Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dolmen dan Menhir Peninggalan dari Zaman Megalitikum 

Baca di App
Lihat Foto
Kemdikbud
Menhir di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Dolmen dan menhir merupakan peninggalan kebudayaan dari zaman megalitikum. Megalitikum berasal dari bahasa Yunani, "mega" berarti besar dan "lithos" berarti batu, sehingga megalitikum merujuk pada zaman batu besar.

Zaman megalitikum adalah masa di mana kebudayaan menggunakan batu-batu berukuran besar. Hasil budaya dari zaman ini meliputi menhir (tugu batu), dolmen (meja sesaji dari batu), sarkofagus (peti kubur dari batu), waruga (peti kubur berbentuk kubus), dan punden berundak. 

Dari peninggalan-peninggalan ini, terlihat bahwa masyarakat pada masa itu sudah memiliki sistem kepercayaan, yaitu animisme (percaya pada roh nenek moyang) dan dinamisme (percaya pada benda yang dianggap memiliki kekuatan magis).

Berikut beberapa contoh peninggalam zaman megalitikum: 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dolmen 

Dolmen adalah meja batu yang terbuat dari batu besar yang ditopang oleh beberapa batu kecil sebagai penyangganya.

Peninggalan dari zaman Megalitikum ini berfungsi sebagai tempat meletakkan sesaji untuk arwah nenek moyang dan digunakan dalam upacara keagamaan. Selain itu, bagian bawah dolmen kadang dimanfaatkan untuk menyimpan jenazah agar terlindung dari hewan liar.

Menhir

Menhir berasal dari bahasa Keltik, di mana "men" berarti batu dan "hir" berarti panjang, sehingga menhir berarti batu panjang. Peninggalan zaman Megalitikum ini bisa berupa satu batu tunggal (monolith) atau beberapa batu yang disusun sejajar di atas tanah. 

Ukuran menhir bervariasi, tetapi sering kali ujungnya meruncing ke atas. Dalam kepercayaan animisme, menhir digunakan sebagai penghubung antara roh nenek moyang dan keturunannya, sehingga batu ini digunakan untuk memuja roh nenek moyang.

Fungsi menhir antara lain sebagai sarana pemujaan roh nenek moyang, tempat memperingati seseorang yang telah meninggal (seperti kepala suku), tempat menerima kedatangan roh, dan sebagai penolak bahaya.

Punden berundak 

Punden berundak adalah peninggalan zaman Megalitikum yang berbentuk seperti tangga bertingkat. Fungsinya sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang dan dianggap sebagai tempat yang suci. 

Punden berundak biasanya terdiri dari tiga lapisan bertingkat yang disusun dari batu, dan setiap lapisan memiliki makna simbolis tersendiri.

Waruga 

Waruga adalah kuburan kuno yang terdiri dari dua batu berbentuk segitiga dan kotak. Struktur megalitik ini menyerupai rumah dan banyak ditemukan di Minahasa, Sulawesi Utara. 

Awalnya, waruga berfungsi sebagai tempat pemakaman serta digunakan dalam ritual kepercayaan animisme atau dinamisme. Selain itu, waruga juga melambangkan seni dari masyarakat Minahasa dan kini dijadikan sebagai objek wisata edukasi dan budaya.

Sarkofagus

Sarkofagus adalah peninggalan dari zaman Megalitikum yang digunakan untuk menyimpan jenazah. Bentuknya terdiri dari wadah dan penutup, dengan tonjolan di bagian ujungnya. Bagi masyarakat praaksara, sarkofagus sering dianggap sebagai "perahu roh" yang dipercaya membawa roh menuju dunia roh.

Arca batu 

Arca batu adalah patung yang dipahat menyerupai manusia atau binatang, yang diyakini sebagai perwujudan nenek moyang. Arca ini biasanya berbentuk monyet, gajah, harimau, atau sosok pria dengan penutup kepala dan mata bulat yang menonjol. 

Patung-patung tersebut sering digambarkan mengenakan gelang, kalung, dan pedang pendek di pinggang. Di Indonesia, peninggalan zaman Megalitikum ini ditemukan di berbagai wilayah di Sumatera Selatan.

Kubur batu

Kubur batu merupakan papan-papan batu berbentuk persegi panjang yang digunakan sebagai tempat penguburan jenazah. Terdiri dari enam papan batu beserta penutup, kubur ini disusun di dalam lubang yang telah disiapkan sebelumnya. 

Di dalam peti kubur batu sering kali ditemukan kerangka manusia yang telah membusuk, serta alat-alat perunggu atau barang-barang yang dibawa saat jenazah dikuburkan.

 

(Sumber: KOMPAS.com/ Widya Lestari Ningsih) 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi