KOMPAS.com - Tahukah kamu, di Indonesia terdapat sejumlah wihara yang telah berdiri selama ratusan tahun, menjadi saksi perjalanan sejarah dan akulturasi budaya?
Wihara bukan hanya tempat ibadah umat Buddha dan Tri Dharma (Buddha, Konghucu, Tao), tetapi juga pusat pembelajaran spiritual, meditasi, dan pelestarian nilai budaya.
Wihara-wihara tertua di Indonesia adalah Vihara Avalokitesvara, Vihara Hong Tiek Hian, Vihara Dewi Welas Asih, Vihara Hok Tek Bio, Vihara Dharma Bakti, Vihara Dharma Suci, dan Vihara Gunung Timur.
Mari kita eksplorasi lebih dalam beberapa wihara tertua di Indonesia!
Vihara Avalokitesvara, Banten
Menurut Nurmah Kholis dalam Vihara Avalokitesvara Serang: Arsitektur dan Peranannya dalam Relasi Buddhis-Tionghoa dengan Muslim di Banten (2016), dibangun sekitar abad ke-16, wihara ini awalnya berlokasi di Desa Dermayon sebelum dipindahkan ke Kampung Pamarican, Desa Pabean, Serang, Banten, pada tahun 1774.
Baca juga: Latar Belakang dan Alasan Kerajaan Demak Menguasai Banten
Wihara ini berdiri pada masa Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) di tengah kejayaan Kesultanan Banten, mencerminkan harmoni antara tradisi lokal dan budaya Tionghoa.
Bangunan ini telah beberapa kali dipugar, dengan renovasi besar pertama pada tahun 1932.
Vihara Hong Tiek Hian, Surabaya
Salah satu wihara tertua di Indonesia lainnya adalah Vihara Hong Tiek Hian yang berlokasi di kawasan Pecinan Kembang Jepun, Surabaya.
Menurut Wahyu Bagus S dalam Strategi Revitalisasi Kawasan Pecinan Koridor Kya-Kya di Kembang Jepun Surabaya (2021), wihara ini dipercaya berdiri pada tahun 1293, saat tentara Mongol di bawah Kubilai Khan menyerbu Kediri.
Meski tidak ada bukti langsung terkait tentara Mongol, wihara ini tetap menjadi salah satu situs spiritual dan sejarah tertua di Indonesia, yang mencerminkan hubungan awal antara Nusantara dan budaya Tiongkok.
Baca juga: Contoh Akulturasi Budaya Indonesia dengan Bangsa Tiongkok
Vihara Dewi Welas Asih, Cirebon
Menurut Dhesya Ardiarini, dkk dalam Pengaruh Konsep Arsitektur China terhadap Bangunan Vihara Dewi Welas Asih (2016), Vihara Dewi Welas Asih atau Kelenteng Tiao Kak Sie, wihara ini diperkirakan berdiri pada tahun 1595.
Nama "Tiao Kak Sie" memiliki dua arti, yaitu tempat yang dibangunkan oleh air pasang dan tempat bertambahnya akal budi.
Wihara ini dibangun menggunakan prinsip feng shui dan menghadap arah selatan, sesuai tradisi Tiongkok yang menganggap arah ini sebagai sumber energi positif.
Pada masa awal pendiriannya, wihara ini juga berfungsi sebagai pusat diplomasi Kekaisaran Ming dengan kerajaan di Pulau Jawa.
Baca juga: Mengenal Bahasa Jawa Kuna: Perkembangan dan Fonologi
Vihara Hok Tek Bio, Bogor
Menurut Rachman Assyfaa dalam Perayaan Cap Gomeh di Ciampea Bogor Jawa Barat (2020), tidak ada catatan sejarah tentang berdirinya Vihara Hok tek Bio. Namun, diperkirakan wihara ini dibangun tahun 1672 oleh seorang Tionghoa bermarga Thung.
Beliau kemudian menjadi seorang mualaf dan mengganti namanya menjadi Tubagus Abdullah Bin Moestopa.
Lokasinya di Ciampea, Bogor, menjadi pusat kegiatan masyarakat Tionghoa sebelum akhirnya Vihara Dhanagun, yang juga berkaitan dengan wihara ini, didirikan di depan Kebun Raya Bogor.
Vihara Dharma Bhakti, Jakarta
Menurut Fitri Ayu Suciati dalam Kelenteng Jin De Yuan (Kim Tek Ie) Glodok, Jakarta Barat (Sejarah, Perkembangab dan Kegiatannya (2013), Vihara Dharma Bakti dikenal juga sebagai Kelenteng Jin De Yuan.
Wihara ini dibangun pada tahun 1650 oleh Kwee Hoen di kawasan Glodok, menjadikannya salah satu wihara tertua di Indonesia.
Baca juga: Mengenal Tempat Ibadah Agama-agama di Indonesia
Awalnya bernama Kelenteng Guo Xun Guan untuk menghormati Dewi Guan Yin, wihara ini mengalami perubahan nama menjadi Jin De Yuan setelah direnovasi pada tahun 1755.
Wihara ini juga menjadi saksi tragedi pembantaian Tionghoa pada tahun 1740 yang menyebabkan kerusakan besar.
Vihara Dharma Suci, Belitung Timur
Ditemukan pada tahun 1747 di Bukit Desa Manggar, Kepulauan Bangka Belitung, wihara ini menyimpan misteri karena pendirinya tidak diketahui. Meski demikian, wihara ini tetap menjadi simbol spiritualitas dan sejarah di wilayah tersebut.
Vihara Gunung Timur, Medan
Menurut Nora Asteria, dkk dalam Perancangan Buku Wisata Arsitektur Bangunan Religi sebagai Aset Kota Medan (2013), Vihara Gunung Timur dibangun pada tahun 1930 di Jalan Hang Tuah, Medan.
Wihara ini menonjol dengan arsitektur khas Tionghoa, seperti patung naga, singa, dan lampion merah yang melambangkan keberuntungan dan kekuatan. Didanai oleh banyak donatur, wihara ini menjadi pusat aktivitas spiritual bagi masyarakat Tionghoa di Medan.
Setiap wihara di atas tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menyimpan kisah akulturasi budaya yang kaya.
Mengunjungi wihara-wihara tertua di Indonesia adalah cara untuk mengenal lebih dalam sejarah Nusantara, harmoni antarbudaya, dan nilai spiritual yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.