari yang dibawakan,
- Wirama, merupakan ketepatan irama gending yang harus diikuti, baik menyangkut hubungan gerak dengan iringan maupun cepat lambatnya gerak itu dilakukan,
- Gending, adalah mengenai seni karawitan dan seni suara. Dalam hal ini yang dimaksud ialah penguasaan iringan tari yang menyangkut bentuk gending, rasa lagu, irama dan tempo, rasa seleh, kalimat lagu, penguasaan vokal atau tembang.
Perwatakan tari dan norma estetis seperti dikemukakan di atas sudah barang tentu hanya dipahami sebatas wawasan yang dimiliki penari dan kemampuan ketrampilannya.
Jika melihat bentuk pertunjukan dengan tata teknik pentas model panggung yang memakai layar, maka kemungkinan besar model pertunjukan wayang wong ini dipengaruhi bentukwayang wong panggung komersial yang pada awal tahun 1960-an sangat populer di kotakota besar di Jawa.
Baca juga: Mengenal 5 Unsur Pendukung Tari beserta Fungsinya
Referensi:
- Soedarsono, R. M. (2021). Wayang wong: The state ritual dance drama in the court of Yogyakarta. UGM PRESS.
- Rusliana, I. (2002). Wayang Wong Priangan. Bandung: Kiblat Buku Utama.