KOMPAS.com - Variasi bahasa merupakan interaksi yang dilakukan oleh sekelompok manusia, hal ini disebabkan oleh faktor keragaman sosial dan keragaman fungsi.
Berdasarkan faktor keragaman fungsi, terdapat empat perbedaan variasi bahasa menurut penuturnya, di antaranya, yaitu dialek, idiolek, kronolek, dan sosiolek.
Berikut penjelasannya:
Baca juga: Fonem: Pengertian, Jenis dan Peran dalam Bahasa
Dialek
Dialek adalah variasi bahasa masyarakat dari suatu daerah tertentu. Yang dimaksud dengan dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu.
Ciri-ciri dialek meliputi perbedaan pada kosakata, pelafalan, dan tata bahasa. Dialek tidak hanya menunjukkan identitas geografis tetapi juga mencerminkan budaya dan tradisi suatu daerah.
Contoh:
Pada kalimat “saya mau makan” jika diucapkan dengan dialek Jawa menjadi "aku arep mangan", namun jika diucapkan dengan dialek Sunda menjadi "abdi bade tuang".
Baca juga: Arti Kata “Clout”, Bahasa Slang yang Sering Digunakan di Media Sosial
Idiolek
Idiolek merupakan idiolek variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang mempunyai variasi bahasanya atau idioleknya masing-masing, yang dipengaruhi oleh latar belakang, pengalaman, dan kepribadian.
Variasi bahasa idiolek ini berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat dan sebagainya.
Contoh:
Cara seseorang menyebut kata “nggak” bisa berbeda, seperti “nggak,” “gak,” atau “kagak.”
Kronolek
Kronolek adalah variasi bahasa yang digolongkan berdasarkan masa tertentu, misalnya bahasa tahun 20-an akan berbeda dengan bahasa tahun 70-an
Kronolek atau yang seringkali disebut dialek temporal, merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu.
Bahasa yang digunakan oleh generasi muda sering berbeda dengan generasi sebelumnya. Kronolek mencerminkan perkembangan teknologi dan budaya pop. Kata-kata seperti “selfie,” “nge-prank,” atau “vibes” adalah contoh kronolek yang populer di era digital.
Contoh:
Kalimat “keren banget.” yang diucapkan oleh generasi 90-an akan berubah menjadi kalimat “anjay, epic banget!”, bila diucapkan oleh generasi Z.
Baca juga: Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
Sosiolek
Sosiolek adalah variasi bahasa yang digolongkan melalui status, golongan dan sosial penutur. Selain itu, penggunaan variasi bahasa sosiolek dapat juga dilihat dari usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.
Variasi bahasa sosiolek terbagi menjadi beberapa macam bahasa, di antaranya yaitu:
- Bahasa vulgar, ciri-cirinya tampak pemakaian bahasa oleh mereka yang kurang terpelajar atau dari kalangan mereka yang kurang berpendidikan. Contoh bahasa vulgar, yaitu kalimat-kalimat menyakitkan atau sejenis menyumpahi seperti, jatoh la mampos e.
- Bahasa slang yang bercirikan dengan kosakata yang baru ditemukan dan cepat berubah. Contohnya, kata ngarep mempunyai makna yaitu berharap, istilah ngarep ditujukan ketika seseorang sedang berharap akan sesuatu.
- Bahasa kolokial, bisa juga disebut bahasa sehari-hari, bahasa percakapan, dan kadang-kadang disebut bahasa pasar.
Baca juga: Arti Kata “Flex”, Bahasa Gaul yang Sering Digunakan di Media Sosial
Referensi:
- Lestari, A., Juandi, J., & Gunawan, H. (2024). Variasi Bahasa Dalam Konten Channel Youtube Jurnalrisa (Pengembangan Bahan Ajar Pembelajaran Teks Narasi KD 4.4 Kelas VII). Diksatrasia: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 8(1), 43-48.
- Tanhar, F. S., Umar, F. A., & Idul, R. (2022). Variasi Bahasa pada Masyarakat Multikultural di Desa Tolabit Kecamatan Kao Barat, Ternate. Reduplikasi: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Indonesia, 2(1), 60-75.
- Yusup, A., Harianto, N., & Ritonga, A. H. (2022). Kronolek Dalam Kajian Sosiolinguistik. Ad-Dhuha: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Budaya Islam, 3(2), 1-12.