KOMPAS.com - Menjelang bulan Ramadhan, masyarakat Indonesia yang kaya akan budaya dan tradisi mulai mempersiapkan diri untuk menyambut bulan suci ini dengan berbagai cara yang unik.
Di Pulau Jawa, tradisi-tradisi sebelum puasa Ramadhan telah berlangsung turun-temurun, memberikan warna tersendiri bagi setiap daerah.
Tradisi menyambut Ramadhan, seperti Dugderan, Padusan, Munggahan, dan Sadranan, mencerminkan kebersamaan, penghormatan kepada leluhur, serta persiapan rohani dan sosial masyarakat untuk menyambut bulan suci dengan penuh makna dan nilai budaya.
Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah beberapa tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Jawa sebelum memulai ibadah puasa Ramadhan!
Baca juga: Mengapa Durasi Puasa Berbeda di Setiap Negara?
1. Dugderan – Semarang
Di Kota Semarang, Jawa Tengah, terdapat tradisi sebelum puasa yang dikenal dengan nama Dugderan. Tradisi ini berfungsi sebagai tanda dimulainya bulan Ramadhan.
Menurut Zamakhsyari Bin Hasballah Thaib dalam buku Ramadhan di Indonesia: Amalan dan Tradisi (2017), dugderan berasal dari suara bedug masjid yang ditabuh bertalu-talu, yang disebut Dug, dan suara dentuman meriam yang disebut Der.
Suara-suara ini menciptakan suasana yang meriah dan menggembirakan di seluruh kota. Tradisi Dugderan telah ada sejak abad ke-15, pada masa pemerintahan Sultan Agung, dan masih dilestarikan hingga kini.
Dugderan diadakan beberapa hari sebelum Ramadhan dimulai.
Selain menjadi simbol penyambutan Ramadhan, Dugderan juga merupakan wujud kebersamaan antarwarga dan pengingat akan datangnya waktu untuk menahan diri dan menjalani ibadah puasa dengan penuh kesungguhan.
Baca juga: Kearifan Lokal: Pengertian, Ciri-ciri, dan Fungsinya
2. Padusan – Klaten, Boyolali, Salatiga, dan Yogyakarta
Tradisi Padusan adalah tradisi menyambut Ramadhan yang dilakukan di beberapa wilayah di Jawa Tengah, seperti Klaten, Boyolali, Salatiga, dan Yogyakarta.
Retno Widyastutik dalam Pandangan Masyarakat Mengenai Tradisi Padusan (2010), padusan adalah tradisi yang dilaksanakan setahun sekali menjelang bulan puasa, biasanya dilakukan sehari sebelum bulan Ramadhan.
Dalam tradisi ini, masyarakat secara simbolis membersihkan diri, baik secara fisik maupun rohani, sebagai persiapan menyambut bulan Ramadhan.
Tradisi Padusan berakar dari ajaran yang menyatakan bahwa bersih secara fisik dan spiritual sangat penting sebelum memasuki bulan suci.
Baca juga: Salah Satu Ciri Khas Kearifan Lokal adalah Keberlanjutan, Apa Itu?
3. Kuramasan – Cianjur, Jawa Barat
Tidak hanya di Klaten, Boyolali, Salatiga, dan Yogyakarta, tradisi mandi sebelum puasa juga ada di Cianjur, Jawa Barat.
Tradisi mandi sebelum puasa di Cianjur disebut sebagai Kuramasan. Tradisi ini melibatkan masyarakat yang berkumpul di sepanjang Sungai Cipandak untuk melakukan mandi bersama.
Setelah mandi, mereka biasanya mengadakan makan bersama di tepi sungai dalam acara yang disebut mayor.
4. Munggahan – Jawa Barat
Munggahan adalah tradisi sebelum puasa Ramadhan yang sangat khas di daerah Jawa Barat. Tradisi ini dilakukan dengan berkumpul bersama keluarga besar, sahabat, atau tetangga untuk makan bersama, bersalam-salaman, dan saling memaafkan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Alam Tarlam dalam Budaya Unik “Munggahan” Menjelang Bulan Ramadhan di Kabupaten Subang (2024), tradisi ini biasanya dilaksanakan pada minggu terakhir bulan Sya’ban, beberapa hari sebelum Ramadhan dimulai.
Acara makan bersama ini menjadi simbol syukur dan kebersamaan, serta sebagai cara untuk melepaskan beban hati dengan saling memaafkan.
Selain itu, masyarakat juga memanjatkan doa untuk keselamatan dan kelancaran menjalankan ibadah puasa selama Ramadhan. Munggahan juga menjadi kesempatan bagi setiap individu untuk menilai diri sendiri dan memperbaiki hubungan sosial dengan orang lain.
