Kompas.com - Pada peristiwa gunung meletus akan memberikan banyak dampak bagi kehidupan manusia di sekitarnya, mulai dari dampak negatif hingga dampak positif.
Gunung meletus terjadi akibat dorongan gas yang bertekanan tinggi terhadap endapan magma di perut bumi.
Dampak negatif setelah gunung meletus jelas sangat dirasakan oleh masyarakat sekitar, termasuk ketika baru saja terjadi letusan gunung tersebut.
Sebut saja adanya korban jiwa, merusak ekosistem, kerugian ekonomi, pencemaran udara, aliran lahar yang merusak tanaman hingga bangunan, serta menghambat aktivitas masyarakat.
Baca juga: Serba-serbi Erupsi Gunung Merapi
Dampak positif gunung meletus
Meski memiliki sejumlah dampak negatif, ternyata ada dampak positif gunung meletus yang dapat dirasakan di kehidupan masyarakat, bahkan di antaranya dapat memperbaiki perekonomian.
Apa saja dampak positif tersebut?
- Munculnya material bangunan yang bagus
Seperti dilansir dari Jurnal Analisis Pengaruh Aktivitas Gunung Kelud Terhadap Karakter dan Jenis Tanah dalam Sektor Pertanian (2023) oleh Tamaya Azzahro, dan kawan-kawan, material bangunan ini didapatkan dari lava yang mengalir lalu bercampur dengan banyak bahan lainnya dan memberikan kualitas yang baik.
Mulai dari pasir, batuan besar, batuan kecil yang kemudian dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan bangunan yang berkualitas unggul.
- Muntahan vulkanik yang menyuburkan tanah
Hal ini dikarenakan adanya unsur potasium dan magnesium yang akan dilepaskan saat abu dan batuan vulkanik sudah lapuk.
- Penambangan pasir baru
Setelah letusan gunung berapi, nantinya akan muncul tambang pasir baru yang memiliki kualitias baik. Selain itu, penambangan pasir ini juga dapat menjadi mata pencaharian bagi masyarakat sekitar.
Baca juga: Bagaimana Gunung Berapi Memengaruhi Iklim Global?
Gunung berapi aktif
Melansir dari laman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada tahun 2021 Indonesia memiliki jumlah gunung api sebanyak 127 dan yang terpantau yaitu 69.
Apa saja material gunung berapi aktif tersebut?
- Material gunung berapi aktif
Terdapat tiga tipe material gunung berapi aktif, yaitu padat, cair, dan gas. Berikut masing-masing penjelasannya dikutip dari laman Badan Pengembangan Multimedia Pendidikan dan Kebudayaan:
- Material padat atau eflata
Ada dua jenis yaitu autogen dan alogen. Eflata autogen adalah material padat dari dapur magma yang keluar bersama letusan, sedangkan eflata alogen berasal dari material di sekitar kawah yang ikut keluar saat letusan.
Contoh material padat tersebut yaitu seperti bongkahan batu besar, batu kerikil, hingga abu vulkanik .
- Material cair atau efusifa
Macam material cair dari hasil letusan gunung berapi, yaitu lava dan lahar. Lava adalah magma yang meleleh dan akan mengalami pendinginan serta mengeras menjadi batuan beku atau basaltis.
Namun jika lahar, adalah lava yang sudah bercampur dengan material lain di sekitar kawah gunung berapi.
- Material gas atau ekshalasi
Terdiri dari empat jenis, pertama ada mofet (CO2) yang bersifat gas beracun karbondioksida yang dikeluarkan dari kawah gunung api.
Kedua yaitu fumarol (H20) yang berupa uap air panas, ketiga ada solfatar (H2S) yaitu berupa gas belerang, dan keempat adalah awan panas yang bisa meluncur saat letusan gunung berapi hingga mencapai 200 kilometer per jam.
Baca juga: Apa Nama Gempa Akibat Kegiatan Gunung Berapi?
Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan gunung merapi aktif dihimbau untuk selalu waspada terhadap kemungkinan gunung meletus.
Ciri-ciri yang kerap muncul apabila gunung akan meletus seperti gempa vulkanik, banyaknya binatang yang turun gunung, naiknya suhu sekitar, hingga tanaman atau tumbuhan yang layu hingga mati.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.