KOMPAS.com - Dalam karya sastra Indonesia maupun internasional, balada sering kali menjadi medium untuk menyampaikan cerita-cerita yang penuh dengan emosi. Tahukah kalian, apa itu balada?
Baca juga: Macam-Macam Puisi Baru berdasarkan Bentuknya
Definisi balada
Balada berasal dari sastra barat, khususnya sastra Inggris. Balada baru masuk ke Indonesia pada pertengahan tahun 1950-an dan yang pertama kali secara eksplisit mempergunakan nama balada adalah W.S. Rendra.
Balada adalah puisi yang isinya menguraikan peristiwa atau mengandung cerita berdasarkan pengamatan penyair terhadap kejadian yang dialami sendiri, orang lain, atau masyarakat.
Singkatnya, balada adalah puisi berisi cerita. Balada terdiri dari tiga bait, tiap bait terdiri atas delapan larik dengan skema rima a-b-a-b b-c-c-b.
Skema rima dapat berubah menjadi a-b-a-b b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
Baca juga: Apa Saja Unsur Fisik dan Unsur Batin dalam Puisi?
Contoh balada
Beberapa contoh balada, seperti:
- Bendera
Karya: Taufiq Ismail
Mereka yang berpakaian hitam
Telah berhenti di depan sebuah rumah
Yang mengibarkan bendera duka
Dan masuk dengan paksa
Mereka yang berpakaian hitam
Telah menurunkan bendera ita
Di hadapan seorang ibu yang tua
"Tidak ada pahlawan meninggal dunia!"
Mereka yang berpakaian hitam
Dengan hati yang kelam
Telah meninggalkan rumah itu
Tergesa-gesa
Kemudian ibu tua itu
Perlahan menaikkan kembali
Bendera yang duka
Ke tiang yang duka
Baca juga: 5 Puisi Karya Joko Pinurbo yang Mendalam
- Ibu yang Dibunuh
Karya: W.S Rendra
Ibu musang di lindung pohon tua meliang
bayinya dua ditinggal mati lakinya
Bulan sabit terkait malam memberita datangnya
waktu makan bayi-bayinya mungil sayang.
Matanya berkata pamitan, bertolaklah ia
dirasukinya dusun-dusun, semak-semak,
taruhan harian atas nyawa.
Burung kolik menyanyikan berita panas
dendam warga desa menggetari ujung bulu-bulunya
tapi dikibaskannya juga.
Membumbung juga nyanyi kolik sampai mati
tiba-tiba oleh lengking pekik yang lebih menggigilkan
pucuk-pucuk daun tertangkap musang betina dibunuh esok harinya.
Tiada pulang ia yang mesti rampas rejeqi hariannya
ibu yang baik, matinya baik, pada bangkainya gugur pula dedaun tua.
Tiada tahu akan merataplah kolik meratap juga
dan bayi-bayinya bertanya akan bunda pada angin Tenggara
Lalu satu ketika di pohon tua meliang
matilah anak-anak musang, mati dua-duanya
Dan jalannya semua peristiwa
tanpa dudungan satu dosa. Tanpa.
Baca juga: Makna Puisi Gadis Peminta-minta Karya Toto Sudarto
- Balada Pembungkus Tempe
Karya: W.S. Rendra
Fermentasi asa
Mengharap sempurna
Bentuk utuh nan konyol
Rasa, karsa tempe
Pembungkus yang berjasa
Penuh kisah bertulis duka lara
Dibuang tanpa dibaca
Pembungkus tempe
Bukan plastik tapi kertas usang tak terpakai
Masihkah ada yang membelai sebelum membuangnya?
Baca juga: Macam-Macam Pendekatan dalam Mengkaji Karya Sastra
Referensi:
- Darmariswara, R. (2018). Konsep Dasar Kesusastraan: Paling Mutakhir. LPPM IAI Ibrahimy Genteng Press & Erisy Syawiril Ammah, M.Pd.
- Pradopo, R.,D. (2021). Beberapa Teori Sastra Metode Kritik dan Penerapannya. UGM PRESS.
- Sutarni, S., Sukardi. (2008). Bahasa Indonesia 1. Yudhistira Ghalia Indonesia.
- Waridah, E. (2014). Kumpulan Majas, Pantun, dan Peribahasa plus Kesusastraan Indonesia. Indonesia: Ruang Kata.