Baca juga: Munggahan: Arti, Tujuan, dan Jenis Kegiatannya
5. Makan Kue Apem – Surabaya
Di Surabaya, Jawa Timur, terdapat tradisi makan kue apem yang dilakukan menjelang Ramadhan.
Kue apem, yang memiliki nama yang mirip dengan kata afwan dalam bahasa Arab yang berarti maaf, menjadi simbol permohonan maaf kepada keluarga, teman, tetangga, dan orang-orang terdekat sebelum memasuki bulan puasa.
Tradisi ini biasanya diawali dengan penyajian kue apem di tengah keluarga atau dalam acara tahlilan.
Setelah memakan kue apem, masyarakat saling bersalaman dan saling memaafkan. Dalam beberapa kasus, tradisi ini juga diikuti dengan tahlilan, doa bersama untuk orang yang telah meninggal.
Baca juga: Doa Sahur Puasa Ramadhan 2025 dan Keutamaannya
6. Perlon Unggahan – Banyu Mas, Jawa Tengah
Di Banyu Mas, sebuah daerah di Jawa Tengah, ada tradisi sebelum puasa yang dikenal dengan Perlon Unggahan.
Dalam tradisi ini, masyarakat akan mempersiapkan berbagai makanan khas, seperti nasi bungkus, serundeng sapi, dan sayur becek.
Keunikan dari tradisi ini adalah makanan harus disiapkan oleh laki-laki, dengan jumlah 12 orang karena banyaknya jumlah kambing atau sapi yang disembelih pada saat perayaan.
Tradisi Perlon Unggahan tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk menyambut Ramadhan, tetapi juga untuk mempererat kebersamaan dalam keluarga dan masyarakat. Para warga akan berkumpul, makan bersama, dan berdoa untuk keberkahan selama bulan puasa.
7. Nyadran – Solo dan Sekitarnya
Tradisi Nyadran yang berkembang di Solo dan daerah sekitarnya memiliki akar yang kuat dalam budaya masyarakat Jawa. Tradisi ini biasanya dilakukan dengan berziarah ke makam keluarga atau leluhur, mendoakan mereka, dan melakukan perawatan makam.
Menurut Bakdi Soemanto dalam Belajar Bela Rasa (2011), makna nyadran adalah keluarga besar mengunjungi makam-makam tempat para leluhur dikebumikan.
Para anggota keluarga besar itu, berjongkok atau duduk bersila di depan makam setiap leluhur untuk mendoakan agar yang sudah wafat diampuni oleh Sang Maha Pencipta.
Baca juga: Sunnah dan Doa Buka Puasa yang Wajib Kamu Ketahui
8. Sadranan – Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat
Nyadran atau Sadranan juga dikenal di beberapa daerah lain di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat sebagai tradisi sebelum puasa Ramadhan.
Sama halnya dengan Nyadran, Sadranan juga dilakukan dengan berziarah ke makam-makam leluhur, membersihkan makam, dan mendoakan mereka agar mendapatkan ampunan dan keberkahan.
Tradisi ini lebih ditekankan pada nilai-nilai sosial dan spiritual. Dalam beberapa daerah, Sadranan juga disertai dengan acara makan bersama, di mana makanan dibagikan kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk rasa syukur.
Baca juga: Niat Puasa Ramadhan: Bacaan, Arti, dan Keutamaannya
9. Pisowanan – Banyumas, Jawa Tengah
Di Banyumas, Jawa Tengah, terdapat tradisi yang disebut Pisowanan, yang dilakukan dengan mengunjungi sesepuh atau orang tua untuk memohon doa dan berkah menjelang Ramadhan.
Tradisi ini mengajarkan nilai hormat kepada orang yang lebih tua dan menjadi momen untuk mempererat hubungan sosial dalam masyarakat.
Setelah melakukan kunjungan, masyarakat akan melaksanakan kenduri dan saling berbagi makanan. Dalam tradisi Pisowanan, kebersamaan dan rasa syukur menjadi nilai utama yang dipegang teguh oleh masyarakat setempat.
10. Dandangan – Kudus, Jawa Tengah
Di Kudus, Jawa Tengah, terdapat tradisi Dandangan, yang merujuk pada acara kirab yang dilakukan di sekitar Masjid Menara Kudus. Kirab ini berawal dari tradisi yang sudah ada sejak masa Sunan Kudus.
Dandangan menjadi salah satu cara masyarakat Kudus untuk menyambut Ramadhan, yang dipenuhi dengan suara bedug khas Masjid Menara Kudus. Biasanya, acara ini disertai dengan pawai dan pertunjukan budaya lokal.
11. Baratan – Jepara, Jawa Tengah
Baratan adalah tradisi yang dilakukan di Jepara, Jawa Tengah, yang merupakan bentuk permohonan keselamatan menjelang Ramadhan. Masyarakat mengadakan kirab yang diikuti dengan doa bersama untuk kesejahteraan dan keselamatan selama bulan Ramadhan.
