KOMPAS.com - Pernahkah kamu merasa sesak napas ketika berada di puncak gunung atau di dataran tinggi, tetapi merasa lebih baik setelah turun ke tempat yang lebih rendah? Itu bukan hanya perasaanmu saja!
Sebenarnya, mengapa makin tinggi suatu tempat tekanan udaranya makin rendah? Untuk menjawabnya, kita perlu memahami beberapa konsep dasar mengenai udara dan tekanan atmosfer.
Saat kita berdiri di permukaan bumi, kita dikelilingi oleh atmosfer yang terdiri dari berbagai gas, termasuk nitrogen, oksigen, dan karbon dioksida.
Meskipun tampaknya langit tidak terlihat memiliki sesuatu di dalamnya, sesungguhnya atmosfer ini sangat padat dengan molekul udara. Berat dari semua udara yang ada di atas kita disebut sebagai tekanan udara.
Baca juga: Tekanan Udara: Pengertian, Faktor yang Memengaruhi, dan Jenisnya
Dilansir dari UCAR Center for Science Education, di permukaan Bumi, setiap inci persegi dipenuhi oleh 14,7 pon udara, yang memberikan tekanan sebesar 14,7 pon per inci persegi (psi). Namun, tekanan ini tidak tetap.
Makin tinggi kita berada, maka makin berkurang jumlah molekul udara yang ada di atas kita, yang menyebabkan tekanan udara menurun.
Mengapa tekanan udara menurun seiring dengan ketinggian?
Makin tinggi suatu tempat, tekanan udaranya makin rendah. Alasannya ada dua, yaitu gravitasi dan kepadatan udara. Yuk kita bahas keduanya!
Pengaruh gravitasi terhadap tekanan udaraPertama, kita akan membahas pengaruh gravitasi. Gravitasi Bumi memiliki kekuatan untuk menarik semua benda bermassa, termasuk molekul udara, ke arah inti Bumi.
Dilansir dari National Physical Laboratory, gaya gravitasi ini semakin kuat di permukaan dan semakin lemah seiring bertambahnya ketinggian.
Dengan kata lain, semakin tinggi kedudukan kita di Bumi, semakin lemah tarikan gravitasi terhadap molekul udara.
Baca juga: Bagaimana Pengaruh Gravitasi Bumi terhadap Tekanan Udara?
Akibatnya, molekul udara di tempat yang lebih tinggi cenderung lebih jarang dan lebih sedikit tertekan, sehingga menyebabkan tekanan udara menurun.
Penurunan gaya gravitasi ini sangat berpengaruh pada molekul udara yang lebih jauh dari permukaan Bumi.
Molekul udara di ketinggian memiliki bobot yang lebih rendah, dan meskipun mereka berdiri di atas molekul lainnya, mereka tidak tertekan dengan berat yang sama seperti molekul udara yang berada lebih rendah.
Sebagai hasilnya, udara di tempat tinggi menjadi lebih tipis dan tekanan udara pun semakin berkurang.
Baca juga: Akibat Gaya Gravitasi pada Benda yang Ada di Bumi
Kepadatan udara memengaruhi tekanan udaraSelanjutnya, mari kita bahas tentang kepadatan udara. Di permukaan Bumi, udara memiliki kepadatan yang lebih tinggi karena molekul gas udara saling bertabrakan lebih sering.
Dilansir dari National Geographic, saat kita naik ke ketinggian yang lebih tinggi, jumlah molekul udara semakin berkurang.
Ini menyebabkan udara menjadi lebih "tipis", dengan tekanan yang lebih rendah dibandingkan udara yang lebih padat di permukaan.
Tekanan udara di tempat yang lebih tinggi juga dipengaruhi oleh kondisi suhu. Udara yang lebih hangat cenderung naik ke atas dan mengurangi tekanan di permukaan.
Sebaliknya, udara yang lebih dingin cenderung turun, menyebabkan peningkatan tekanan udara.
Oleh karena itu, daerah dengan udara yang lebih hangat sering kali mengalami tekanan yang lebih rendah, sementara daerah yang lebih dingin cenderung memiliki tekanan yang lebih tinggi.
Dilansir dari National Oceanic and Atmosheric Administration, sebagai bayangan tekanan udara di permukaan laut standar adalah 1013,25 hPa (hektopascal), yang merupakan acuan bagi banyak perhitungan ilmiah.
Namun, jika kita naik ke puncak Gunung Everest, yang merupakan titik tertinggi di dunia, tekanan udara hanya sekitar 309 hingga 343 hPa.
Perbedaan ini menunjukkan betapa besar pengaruh ketinggian terhadap tekanan udara. Begitu kita berada di tempat yang tinggi, udara menjadi lebih tipis, dengan lebih sedikit molekul gas yang dapat memberikan tekanan.
Baca juga: Seven Summits, Gunung-gunung Tertinggi di Benua
Dampak tekanan udara yang lebih rendah terhadap kesehatan
Pada ketinggian yang lebih tinggi, dengan tekanan udara yang lebih rendah, kadar oksigen juga berkurang.
Inilah sebabnya mengapa kita merasa lebih sulit bernapas atau bahkan mengalami sesak napas di dataran tinggi atau puncak gunung.
Dilansir dari Harvard Health Publishing, gejala-gejala ini merupakan hasil dari penurunan jumlah oksigen yang tersedia dalam udara.
Kondisi ini dikenal dengan nama penyakit ketinggian atau penyakit gunung akut. Penyakit ini sering terjadi pada pendaki gunung atau orang yang beraktivitas di dataran tinggi.
Baca juga: Bagaimana Gunung Berapi Memengaruhi Iklim Global?
Beberapa gejala penyakit ketinggian yang sering muncul antara lain sakit kepala, mual, pusing, kelelahan, dan kesulitan tidur. Gejala-gejala ini terjadi karena tubuh mencoba menyesuaikan diri dengan kadar oksigen yang lebih rendah.
Meskipun gejala ini sering tidak berbahaya, tetap disarankan untuk segera turun ke tempat yang lebih rendah agar tubuh bisa kembali beradaptasi dengan kondisi udara yang lebih kaya oksigen.
Jika kamu berada di ketinggian lebih dari 8.000 kaki (sekitar 2.400 meter), kamu mungkin mulai merasakan gejala penyakit ketinggian ini.
Gejala ringan biasanya membaik dengan cepat jika kamu turun ke dataran yang lebih rendah, namun gejala yang lebih serius bisa memerlukan perhatian medis.
Baca juga: Tenaga Endogen dan Gerak Orogenesa, Bagaimana Pegunungan Terbentuk?
Secara singkat, alasan utama mengapa makin tinggi suatu tempat tekanan udaranya makin rendah adalah karena dua faktor utama.
Pertama, pengaruh gravitasi yang melemah seiring bertambahnya ketinggian, yang membuat molekul udara di tempat tinggi lebih sedikit dan lebih jarang. Serta yang kedua, kepadatan udara yang menurun di ketinggian.
Ini mengakibatkan udara di tempat tinggi menjadi lebih tipis, dengan tekanan yang jauh lebih rendah dibandingkan di permukaan bumi.
Dengan memahami hal ini, kita bisa lebih siap dan waspada saat merencanakan perjalanan ke daerah tinggi, terutama jika kita berencana mendaki gunung atau berkunjung ke dataran tinggi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.