Baca juga: Pemerintah Canangkan Libur Ramadhan, Ini 8 Manfaat Puasa bagi Anak
12. Nyorog – Betawi, Jawa Barat
Di Betawi, Jawa Barat, terdapat tradisi Nyorog yang dilakukan dengan membawa bingkisan makanan kepada keluarga atau kerabat yang tinggal jauh.
Tradisi ini bermula pada abad ke-19 dan diperkirakan dibawa oleh para wali sebagai bentuk ajaran Islam yang mengajarkan untuk saling berbagi dan menjaga hubungan baik antarwarga.
Nyorog menjadi momen untuk berbagi kasih sayang dan saling memberi berkah menjelang bulan suci Ramadhan.
13. Megengan – Jawa Timur
Megengan adalah tradisi khas masyarakat Jawa Timur yang dilakukan dengan menggelar acara kenduri atau selamatan sebelum memasuki bulan Ramadhan.
Menurut Surya Atmanegara dalam Tradisi Megengan: Memperkuat Kebersamaan Menjelang Ramadhan di Pandaan (2024), Megengan pertama kali digunakan pada zaman Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah sebagai cara untuk berterima kasih atas panen yang berhasil dan meminta perlindungan dari bencana alam atau penyakit
Dalam tradisi ini, makanan disiapkan untuk dibagikan kepada warga sekitar, serta doa-doa dipanjatkan untuk memohon keberkahan selama bulan puasa.
Megengan memiliki makna spiritual yang sangat dalam, di mana masyarakat diajarkan untuk menahan hawa nafsu dan memperkuat keimanan sebelum menjalani ibadah puasa.
Baca juga: 7 Hal yang Membatalkan Puasa Ramadhan
14. Papajar – Cianjur, Jawa Barat
Menurut Dini Situ Rahmawati, dkk dalam Tradisi Papajar dan Tradisi Munggahan dalam Perspektif Sosio-Kultural Masyarakat Cianjur (2024), Cianjur memiliki tradisi sebelum puasa yang disebut dengan Papajar.
Tradisi Papajar awalnya merupakan acara berkumpul di Masjid Agung untuk menunggu pengumuman waktu mulai puasa oleh ulama, kini telah berubah menjadi kegiatan piknik atau makan bersama keluarga dan kerabat di tempat wisata.
Dulu, masyarakat membawa makanan dan berkumpul di masjid untuk mendengarkan pengumuman mulai puasa, namun sekarang mereka lebih memilih mengunjungi tempat wisata sambil membawa bekal makanan.
Tradisi ini, yang berasal dari istilah "mapag pajar" yang berarti menyambut fajar, tetap mengandung makna doa dan permintaan maaf sebelum memasuki bulan Ramadhan.
Baca juga: 30 Ucapan Ramadhan 2025, Apa Arti Marhaban Ya Ramadhan?
15. Ruwahan – Jawa Tengah dan Yogyakarta
Tradisi menyambut Ramadhan di Yogyakarta dan Jawa Tengah adalah Ruwahan. Ruwahan merupakan tradisi yang dilakukan dengan mengadakan selamatan dan berbagi makanan, baik untuk sesama tetangga maupun untuk doa kepada para leluhur.
Makanan khas yang disajikan, seperti ketan dan apem, menjadi simbol kesucian dan ketulusan hati dalam menjalani ibadah Ramadhan.
16. Punggahan – Tanah Datar, Indragiri Hulu
Menurut Yuhana dalam Tradisi Bulan Ramadhan dan Kearifan Budaya Komunitas Jawa di Desa Tanah Datar Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu (2016), tradisi Punggahan adalah kegiatan yang dilakukan masyarakat Jawa di Desa Tanah Datar untuk menyambut bulan Ramadhan.
Kata "punggahan" berasal dari kata "puggah" atau "munggah" yang berarti naik, yang menggambarkan penghormatan terhadap datangnya bulan suci Ramadhan.
Setiap tahunnya, tradisi ini dilaksanakan di bulan Sya'ban dengan tujuan mendoakan arwah leluhur yang telah meninggal.
Baca juga: Simbol-simbol Tradisi dalam Budaya Jawa
Itulah berbagai tradisi yang berkembang di Pulau Jawa untuk menyambut Ramadhan.
Setiap tradisi memiliki ciri khasnya sendiri, tetapi semuanya memiliki kesamaan yaitu mempererat hubungan sosial, menjaga hubungan dengan leluhur, serta mempersiapkan diri secara fisik dan rohani untuk menjalani ibadah puasa.
Sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia, tradisi-tradisi ini tidak hanya menyambut bulan suci, tetapi juga mengingatkan kita akan nilai-nilai luhur yang harus terus dijaga dan dilestarikan oleh generasi berikutnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.